Belum tuntas kesedihan Fayyana yang baru saja kehilangan rahim akibat kecelakaan yang dialaminya, kini wanita cantik itu kembali harus merasakan kepiluan atas pembatalan pernikahan yang dilakukan Dion sang kekasih. Bukan karena tak mencintai lagi namun Dion memutuskan hal tersebut karena perintah dari kedua orang tuanya, disebabkan takut jika putra kesayangan mereka tak punya keturunan jika menikahi wanita yang tak memiliki rahim seperti Fayyana. Di saat Fayyana begitu hancur dan hampir bunuh diri, Arga yang tak lain adalah Kakaknya Dion, mengatakan siap menikahinya dan berjanji akan membantu Fayyana bisa hidup bahagia seperti wanita pada umumnya meskipun tak memiliki rahim. Pada akhirnya, dengan terpaksa, Fayyana menerima dan mau menikah dengan Arga meskipun tanpa adanya rasa cinta, disebabkan hanya itu pilihan terakhir yang bisa dilakukan, demi menjaga nama baiknya dan mencegah jatuhnya harga diri keluarganya akibat dari pembatalan pernikahan. Lantas bagaimanakah kisah hidup Fayyana selanjutnya? Apakah Arga bisa membantu Fayyana mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya?
"Maafkan aku, Fay! Terpaksa mengambil keputusan ini, kedua orang tuaku tak setuju jika aku tetap menikahimu. Mungkin kita memang tak ditakdirkan berjodoh, maka dari itu saat hendak bersatu, ada saja rintangannya," ungkap Dion dengan menunduk dengan suara seraknya, jelas sekali kalau pria itu sedang menahan tangis kesedihannya.
Satu bulan berlalu, setelah Fayyana mengalami kecelakaan dan mengetahui bahwa rahimnya telah diangkat, anehnya Dion tak pernah lagi menemuinya dan baru hari ini kekasihnya itu datang kembali ke rumah. Namun tak sendiri, melainkan bersama kedua orang tuanya.
Fayyana mengira kalau mereka hendak memberikan kejutan dan merayakan ulang tahunnya yang kebetulan jatuh pada hari ini. Tapi kejutan yang diberikan ternyata bukan kejutan yang diharapkan, justru Fayyana harus dibuat menangis, kecewa juga marah saat mendengar keputusan yang baru saja ia terima.
"Tapi kenapa? Bukankah kamu sudah berjanji akan terus bersamaku meski keadaanku seperti ini? Dengan memutuskan hubungan dan pembatalan pernikahan, berarti kamu telah mengingkari janjimu sendiri!"
Fayyana yang tak terima, dengan cepat menyahuti perkataan Dion, ucapan pria itu sangat berbeda dengan terakhir kali saat ia sedang terpuruk di rumah sakit setelah mendapati rahimnya telah diangkat.
"Tidak seharusnya kau memarahi putraku seperti itu, sebelum berkata berkacalah pada dirimu sendiri! Pantas tidak bersanding dengannya?! Wanita yang tak berguna karena tak memiliki rahim sepertimu mana bisa membahagiakan putraku?!"
Gayatri, calon Mama mertuanya, yang terkenal judes yang sedari dulu membencinya mulai buka suara, untuk apalagi kalau bukan untuk merendahkannya kembali.
"Tapi Dion sudah berjanji, terlebih pernikahan kita tinggal menghitung hari, undangan juga sudah disebar luaskan apa tak malu dengan para tamu undangan nanti? Tinggal beberapa persiapan saja setelah itu semuanya akan selesai, tapi kenapa kalian justru memilih jalan ini?"
"Kalau Dion terus bersamamu, wanita yang tak berguna, mau jadi apa? Bagaimana kehidupannya? Siapa yang akan menjadi penerus keturunannya? Harusnya sadar diri, bahwa wanita sepertimu sudah tak diinginkan laki-laki lagi!"
Seketika hati Fayyana hancur berkeping-keping, seperti halnya sebuah kaca, takkan bisa dikembalikan lagi seperti semula. Padahal besar harapannya bisa hidup bahagia dengan pria yang dicintainya. Namun dengan begitu tiba-tiba, kekasihnya sangat tega mengakhiri hubungan mereka dengan begitu mudahnya.
"Dion, bagaimana bisa yang kamu ucapkan kemarin dengan sekarang sangat jauh berbeda? Katanya begitu mencintaiku dan akan menerimaku apa adanya?"
"Satu alasannya karena sudah berubah pikiran, apa yang dikatakan kedua orang tuaku memang benar adanya. Aku sudah tidak bisa melanjutkan acara pernikahan ini. Sejujurnya, sebagai laki-laki dewasa, aku tak menampik ada keinginan juga untuk memiliki keturunan nantinya."
Fayyana benar-benar hancur sekarang, impian membangun rumah tangga dan bisa bahagia selamanya bersama pria yang begitu dicintai kini pupus sudah.
"Wanita diciptakan untuk memberikan keturunan bagi suaminya, lalu apa gunanya seorang wanita jika tidak bisa mewujudkan itu semua yang ada hanya menjadi sampah dan sangat menyusahkan suaminya saja. Maka dari itu, sebelum terlambat pilihan ini yang terbaik bagi Dion, semoga saja bisa dipahami!"
Lagi-lagi ucapan Gayatri terasa teramat pedih dan sangat menyayat hati.
Fayyana merasakan sesak yang teramat sangat, memang pada kenyataannya begitu, tapi kalau dihina habis-habisan seperti ini, siapa yang tak sakit hati, karena sejatinya kalau disuruh memilih, ia juga tak mau berada di posisi sulit seperti ini.
"Baiklah! Aku juga setuju, lebih baik hubungan ini diputuskan dan pernikahannya dibatalkan saja! Daripada aku terus direndahkan sebagai wanita tak berguna, lebih baik cari saja wanita yang lain sesuai dengan kriteria tinggi kalian!!" bentak Fayyana sudah tak bisa menahan lagi emosinya.
Setelah keluarga Dion pergi, Fayyana diam-diam keluar dari rumah.
"Fay, tak mau menyusahkan Ayah lagi dengan keadaan sulit seperti ini, semoga saja Ayah bisa mengerti," gumamnya sebelum benar-benar pergi dari rumahnya sendiri.
Dalam langkahnya, Fayyana merutuki dirinya, sebagai seorang wanita, karena ia merasa sangatlah rendah dan tak berdaya, karena selamanya takkan pernah bisa memiliki keturunan dari rahimnya sendiri nantinya.
Fayyana terus melangkahkan kakinya hingga tak terasa sekarang telah sampai di sebuah rel kereta api, wanita cantik itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, setelah melihat apa yang sedari tadi ia cari seketika senyumannya melebar. "Ibu, kita sebentar lagi akan bertemu, Fay rindu ibu dan ingin ikut ibu ke surga!"
Keputusannya sudah bulat, tak bisa menanggung beban permasalahan hidupnya lebih lama lagi. Fayyana tak bergerak sedikitpun untuk sekedar menghindar dari rel, terus berdiri dan menantang mautnya sendiri.
Padahal sirine kereta api sudah terdengar sangat keras bertujuan untuk memperingatkan siapapun agar menjauh dari tempat tersebut. Namun wanita berumur dua puluh lima tahun itu tak bergeming, justru memilih untuk memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Merenggangkan kedua tangannya sedang dalam keadaaan siap menyambut kedatangan kereta api, seolah mempersilahkan menyambar tubuhnya saat itu dan detik itu juga.
Saat kereta api sudah semakin dekat dan dalam hitungan detik bisa menyambar tubuhnya, tak menyadari jika sedari tadi ada seorang pria yang terus memperhatikan tingkah lakunya.
Pria bertubuh atletis dan berpakaian rapi ala kantoran dengan cepat menarik dengan sangat kencang pergelangan tangan Fayyana, membawanya menjauh dari rel, mendekapnya dengan erat, takkan membiarkan wanita itu melenyapkan nyawanya begitu saja.
Setelah kereta api berlalu, terdengar helaan napas panjang keluar dari mulut pria itu, tanda kelegaan yang teramat sangat. "Syukurlah, aku masih bisa menyelamatkanmu tepat waktu."
"Kak Arga?" Fayyana terbelalak setelah mendongak dan bisa melihat dengan jelas wajah si penyelamat.
Pria itu adalah Arga Putra Kusuma, anak sulung dari Kusuma dan Gayatri, dan tentu saja kakak kandung dari Dion, sang kekasih yang hari ini telah menghancurkan perasaannya dengan sangat.
"Kenapa Kakak berada di sini?"
"Kebalik! Seharusnya aku yang bertanya kenapa kamu bisa berada di tempat ini?! Ayo ikut aku, di sini tak aman sama sekali."
Arga mengajak Fayyana ke mobilnya, lalu memberikan sebotol air mineral untuknya.
Tak kunjung mengambil, wanita berumur dua puluh lima tahun itu hanya menatap sedih pada botol air mineral yang disodorkan padanya.
Arga menautkan kedua alisnya, dibuat heran dengan sikap asli wanita itu yang ternyata sangat berani hendak membunuh dirinya sendiri.
"Minumlah, kamu pasti sangat terkejut dan tenggorokanmu kering saat ini, ambil sebelum aku tarik kembali!"
Fayyana mengambil botol air mineral dari Arga dengan terpaksa, meneguk semua air di dalamnya sampai habis agar pria berahang tegas itu puas.
"Sekarang katakan dengan jujur kepadaku, apa yang sudah terjadi? Kenapa bisa kamu jadi berpikir sempit seperti ini? Apa yang tidak aku ketahui?"
Arga tetap mencengkeram pergelangan tangan mungil Fayyana, karena tak mau saja wanita itu kabur saat ia lepaskan. "Ceritakan padaku semuanya, apa ini ada hubungannya dengan Dion?"
Tangis Fayyana kembali pecah, hatinya semakin sakit mengingat apa yang telah dilakukan Dion dan kedua orang tuanya tadi.
Fayyana menghembuskan napas singkat, lalu kembali menatap ke arah depan. "Dion memutuskan hubungan dan pembatalan pernikahan, alasannya karena aku sudah tak punya rahim akibat dari kecelakaan kemarin," ungkapnya dengan lirih.
"Dion sudah berubah pikiran dan kedua orang tuamu juga tak setuju, Kak! Jadi apa gunanya aku tetap berada di dunia ini! Biarkan aku pergi! Aku tak ingin hidup lagi!"
Arga kembali menarik pergelangan Fayyana, membawanya kembali ke dalam dekapannya yang hangat, membuat Fayyana terkejut tapi hanya bisa menangis pasrah, ia tak bisa lepas dari pria itu karena tenaganya yang lemah tentu saja tak sebanding dengan kekuatan Arga.
"Sekarang katakan padaku, apa yang bisa membuatmu tetap hidup, dalam arti kamu takkan memilih untuk bunuh diri lagi?"
Fayyana terhenyak seketika saat mendengar pertanyaan dari Arga, membuatnya langsung berpikir keras, apa yang masih bisa membuatnya tetap semangat untuk hidup.
"Hanya satu keinginanku di dunia ini, aku ingin bahagia meskipun tanpa adanya rahim dan juga Dion di sampingku! Tapi mana mungkin itu terjadi, padahal kedua hal itu sumber dari kebahagiaanku?!"
Arga segera melepaskan pelukannya lalu mengangkat dagu lancip Fayyana agar bisa menatap lurus tepat ke arah wajahnya. "Kamu ingin hidup bahagia 'kan? Maka menikahlah denganku!"