Kirana yakin kecelakaan yang menimpanya hingga membuatnya koma dan keguguran direncanakan oleh seseorang. Orang yang paling Kirana curigai adalah suami dan kekasih gelap nya, alasannya karena agar mereka bisa menikah setelah menyingkirkan nya. Untungnya Tuhan masih memberikan kesempatan hidup kedua kepada Kirana. Kirana bertekad kuat untuk membalas orang-orang jahat itu, menyusun rencana balas dendam nya dengan baik dimulai dari membuat Daniel jatuh cinta kepadanya, merebut nya dari selingkuhannya, setelah itu Kirana akan campakkan suaminya itu agar merasakan sakit hati seperti dirinya. Kira-kira apakah rencana Kirana berjalan dengan mulus?
Dengan tangannya yang lemah Kirana berusaha mendorong kursi rodanya sendiri masuk semakin dalam ke dalam rumah. Keadaannya masih sama, selalu sepi dan sunyi. Kepalanya terangkat melirik ke arah tangga saat mendengar suara langkah kaki yang turun.
Tatapannya terlihat nanar melihat suaminya tidak sendirian, ada perempuan yang menggandeng tangannya dengan mesra. Saat mereka akhirnya menyadari kehadirannya, Kirana pun dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar.
"Kirana, itu kamu? Bagaimana bisa, kamu masih hidup?!" Itulah hal pertama yang Daniel tanyakan, suaranya yang keras sampai menggema di rumahnya.
Kirana menarik sebelah sudut bibir nya. Reaksi suaminya itu jujur saja menyinggung perasaan nya. "Kenapa kaget begitu? Biasa saja. Aku baru pulang dari rumah sakit, kamu tidak tahu aku pulang hari ini ya?"
Percayalah sekarang Kirana hanya sedang basa-basi, padahal Ia tahu Daniel bahkan tidak sekali pun menjenguk dirinya di rumah sakit. Bagaimana Kirana tahu? Asisten pribadinya lah yang memberitahu, memberikan semua kabar tentang suaminya juga kepadanya selama Ia terbaring koma.
Perhatian Kirana lalu teralih pada perempuan di sebelah Daniel. "Kamu sudah berani ya ajak dia ke rumah ini, apa selama aku koma kamu semakin bebas mesra-mesraan dengan dia? Ckck suami macam apa kamu ini Daniel?" Kirana bertanya dengan nada parau.
Raut wajah Daniel terlihat tidak nyaman, tapi tentu Ia akan membela diri. "Memangnya kenapa kalau aku ajak dia kesini? Lagi pula sekarang Maya istri aku juga, kami sudah menikah tiga minggu lalu," sarkas pria itu tidak tahu malu.
"Wah benarkah? Itu berarti seminggu setelah aku kecelakaan, dan kalian langsung menyelenggarakan pernikahan. Hebat sekali, kenapa tidak mengundang aku?" tanya Kirana konyol, Ia sedang ingin memancing emosi Daniel.
Mungkin sekarang Kirana terlihat santai sekali dan bersikap biasa, tapi percayalah hatinya ini sedih sekali mengetahui Daniel menikah lagi tanpa persetujuannya. Berpikir jika pria itu tidak punya hati sekali, padahal Ia sedang terbaring koma di rumah sakit, tapi Daniel malah bersenang-senang dengan selingkuhannya itu.
Melihat sikap santai Daniel dengan Maya yang tidak merasa bersalah dan tak tahu malu begitu, membuat Kirana semakin bertekad kuat untuk membalas dendam. Mereka jahat, Kirana tidak akan biarkan mereka bahagia. Dendamnya ini muncul setelah Ia terbangun dari koma, semuanya sudah berubah, termasuk dirinya.
Lamunan Kirana terhenti saat Daniel kembali membuka suara. "Sudahlah, lagian sekarang aku dan Maya sudah resmi menikah. Jadi kamu tidak bisa melarang-larang aku lagi. Kamu juga tidak bisa memisahkan kami, karena aku dan Maya saling mencintai."
Kirana malah tertawa kecil, Daniel terlihat tidak mau kalah sekali. "Terus sekarang mau bagaimana? Kamu juga mau ajak dia tinggal di sini? Ingat ya, ini rumah aku. Hadiah pernikahan dari orang tua aku!" tegasnya. Sangat menolak keras kedatangan Maya.
"Sayangnya dulu kamu pernah bilang kalau setelah menikah, rumah ini milik kita berdua, jadi aku juga punya hak setengah untuk tinggal di sini. Kamu gak bisa usir Maya dari rumah ini, dia akan tetap tinggal di sini!" kata Daniel tidak mau kalah.
Kedua tangan Kirana terkepal mendengar itu, hatinya semakin berdenyut nyeri. Sepertinya Daniel sangat mencintai Maya, sampai membelanya seperti itu. Walaupun sudah berusaha keras untuk baik-baik saja, tapi Kirana tetap sakit hati dan kedua mata nya pun berkaca-kaca.
Tidak terbayang Kirana harus tinggal se-atap dengan selingkuhan Daniel. Melihat wajah Maya saja sudah membuat emosinya naik, apalagi jika melihat mereka bermesraan. Untuk saat ini akan Ia biarkan dulu, tapi Kirana tentu harus memikirkan banyak rencana lain agar posisinya tidak menyedihkan terus.
"Ayo sayang kita pergi sekarang, kita kan mau makan siang di luar. Buang-buang waktu aja dari tadi di sini," ajak Maya sambil melirik sinis Kirana. Tatapannya terlihat merendahkan sekali pada perempuan yang tidak berdaya duduk di kursi roda itu.
Maya memang tidak menyukai Kirana, masih ingat saat dulu pernah di labrak teman-teman Kirana di Mall. Mereka mempermalukan nya dengan menjambak dan menampar nya, banyak yang menonton bahkan sampai masuk sosial media.
Citra Maya jadi buruk, banyak yang berkomentar negatif kepadanya setelah itu. Tetapi sekarang Maya menang, karena sudah mendapatkan Daniel sepenuhnya.
"Kita lanjutkan bicara nanti, ada banyak hal yang ingin aku katakan sama kamu. Terserah kalau kamu mau tetap tinggal di sini atau tidak, aku juga tidak perduli kalau kamu mau pergi." Daniel mengatakan itu dengan tidak punya perasaan, tidak tahu saja semakin menyakiti perasaan Kirana.
Kirana menarik nafas dalam-dalam lantas menggembuskannya perlahan. Berusaha mengurangi rasa sesak di dadanya. Padahal Ia baru pulang dari rumah sakit, keadaannya belum pulih total, tapi saat kembali ke rumah ini kondisinya malah seperti akan drop mengetahui kenyataan menyakitkan ini.
Dengan segenap tenaga yang Ia punya, Kirana kembali mengumpulkan sisa-sisa hati yang hancur. Tangannya lalu kembali mendorong kursi roda nya sendiri untuk mencari lift, menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Untung saja di rumahnya ini ada lift, memang tidak ada yang tahu masa depan.
"Nyonya Kirana, apa itu anda?" Pergerakan Kirana terhenti saat mendengar suara lembut itu, perlahan kepalanya menoleh untuk melihat.
"Hai mbok Tati, iya ini saya sudah pulang lagi," sapa Kirana dengan senyuman manis, raut wajahnya yang tadi sendu pun dalam sekejap berubah lagi.
Wanita paruh baya itu lalu berjalan tergopoh menghampirinya, kedua matanya terlihat berkaca-kaca seperti akan menangis. "Ya Tuhan, alhamdulillah ternyata Nyonya masih selamat. Mbok.. Mbok kira Nyonya--"
Melihat pembantunya itu yang sampai tidak bisa berkata-kata melihat dirinya, membuat Kirana pun mengusap tangan keriput itu berusaha menenangkan. Hubungan nya dengan mbok Tati sangat dekat, dulu wanita paruh baya ini juga yang merawatnya dari kecil. Sudah seperti orang tua kedua baginya.
Entahlah apa yang Daniel katakan pada semua orang tentang dirinya yang kecelakaan hebat sebulan lalu. Melihat reaksi terkejut semua orang, bisa saja Daniel bilang jika dirinya sudah meninggal dunia.
Memang tidak punya hati sekali suaminya itu, ah rasanya Kirana malas mengakuinya.
"Sudah mbok jangan nangis, aku gak papa kok. Ya walau aku masih harus duduk di kursi roda, kaki aku kan patah. Tapi kata Dokter, aku pasti bisa jalan lagi kok," ucap Kirana berusaha menghibur.
Mbok Tati menarik nafas dalam-dalam lantas menghembuskan perlahan. "Syukurlah kalau Nyonya baik-baik saja, mbok pun ikut lega. Nyonya tenang saja ya, mbok yang akan jagain dan temenin Nyonya sampai sembuh."
Kirana melempar senyuman tipis. "Makasih banyak ya mbok. Maaf banget kalau misal nanti malah makin repotin mbok karena keterbatasan aku ini," ujarnya tidak enak.
Ya Kirana sadar sekarang saat di rumah dengan kondisinya yang lumpuh begini pasti akan banyak bergantung pada mbok Tati, karena Daniel boro-boro mau merawat nya. Mana sudi pria brengsek itu.
"Ya ampun Nyonya, tidak. Anda tidak pernah merepotkan mbok, Nyonya jangan sungkan begitu. Kalau Nyonya butuh sesuatu, mbok pasti akan langsung berikan dan layani." Mbok Tati terlihat bersungguh-sungguh sekali mengatakan itu, karena Ia juga memang menyayangi Kirana.
Sedih sebenarnya yang Kirana rasakan, walau mbok Tati yang akan merawatnya. Tetapi seharusnya kan yang melakukan tugas itu adalah Daniel, pria itu suaminya dan seharusnya selalu ada di sisinya.
Sayangnya Kirana merasa akan sulit mendapat perhatian Daniel, apalagi setelah menikah lagi dengan Maya.
Buku lain oleh Eunoia1
Selebihnya