PERNIKAHAN PAKSA : Menikah Tanpa Cinta
-lagi hanya berjarak beberapa senti di hadapannya. Air mata memang masih menga
Dengar, kau tidak menyukaiku, dan aku pun juga tidak menyukaimu. K
terdengar gugup ketika melihat
gap pernikahan ini mai
ya kalimat Baskara yang barusan b
eperti Suami-Istri jika berada di depan keluarga kita. Mengerti?" J
ke Baskara. Kemudian Baskara membenahi posisinya
gat kusayang. Orang itu adalah kekasihku." Suaranya me
ipta di sekitar mereka seakan tidak ada oksigen yang cukup
ngin membuat sebuah kalimat pertanyaan. Tapi ketika
tidak mencintainya, dan ia pun tidak menci
dang duduk di sampingnya itu deng
io
eh dari dalam dirinya saat nama itu terucap. Bena
nya i
erti." Ada keraguan dalam dirinya, Baskara menatap Hanna. B
ini, matanya menyapu ke sekeliling. Berharap bahwa
na?" des
di atas sofa kecil di dekat tempat tidur. Lalu sebelum pria bersifat dingin itu keluar dan
bukan hanya menghancurkan impiannya untuk mendapatkan ciuman pertama
rpindah ke sebuah foto besar yang menampangkan foto pernikahan yang terpajang di dindi
pantas disebut
remas rok pengantin yang masih ia pakai. Dan lagi-lagi Baskara m
hagia." Lirihnya. "Ini hanya perjodohan bersama o
. Sambil menarik nafas ia menjatuhkan diri ke kasur
*
lihat langit-langit kamar. Tapi meskipun ia sedang melihat, kupingnyalah yan
ah ia tunggu sampa
menutup kedua mata. Tapi ketika ia membalikkan badan untuk meregangkan otot, tiba-
dengan jantung yang berdetak kencang ia
g tersedia, ia menghela napas berat. Itu bant
g telinga, ia mengarahkan pandangannya ke pintu kamar membay
sebegitu me
pahanya, lalu ia tarik untuk menutupi t
. Hati dan pikirann
*
iri sendirian. Tangannya memgambil daging dan memotongnya, secara perlahan ia masuka
eja makan beserta sup yang dari tadi sudah dihangatkan
agi piring dengan posisi terbalik. piring yang selalu ia t
*
coklat. Menelusuri jalanan dengan santai, berniat untuk menuju sal
carik kertas putih, lalu menggumamkannya dalam hati. Sesudah berjalan sek
apa saat. Hari ini akhir Minggu, pantas banyak pasangan yang berlalu lalang di depannya. Set
ak tumpukan dedaunan yang licin, membuatnya terpeleset sampai
sudah melengkung turun, ia meringis d
isa be
skipun Hanna hanya pernah mendengar bebera
al suara itu terdengar. Tapi dengan cepat pula pemanda
kinerja tubuhnya terhenti, bahkan ia
itu bukan untuknya. Melainkan wanita berwajah bule yang ju
na, wanita itu meraih tangan Baska
butnya, dan kembali melanjutkan perjalanan untuk memasuki kedai kopi ya
ian barusan sambil mencoba berdiri, matanya terus memandang pin
tadi yang b