"Puaskan saya, maka semua hutangmu, lunas!" ucap pria tampan itu pada Irna. "Anda gila ... sampai kapan pun, saya tidak akan pernah mau melayani anda!" bentak Irna pada pria tersebut, dengan wajah memerah padam saat mendengar perkataannya itu. ****** Irna Mutiara, gadis cantik bermata hazel itu harus rela menikah dengan bos di tempatnya bekerja hanya hutang yang dia lakukan. Namun, tidak pernah Irna bayangkan bila bosnya itu meminta hal tidak terduga kepada dirinya. Semua orang menganggap Daniel sang CEO seorang gay, karena tidak pernah mendengar gosip tentang dirinya yang menjalin hubungan kepada wanita mana pun.
"Puaskan saya, maka semua hutangmu, lunas!" ucap pria tampan itu, pada gadis yang berdiri dihadapannya itu.
"Anda gila ... sampai kapan pun, saya tidak akan pernah mau melayani anda!" bentak Irna dengan wajah berubah memerah padam, saat mendengar perkataan Sang CEO tersebut yang terlihat sangat arogan itu.
Irna tidak pernah menyangka bila sang atas itu akan meminta hal diluar pemikirannya itu.
"Kalau begitu, sekarang bayar semua hutangmu!" desak pria itu dengan datar.
"Ta– tapi ...
"Tapi apa? Saya sudah memberi kau dua pilihan, tapi kamu menolak pilihan yang pertama bukan. Jadi sekarang bayar semua hutangmu!" ucap pria itu, yang bernama Daniel.
"Saya mohon Pak, tolong beri saya keringanan." Irna mencoba mengiba kepada Sang Ceo itu.
"Tidak ada keringanan!" sahut Daniel dengan datar.
"Tapi saya tidak ada uang sebanyak itu, Pak!" ucap Irna dengan lesu.
"Saya tidak mau tahu, itu urusan kamu!" sahut Daniel.
Setelahnya Daniel pergi meninggalkan Irna sendiri, yang masih berdiri didalam ruangan kerjanya.
"Pikirkan baik-baik, sebelum memberi keputusan. Saya tidak menawarkan kesempatan untuk kedua kalinya ya." ucap Daniel, setelahnya ia menghilang di balik pintu Ceo itu.
Seketika Irna terduduk lemas, di atas marmer dingin tersebut. ia tidak menyangka bila utangnya akan membawanya ke jalan yang rumit seperti ini.
"Ini semua gara-gara ayah!" pekik Irna dengan kesal, ia menangis di dalam ruangan tersebut. Ia tidak tahu harus melakukan apa saat ini.
"Aku benci ayah, aku benci!" raungnya.
Tanpa Irna ketahui, bila Daniel sebenarnya memperhatikannya dari dalam ruang rapat itu. Semua orang yang melihat senyum seringai milik Daniel langsung bergidik ngeri. Mereka tidak berani mengganggu Sang Ceo tersebut dari pada berujung pemecatan secara tidak terhormat seperti beberapa karyawan terdahulu.
"Tuan, apa rapatnya bisa kita mulai?" tanya Sang Asisten Daniel, yang sudah cukup dekat dengan Daniel sendiri.
"Batalkan, saya masih mempunyai urusan yang lain." ucapnya, setelah itu ia beranjak dari duduknya pergi meninggalkan rapat penting itu begitu saja.
Sang Asisten yang sudah terbiasa akan perubahan tersebut, hanya bisa menghela napasnya saja. Akhirnya ia membubarkan rapat tersebut yang bahkan belum dimulai itu.
Daniel segera kembali menuju ruangnya dan ia ingin melihat secara langsung wanita itu menangis di hadapannya. Ia kan segera terus mendesak wanita itu untuk memilih pilihan ya, dan akan dirinya pastikan bila wanita itu akan memilih tawarnya yang pertama.
Namun, sayang baru saja dirinya memasuki ruangan tersebut, Irna sudah tidak ada di tempat. Ia segera mencari wanita itu ke sembarang arah.
"Pasti dia berada di toilet, awas saja kalau dia memakai toiletku tanpa ijin dariku." ancamnya pada Irna. Ia segera melangkahkan kakinya menuju toilet di dalam ruang itu.
Dan hasilnya nihil, tidak ada orang sama sekali.
"Kemana gadis itu?" gumam Daniel yang bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Langga ...!" teriaknya pada Sang Asisten.
"Langga ...!" Daniel kembali berteriak memanggil itu Sang Asistennya itu.
"Iya Tuan, ada apa?" tanya Erlangga Sang Asisten Daniel itu.
"Kemana gadis itu pergi?" tanya Daniel pada Erlangga.
Erlangga yang mendengar pertanyaan tersebut, seketika langsung mengerutkan keningnya dalam-dalam. Gadis? Gadis siapa.
"Maaf Tuan, gadis siapa yang anda maksud?" tanya Erlangga yang tidak
"CK ... gadis yang baru saja berada di ruang saya, Langga!" sahut Daniel dengan kesal.
"Yang baru saja dari ruangan anda?" Erlangga mencoba mengingat-ingat kembali siapa gadis yang baru saja masuk kedalam ruangan Sang Ceo tersebut.
"Cih ... sepertinya kamu kurang liburan, sehingga kinerjamu menjadi turun." ejek Daniel pada Sang Asistennya itu.
"Ah ... tidak Tuan, sekarang saya sudah mengingatnya," sahut Erlangga dengan panik saat mendengar perkataan sang atasan.
"Lalu?" Daniel segera menaiki sebelah alisnya.
"Gadis itu sudah beberapa menit yang lalu Tuan," beritahu Erlangga pada Daniel.
"Cih ...
Akhirnya Daniel kembali mengerjakan pekerjaannya dengan uring-uringan.