Cantik, wanita karier dan mapan lantas apa yang kurang dari sosok chilla. Ia memiliki keberuntungan dalam hal karirnya tapi tidak dengan percintaannya. Kegagalan pernikahan sang kakak, membuat Chilla pesimis soal percintaan. Tapi keinginan untuk memiliki anak membuat ia memilih jalan pintas yaitu mencari laki-laki berkualitas untuk menghamilinya dengan menjalini pernikahan kontrak. Oke, bagaimana perjalanan pernikahan Chilla yang ia kira sesuai dengan keinginannya tapi malah melenceng saat cinta dan nafsu menguasainya.
BAB. 1
"Bisa aku minta bantuan kamu, Bel?" tanya Chilla dengan hati-hati pada sahabatnya. Malam ini Chilla sudah tidak punya pilihan lagi. Setelah beberapa hari ia di buat stress oleh tuntutan keluarganya yang mengharuskan dirinya harus segera menikah. Ia terpaksa mengutarakan kegundahan hatinya pada sahabatnya untuk meminta bala bantuan
"Bantuan apaan, Chill?" Bella mengerutkan keningnya. Ia menelisik sahabat yang sudah lebih dari sepuluh tahun ini. Chilla sempurna bahkan sangat sempurna. Cantik, pintar, memiliki pendidikan tinggi hingga S-2 dan dari keturunan orang kaya raya dan ia memiliki karier yang cemerlang di bidang art.
Bantuan seperti apa yang ia harapkan dari seorang Bella yang sederhana ini.
"Bantuan apaan?" tanya Bella ulang saat di lihatnya Chilla diam dengan keraguan.
"Bantu aku mencari pria untuk aku nikahin,"
Pyur...
Minuman yang di sedot Bella muncrat, untung posisi Chilla lumayan jauh di depannya, di batasi meja.
"Apaan sih, Bella? Kamu jorok deh," keluh Chilla.
"kamu bilang apa tadi?" tanya Bella menghiraukan keluhan Chilla yang sibuk meraih tisue dan mengelap meja.
"Kamu jorok!"
"Bukan yang itu,"
"Apa?"
"Yang tadi sebelum aku minum,"
Chilla hening dan menatap Bella prustasi. "Bantuin aku cari pria yang bisa aku nikahin,"
Bella melotot, soalnya Chilla selama ini di kejar banyak pria dari mulai remaja hingga saat ini tapi selalu di tolak, lalu sekarang.
"Kamu sakit Chill?"
"Enggak!"
"Trus, kenapa? Tumben minta cari jantan and mau kawin?"
"Jantan..jantan, pria! And bukan kawin...nikah!" sewot Chilla.
"Terserahlah itu apa, yang penting angin apa kamu mau itu tadi semua,"
"Angin puting beliung telah terjadi di keluarga besar aku Bella, dan aku harus memberikan cucu segera."
"Cucu? Kenapa dengan cucu?"
"Bulan lalu kakek aku sakit dan dia mengumpulkan semua anak-anaknya dan cucu-cucunya. Kamu kan tahu aku cucu tertua di keluarga Kakek Dirgantara."
"Iya, trus...," Bella masih menyimak.
"Aku di paksa harus kasih cucu segera, karena warisan atas diriku tidak di berikan atas namaku melainkan untuk anakku. Jika aku dalam satu tahun ini tidak memberikan cucu, maka warisan atas namaku akan di wakafkan ke yayasan sosial."
"Loh, kok gitu?"
"Enggak tahu tuh kakek tua, entah apa maunya," wajah Chilla kian prustasi.
"Bukannya banyak yaa Chilla, laki-laki yang mengejar kamu? Edo, arsitek muda yang masih kasih kode buat kencan and Marvel fotografer yang selalu kirim-kirim salam trus pak Dito yang trus ngedeketin Madam Lina mulu buat bisa dapatin cucu kesayangan keluarga Dirgantara. Lalu..siapa lagi yaa sampe aku lupa, kenapa kamu sampe pusing mikirin sih Chill?"
"Mereka kan serius ngajak nikah Bella, aku enggak mau menikah. Kan kamu tahu aku gimana,"
Mata bella melotot dan wajah garang. Rasanya ia ingin murka jika tidak mengingat wanita di depannya adalah bosnya di kantor. Walau bagaimanapun ia harus tetap jaga sikap.
"Kamu maunya apa sih Chilla?"
"Aku mau nikah tapi enggak untuk serius berumah tangga,"
"Jadi untuk apa? Untuk buat cucu doang? Untuk kamu pamerkan ke kakek kamu dan kasih warisan,"
"Iya,"
"Apaa?" pekik Bella.
Sekeliling mereka lalu menatap ke arah meja mereka berdua. Chilla membalas dengan senyuman canggung seolah minta maaf.
"Apaan sih, enggak usah teriak juga kali!"
"Lagian kamu maunya apa sih?" tanya Bella dengan nada mulai di paksakan melunak.
"Aku mau cariin pria yang berkualitas untuk menghamilin aku,"
Bella menggeleng cepat, 'Ini nih akibat jomblowati akut jadi error' keluh bhatin Bella.
"Gini deh, kamu mau nikah apa kawin,"
"Nikahlah!"
"Nikah enggak bisa menghamilin kamu Chill, yang bisa kawin,"
"Dua-duanya lah, nikah dulu baru kawin terus pas aku dah hamil cerai deh," ujar Chilla enteng dengan senyum manisnya.
'Wah, dah saraf nih otak nih anak,' Bella mendesah keras.
"Kamu mau nikah terus buat anak lalu cerai, gitu?"
"Iya,"
"Tapi tetap harus pria yang berkualitas?"
"Iyalah, ini menyangkut keturunan aku, anak aku jadi harus dari bibit yang unggul dan berkualitas terbaik,"
Sekarang giliran Bella yang prustasi, tatapan matanya sudah menunjukkan kekhawatiran akut atas pola pikir sahabatnya yang mulai lepas kendali.
"Kamu...mau yang seperti itu bisa dapat dari mana? Dari mana cari pria seperti itu? Nikah hanya buat ngebuntingin kamu doang," tanya Bella dengan suara pelan tapi tertekan.
Selama persahabatan mereka Bella sudah kenyang dengan karakter random Chilla yang selalu bertingkat aneh dan pikirannya yang ngawur.
Tapi dari semua ide-ide gila di kepala gadis berusia 26 di depannya ini. Ini yang menurutnya paling ekstrim.
"Iya, aku enggak tahu. Makanya aku minta bantuan kamu. Kamu kan punya banyak teman, koneksi dan relasi,"
"Bukannya kamu juga kan?"
"Aku urusan pekerjaan semuanya, enggak ke kamu Bella, kan punya banyak kegiatan dan komunikasi juga pergaulan kamu banyak. Kamu kan ekstrovert Bella,"
"Iya, tetap aja gimana caranya aku mencari jantan seperti yang kamu mau itu?"
Pria! Laki-laki, cowok! Jangan jantanlah itu sebutan untuk hewan!"
"Habisnya kamu cari golongan berbatang itu hanya buat ngebuntingin kamu doang kan jadi apa doang bedanya dengan hewan Cuma buat kawin doang,
"Kan aku bilang tadi nikah Bella,"
"Kamu kira ada laki-laki yang mau gitu nikah sebentar doang lalu cerai. Kalo yang abal-abal bisalah, gampang nyarinya tapi ini harus berkualitas dan unggul pula lagi. Laki-laki yang seperti itu paling dah sold out Chilla,"
"Ya... Masak banyaknya pria di muka bumi ini enggak ada satu aja gitu yang belum laku. Masa dah laku semuanya gitu yang berkualitasnya,"
"Kalau pun belum laku, mereka enggak akan mau di manfaatkan Cuma buat bercocok tanam doang."
"Bukannya pria sukanya bercocok tanam ya?"
"Ampun dah aku sama kamu Chilla, aku rasa dosen dan kampus yang meluluskan kamu itu enggak benar deh, bisa pula manusia ke kamu ini bisa lulus,"
"Maksudnya kamu, apa?" Chilla mulai kesal padahal seharusnya Bella lah yang kesal.
"Yang berkualitas menurut kamu itu yang gimana? Selera kamu, apa? Bibit unggul untuk calon keponakan aku maunya kamu itu yang bagaimana?" Bella mengalah.
"Ya...," Bella menerawang seolah berpikir akan gambaran laki-laki yang ia inginkan.
"Apa? Chilla?"
"Aku enggak peduli dia dari kalangan mana aja, asal bibit, bebet, bobotnya jelas, goodloking, cerdas, berpendidikan, dan riwayat kesehatan fisik dan rohani juga kesehatan seksualnya bagus. Aku mau yang pria subur, bila perlu sekali berhubungan aku bisa langsung hamil,"
Bella dah shock, ia rasanya ingin pinjam pintu ke mana saja milik Doraemon. Siapa pun tolong selamatkan Bella.
"Kenapa?" tanya Chilla jadi khawatir sama Bella. Karena sahabatnya itu menjadi beku.
"Dengan standar kamu semua tadi mana ada yang mau kilat, nikah lalu cerai, Chilla Wangi Dirgantara."
Bab 1 Chilla
12/07/2023
Bab 2 Mimpi Basah
12/07/2023
Bab 3 Wanita Lain
12/07/2023
Bab 4 Perdebatan
12/07/2023
Bab 5 Menyerah
12/07/2023
Bab 6 Pertemuan
12/07/2023
Bab 7 Namira yang Malang
12/07/2023
Bab 8 Mantan Mertua Biadab
12/07/2023
Bab 9 Tidak Percaya Pernikahan
12/07/2023
Bab 10 Menginginkan Anak
12/07/2023
Bab 11 Hukuman Buat Namira
13/07/2023
Bab 12 Pernikahan Bisnis
13/07/2023
Bab 13 Agung yang Tertekan
13/07/2023
Bab 14 Poliandri
13/07/2023
Bab 15 Wisnu Meminta Kembali
13/07/2023