Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PERNIKAHAN PAKSA : Menikah Tanpa Cinta

PERNIKAHAN PAKSA : Menikah Tanpa Cinta

tulisanraelio

5.0
Komentar
7.5K
Penayangan
55
Bab

Baskara, seorang pria tampan penerus Adiputra Group menjalani hidup dengan kekasihnya, Viona. Namun, takdir berputar ketika orang tua Baskara dan Hanna merencanakan sebuah perjodohan. Hanna, gadis penurut dan ceria, tak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berubah seketika. Terpaksa menikah karena keputusan Ayahnya. Baskara dan Hanna merasa terjebak dalam situasi yang tak diinginkan. Baskara masih mencoba mempertahankan perasaannya untuk Viona, sementara Hanna merasa dilema mengetahui suami yang tak dicintainya itu memiliki kekasih. Akankah perjuangan dan pengorbanan mereka berakhir mengikuti panggilan hati? Apakah takdir benar-benar memeluk mereka? "Terkadang hubungan yang kita cari berada ditempat yang sama sekali tidak kita duga." - Baskara Adiputra -

Bab 1 Calon Pengantin

Baskara memeluknya, membuat wanita berambut cokelat itu semakin erat di dekapannya. Wajah rupawan pria itu sengaja ia benamkan ke leher jenjang sang kekasih yang juga telah melingkarkan tangan di pinggang Baskara, membalas pelukannya.

Setelah berbagi kehangatan selama beberapa saat, perlahan ia memundurkan wajah untuk kembali menatapnya yang terlihat sedih. Suasana di antara mereka sedang runyam kini.

Apalagi kalau bukan tentang masalah perjodohan yang akan memisahkan hubungan mereka berdua.

Mata hazel milik wanita itu berkaca-kaca, menatap lurus obsidian sekelam malam yang juga menatapnya.

"Bas, apa kamu bisa memegang semua janjimu padaku?"

"Aku berjanji, Sayang." Pria berkulit putih itu mengangguk pelan. "Sudah kukatakan berapa kali padamu?" Ia memberi jeda. Nadanya serius. "Aku tidak akan pernah menyentuhnya walaupun sudah terikat hubungan sakral seperti pernikahan."

Jujur, perasaan lega menjalar di dada Viona ketika mendengar pernyataan tadi. Namun ia tetap merasakan ada sebuah hal yang mengganjal.

"Tapi tidak mungkin kau tetap enggan menyentuhnya, Sayang. Dia akan menjadi istri sah yang selalu ada di sisimu," Lirihnya sambil menunduk menyembunyikan kesedihan yang mendalam. "Lagi pula untuk saat ini, aku memang kekasihmu. Tapi setelah kau benar-benar menikahinya, dengan otomatis statusku akan berubah juga sebagai kekasih gelap, kan?"

Baskara terdiam, perkataan Viona membuat dadanya terasa sesak.

"Aku tidak ingin dianggap sebagai pihak ketiga dari hubungan kalian."

Tiba-tiba saja jemari Baskara meraih dagu Viona, memaksanya untuk mempertemukan tatapan mata mereka. "Kau salah, Sayang. Dialah pihak ketiga dari hubungan kita."

Lalu secara perlahan ia pun mengeliminasi jarak dengan mempertemukan bibir tipisnya ke bibir Viona.

"Kuharap kamu akan terus seperti ini ...."

"Pasti." ucapnya meyakinkan Viona pun hatinya.

***

Di saat jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, pintu rumah besar itu dibuka oleh seorang pria. Setelah masuk, ia menutup pintu dan mulai mencari saklar lampu yang berada di dinding.

Tapi sewaktu sinar cahaya sudah menerangi ruangan, tampaklah sebuah sosok berwajah tegas, persis sepertinya, namun lebih dewasa. Itu ayahnya. Dia duduk di sofa ruang tengah. Alisnya bertaut dan kedua tangannya terlipat rapi di dada.

Dia marah, dan Baskara tahu apa sebabnya.

"Dari mana saja kau?" suaranya berat seakan menggema ke seluruh ruangan, tapi Baskara Tidak menganggap suara itu ada.

"Sampai kapan kau akan bersamanya?"

"Ini bukan urusanmu." Ia kembali berjalan, tidak peduli dengan pertanyaan omong kosong yang terlontar. Sampai akhirnya ia terpaksa berhenti karena sudah ada lima orang berbadan tegap dan besar yang serentak menutupi jalannya menuju kamar.

Tentu saja mereka berani menghalangi Baskara, secara itu adalah sebuah perintah dari tuan rumah.

"Tentu saja itu ada hubungannya denganku, Baskara Adiputra!" Hardiknya keras.

Baskara mendengus kesal. Dengan terpaksa ia berbalik untuk menatap wajah Ayahnya.

"Ayah mau apa lagi?"

"Kuharap kau bisa mengakhiri hubunganmu bersama wanita itu ...." Ia memberi jeda untuk lebih menekankan kalimat selanjutnya. "Kau sudah dijodohkan."

Mendengar kalimat tadi, ia tertawa sinis. "Ayah menjualku bukan menjodohkanku."

"Apa?" Teno menggeram.

"Memangnya ada alasan lain? Aku tahu Ayah mau menjodohkanku dengan putri keluarga Soemarno hanya untuk meningkatkan kerja sama bisnis, kan?" Baskara tersenyum mengejek. "Dari pada aku yang dinikahkan, kenapa tidak Ayah saja yang menikahi putri dari sahabatmu itu?"

"Baskara! Dasar anak kurang ajar!" Mata Teno membulat, emosinya mulai naik ketika Baskara membalasnya dengan sebuah kalimat yang merupakan pukulan telak baginya, semua yang dikatakan oleh Baskara itu benar. Perjodohan ini bertujuan sebagai langkah awal dari kerja sama perusahaan Adiputra Group dan Soemarno Company yang akan menutupi kebangkrutan keluarga besarnya.

Pria yang sudah berumur setengah abad itu berdiri. Ia menghampiri putranya dengan telapak tangan yang siap melemparkan tamparan kencang, namun sebelum kejadian itu terjadi ke pipi Baskara, istrinya sudah keburu muncul dan menengahi. Ia menahan langkah Teno dan mengelus pelan bahu suaminya agar kembali tenang.

"Sayang ... tenanglah sedikit." Pintanya memohon, berusaha mencairkan suasana yang tegang itu.

Dan untungnya usaha tersebut berhasil, walaupun wajah Teno masih terlihat merah menahan amarahnya.

Lalu dengan lembut ia pindahkan pandangannya. "Baskara, ibu mohon, untuk sekali ini saja turuti saja permintaan Ayahmu. "

Baskara membuang muka. Ia tidak bisa melawan. Baginya tidak sepantasnya ia sergah kalimat Ibunya. Jadi dengan terpaksa ia juga menurunkan tingkat amarahnya.

"Kalian menjodohkanku dengan orang asing yang sama sekali aku tidak kenal." Ucapnya setengah membentak. "Lebih parahnya lagi, besok ia akan kunikahi." Baskara mendengus kesal. Kepalan tangannya mengerat.

***

Kedua mata Hanna mengerjap pelan. Ia menganga, tapi sebagian mulutnya yang terbuka telah ia tutupi oleh jemari lentiknya. Tatapannya terus tertuju pada sebuah foto yang baru diberikan padanya. Tubuh Hanna melemas. Orang di foto itulah yang besok akan menikahinya.

"Bagaimana Hanna, apa sekarang kamu sudah mengetahui calon suamimu nanti?"

Masih dengan posisi tadi, perlahan Hanna mengalihkan pandangannya ke mata sang Ayah.

"Ini ... calon suamiku nanti?" Tanyanya dengan berbisik.

Sang Ayah mengangukkan kepalanya. Perlahan Hanna mengigit bibir bawahnya, Dia sama sekali tidak mengenal calon suaminya kelak. Sebenarnya Hanna ingin protes tentang pernikahan yang tiba-tiba ini, dirinya tidak yakin esok akan berjalan mulus. Tapi mengingat Hanya tinggal Ayahnya yang Hanna punya sebisa mungkin gadis itu tidak ingin menyakiti perasaan orang yang dicintainya itu.

***

Hari ini adalah hari yang berbahagia. Bahagia menurut keluarga Adiputra dan Soemarno tapi tidak untuk Baskata ataupun Hanna yang mungkin akan mengetahui kebenaran yang sengaja disembunyikan oleh pihak keluarganya.

Dekorasi Ballroom hotel itu serba putih. Bukan hanya itu, ratusan hiasan berwarna putih gading merajai dekorasi yang terpajang. Mereka memang memilih putih sebagai warna tema karena bagi kedua keluarga mempelai, putih memancarkan sinar yang elegan dan suci.

Di ruang rias, Hanna masih saja tersenyum sendiri sampai kedua pipinya memerah membuat orang lain yang melihatnya langsung ikutan tersenyum. Bayangkan, wajah Hanna yang belum memakai riasan saja sudah cantik dan manis seperti ini.

"Nona, Anda tampak sedikit gugup." Seorang penata rambut memandangnya melalui cermin tata rias.

Sebenarnya, Hanna kalut sekali. Bahkan sejak semalam ia tidak bisa memejamkan mata. Dirinya merasakan firasat yang tidak menyenangkan.

Perasaan yang otomatis menyuruhnya untuk mencari waktu sendiri.

"Aku mau cari angin sebentar." Hanna bangkit, dirinya ingin segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Baik, Nona. tolong jangan ke lantai atas agar tamu undangan tidak dapat melihat wajah Anda yang belum di poles."

"Iya, terima kasih," ucap Hanna cepat. Langkah kakinya setengah berlari pergi meninggalkan ruangan itu.

***

Sedangkan di ruang rias pengantin pria, Baskara duduk di kursinya dengan wajah tertekuk dan kedua tangan yang menyilang di dada. Tak ada satu pun yang berani mengatakan kalau hari ini dia lagi bahagia. Lihat saja dari aura gelap yang dipancarkannya.

Tapi kenapa?

Itulah yang menjadi pertanyaan semua penata rias Baskara.

Kursi yang diduduki Baskara berdecit. "Dimana calon istriku?"

"Hm ... kau sudah tidak sabar, ya? Padahal tinggal beberapa jam lagi kalian bertemu." Jawaban yang berasal dari seseorang di arah pintu masuk sontak membuat sosoknya menjadi perhatian.

Melihat siapa yang ada di sana, Baskara memasang wajah kesal. "Kak, untuk apa kau ke sini?"

Wanita yang dipanggil Kak itu merapikan kebaya yang di kenakan, lalu tersenyum kecil. "Untuk melihat pernikahan adikku, memangnya apa lagi?"

"Aku tidak butuh kau melihatku!" bentaknya pada sang Kakak.

"Sudahlah, ributnya nanti saja. Hari ini seharusnya kau menghabiskan waktu untuk tersenyum."

"Jangan bercanda." Baskara berjalan cepat mendekati pintu keluar. "Kau tau di mana dia?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh tulisanraelio

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku