Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menikah Tanpa Kawin

Menikah Tanpa Kawin

Pelita Abadi

5.0
Komentar
146
Penayangan
2
Bab

Menikah tanpa kawin? Kok bisa? Apa ada ....

Bab 1 Baju Transparan

Di dalam sebuah kamar yang cukup luas, terlihat seorang wanita yang sudah menyandang status sebagai seorang istri, tetapi dirinya sampai saat ini masih menjadi seorang perawan. Tepatnya dia adalah wanita yang masih bersegel, walaupun dia sudah mempunyai suami secara sah.

"Dengan penampilan aku yang sangat menggoda seperti ini, aku yakin Denis tidak akan mengelak lagi. Ibaratkan kucing yang sudah disuguhkan dengan ikan, mana mungkin dia bisa menolak untuk tidak mencicipi hidangan lezat tersebut." Zalfa menatap bayangan dirinya yang begitu seksi di dalam pantulan cermin yang ada di hadapannya.

Lingerie transparan yang dikenakan oleh Zalfa pada malam ini, tidak bisa menutupi bagian-bagian yang menonjol di tubuh Zalfa. Setiap inci tubuh Zalfa bisa dinikmati dengan mata telanjang tanpa ada penghalang sedikitpun. Karena lingerie yang dipakai oleh Zalfa benar-benar begitu transparan seperti saringan minyak yang biasa dipakai oleh tukang gorengan.

Apalagi saat ini, Zalfa sengaja tidak memakai penyangga dua bukit kembarnya dan dia juga tidak memakai segitiga bermuda yang biasa dipakai untuk menutupi bukit berbelah yang menyimpan gua keramat di dalamnya. Tatapan mata Zalfa terus tertuju pada pantulan cermin yang ada di hadapannya. Dia menarik sebelah ujung bibirnya, lalu tersenyum sinis seakan mencemooh dirinya sendiri.

"Serendah inikah harga diriku untuk mendapatkan hak seorang istri dari suami sahnya?" Lirih Zalfa menatap pantulan dirinya dengan air mata yang berlinang.

"Apakah aku akan tetap menjadi pengemis untuk meminta hakku kepada orang yang kini telah berstatus sebagai suamiku?" imbuh Zalfa yang kian semakin sedih.

Dengan rasa yang berkecamuk di dalam dada, Zalfa tidak putus asa untuk mendapatkan haknya sebagai seorang istri. Dia terus berusaha untuk mengambil hati pria yang kini sudah berstatus sebagai suaminya dengan cara yang seringkali menyiksa dirinya sendiri.

Raut wajah yang mengiba dan air mata yang masih mengenang di pelupuknya, tangan Zalfa menarik botol kecil berisikan parfum khusus untuk wanita dari atas meja rias. Parfum yang mempunyai aroma begitu fresh, sengaja Zalfa semprotkan ke seluruh tubuhnya, terutama di bagian leher dan dada. Zalfa berharap dengan pakaian yang bisa dikatakan tidak layak pakai itu, dia bisa membuat suaminya sedikit melirik dan mengingat kalau Zalfa adalah istri secara sah yang dia nikahi beberapa tahun lalu.

"Aku akan terus berusaha mendapatkan hakku dan aku juga akan tetap bertahan dalam rumah tangga ini selagi aku masih mampu. Aku tidak tahu rahasia apa yang sedang dimainkan oleh suamiku. Dia menafkahi aku secara lahir, akan tetapi dia tidak memberikan aku nafkah secara batin. Dia membahagiakan aku secara lahir dengan memberikan uang serta mencukupi kebutuhan hidupku. Namun ... kenapa dia menyiksa batinku tanpa ampun seperti ini?" lirih Zalfa dengan air mata yang menetes melewati pipi mulusnya.

Hati Zalfa terasa pilu mengingat betapa menyedihkan hidupnya setelah menikah dengan laki-laki yang begitu baik dilihat dari covernya. Namun, jika di kulit ke dalam isi cover tersebut, laki-laki yang menikahi Zalfa itu tidaklah jauh dari gelar sebagai pecundang di dalam rumah tangganya sendiri.

Air mata Zalfa pun terus terurai keluar dari pelupuknya, sampai Zalfa pun terisak tak bisa menahan sakit yang dia rasa. Zalfa tersedu di dalam tangis yang tidak dia undang. Ingin rasanya Zalfa mengadu kepada kedua orang tuanya tentang bagaimana terjal waktu yang dia jalani setelah ditinggalkan oleh dua orang yang sangat Zalfa cintai itu.

Di tengah tangis yang menderanya, Zalfa mendengar ketukan pintu kamar yang menandakan kalau suaminya sudah pulang dari kantor. Dengan segera Zalfa menghapus sisa air mata di pipinya dan berlari ke arah meja rias. Dengan tergesa-gesa, Zalfa mengambil bedak tabur dan langsung menyapukan bedak tabur itu ke seluruh wajahnya agar terlihat fresh di hadapan suaminya nanti saat telah membukakan pintu menyambut pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu.

Suara ketukan pintu kembali terdengar berulang kali. Karena tidak juga dibukakan pintu oleh Zalfa yang dia kunci dari dalam, Denis pun memanggil nama istrinya itu dengan nada yang lembut.

"Fa ... Zalfa!" Denis terus mengetuk pintu dengan memanggil nama istrinya. Dia tidak bisa masuk karena pintu dikunci dari dalam oleh Zalfa.

"Fa! Kamu tidur?" tanya Denis dari luar yang menghentikan ketukan pintunya.

"Mungkin dia ketiduran." Karena tidak ada sahutan dari dalam, apalagi tanda-tanda orang akan membukakan pintu untuknya, Denis pun mengambil kunci cadangan dari dalam tas untuk bisa masuk ke dalam kamar dia dan Zalfa.

Baru saja Denis mau memakai kunci yang ada di tangannya untuk membuka pintu kamar demi bisa masuk ke dalamnya, pintu kamar tersebut sudah terlebih dahulu terbuka dan menampilkan sosok wanita cantik dari balik pintu yang ada di hadapan Denis. Wanita cantik yang memakai pakaian seperti saringan minyak yang tidak mampu menutupi tubuhnya, sehingga membuat dia seperti sedang bertelanjang bulat.

"Kamu sudah pulang, Mas?" Sambut Zalfa dengan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan sang suami yang baru saja pulang dari bekerja.

Denis langsung menyambut uluran tangan Zalfa dan mengalihkan pandangannya dari tubuh wanita yang ada di hadapannya itu. Seperti biasa, Zaffa akan mencium tangan suaminya dan langsung mengambil tas kerja Denis, lalu membawanya ke atas nakas.

Saat Zalfa berjalan di depannya menuju nakas, mata Denis sempat tertuju pada sebuah titik tubuh wanita yang sudah sah menjadi istrinya itu. Denis meneguk salivanya dengan susah payah yang langsung menggenangi mulutnya. Bongkahan bokong Zalfa yang montok, bergerak seakan menantang Denis ketika Zalfa melangkahkan kaki. Pemandangan itu membuat pisang raja di balik celana Denis pun terbangun dan mengeras.

"Kenapa kamu pulangnya lama sekali hari ini, Mas?" Zalfa bertanya sambil membalikkan tubuhnya menatap ke arah Denis yang berdiri mematung masih menatap Zalfa dengan tatapan yang begitu lapar.

Denis yang ditanya oleh Zalfa, dia tidak menjawab dan masih berdiri mematung. Denish seakan menjadi beku seketika karena merasa terhipnotis oleh kemolekan tubuh Zalfa yang membuat pisang rajanya bangun. Zalfa yang menyadari kalau tatapan mata Denis tertuju pada tubuhnya, dia pun menarik kedua sudut bibirnya tersenyum tipis.

"Kali ini usahaku berhasil," batin Zalfa bersorak gembira.

"Mas! Ayo sini! Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apakah ada yang aneh dengan penampilanku?" tanya Zalfa dengan senyum yang sumringah.

Mendengar pertanyaan Zalfa, lamunan Denis pun buyar. Dia gelagapan dan menjadi salah tingkah karena ketahuan oleh Zalfa telah menatap tubuh indah Zalfa dengan tatapan rakus dan lapar.

"I-iya. Kamu kenapa berpakaian seperti itu? Apakah kamu tidak takut masuk angin?" tanya Denis mengalihkan pandangannya dari Zalfa.

"Jika aku masuk angin, 'kan ada kamu yang bisa mengeluarkan angin dari tubuhku." Zalfa mendekati Denis dan mengalungkan tangannya ke leher pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu.

"Semoga saja perjuanganku selama ini untuk mendapatkan hakku sebagai seorang istri, hari ini bisa aku dapatkan melalui caraku berpakaian yang tidak layak pakai seperti ini," batin Zalfa berharap penuh agar bisa menikmati bagai mana rasanya menjadi istri yang sempurna.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Pelita Abadi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku