Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
One Night Stand with Tuan Bilyoner

One Night Stand with Tuan Bilyoner

Liling Sarungallo

5.0
Komentar
258
Penayangan
5
Bab

Kisah Seorang wanita bernama Jenita mahasiswi di sebuah Universitas Negeri, parasnya yang cantik dan otaknya yang pintar menjadikannya idola di kampusnya, sehingga membuat sahabat karibnya iri dan benci padanya bahkan menaruh dendam karena pria yang diam-diam sangat dicintainya, menaruh hati pada Jenita. Berbagai cara dilakukannya untuk menjatuhkan dan mempermalukannya hingga suatu malam melakukan trik licik dengan mengajak Jenita ke club' malam yang berada di sebuah hotel mewah, dan menjebaknya dengan menaruh obat perangsang didalam minumannya dan menjualnya pada seorang pria. Sehingga Jenita melakukan malam panas disebuah kamar hotel dimana club' itu berada dengan seorang pria yang tak di kenalnya, yang ternyata pria tersebut bernama Bima Sanjaya, pengusaha muda yang sangat sukses, seorang Bilyoner pewaris kerajaan bisnis Sanjaya Group. Yang dijebak oleh sahabat karibnya karena dendam pribadi. Kisah malam panas bersama seorang Bilyoner membuat Jenita harus menanggung malu dan cemoohan. Diusir oleh orang tuanya, terpaksa keluar dari universitas tempatnya menuntut ilmu, banting tulang bekerja demi janin yang ada di dalam kandungannya dan juga hidupnya. Hingga suatu hari tanpa sengaja Jenita bertemu dengan Pria satu malam yang bersamanya di malam panas itu.Dan menambah kehidupannya semakin sulit disebabkan oleh kekasih pria itu yang berusaha dengan berbagai cara untuk menyingkirkan Jenita dari kehidupan Bima Sanjaya.

Bab 1 Club' Malam

"Jen, malam nanti jadi ya ke ultahan sepupu aku,' ucap Caca sahabat Jenita.

"Kamu kan tahu Ca, aku gak pernah ke tempat begituan," ucap Jenita.

"Please Ca, temenin aku yaaa," ucap Caca seraya mengedip-ngedipkan matanya.

"Aku ijin Papa dan mama dulu ya," ucap Jenita.

"Pleaseee..., aku gak ada temen lagi yang mau aku ajak," ucap Caca memohon seraya menangkupkan tangannya. Tatapan matanya menatap Jenita dengan pandangan memohon.

"Baiklah," ucap Jelita seraya tersenyum menatap Caca.

"Makasih ya Jen, kamu emang sahabat aku yang paling baik," ucap Caca.

"Ya udah yuk..., Kita pulang," ucap Jenita seraya bangkit dari kursinya, tiba-tiba sebuah suara terdengar dari arah pintu ruangan kelas Ekonomi dimana saat ini Jenita dan Caca berada.

"Jen, Ca, belum pulang?"

Jenita dan Caca menoleh kearah suara itu, terlihatlah seorang pemuda ganteng mahasiswia kedokteran bernama Riko menghampiri mereka.

"Eh Ko, tumben ke kelas Ekonomi," Ucap Jenita.

"Sengaja pengen liat cewek cantik, bernama Jenita Sukma Ayu," ucap Riko seraya menatap Wajah Jenita yang sedang mengulas senyum manisnya.

"Kamu bisa aja," ucap Jenita.

Sementara itu Caca hanya diam memandang Jenita dan Riko, pandangan matanya serta ekspresi wajahnya sangat sulit di tebak.

"Ya udah yuk, kita pulang," ucap Riko seraya meraih tangan Jenita kemudian melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu keluar ruangan kelas Ekonomi tersebut, langkahnya terhenti ketika Jenita mengibaskan tangan Riko.

"Kamu ini main tarik-tarik aja," ucap Jenita. Seraya menoleh ke belakang dan berjalan menghampiri Caca.

"Ayo Ca, Pulang," ucap Jenita seraya menarik tangan sahabatnya itu.

"Kamu ngapain sih bengong aja disitu," ucap Jenita lagi.

"Dari pada aku jadi obat nyamuk, mending bengong di kursi liatin kalian yang lagi pacaran," ucap Caca dengan sedikit nada sinis.

Jenita yang mendengar perkataan Caca, mengeryitkan keningnya kemudian menggendikkan bahunya.

Riko yang menunggu didepan pintu tersenyum memandang Jenita yang berjalan ke arahnya.

"Loh kamu kok masih disitu sih ko?" Tanya Jenita.

"Aku nungguin kamu,"jawab Riko.

"Ya udah yuk," ucap Jenita kemudian mereka bertiga berjalan beriringan menuju halaman parkir Universitas Negeri Buana. Sepanjang lorong kampus, mahasiswa dan mahasiswi, menatap Jenita dengan pandangan kagum, mereka tersenyum dan menyapa Jenita, Jenita yang terkenal akan keramahannya membalas setiap sapaan dengan senyuman manisnya lesung pipi di kedua pipinya membuatnya semakin manis dan ayu, sementara itu Riko dan Caca yang berjalan bersamanya menampakkan wajah kesal. Sesampainya dihalaman parkir Riko menatap Jenita.

"Aku anter pulang ya," ucap Riko.

"Makasih Ko, tapi aku pulang bareng Caca aja deh," ucap Jenita seraya tersenyum manis pada Riko, melihat senyum manis Jenita Riko pun terpana menatap wajah gadis yang ada dihadapannya.

"Kami pulang dulu ya Ko," ucap Jenita kemudian membuka pintu mobil Caca. Caca yang sudah siap di belakang setir mobil, hanya diam tanpa sepatah kata pun pada Jenita.

"Kamu kenapa sih Ca, dari tadi diem aja, gak biasanya," ucap Jenita seraya menatap Caca.

"Gak kok, cuma lagi malas ngomong aja," jawab Caca sedikit ketus.

Jenita yang mendengar jawaban Caca dengan nada ketus menatap heran Caca. Kemudian matanya pun beralih menatap kedepan, sedangkan Caca melajukan mobilnya keluar dari halaman kampus. Sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam, hingga sampailah di depan rumah Jenita, sebuah rumah minimalis, halaman yang tidak terlalu luas, tanaman bunga yang tertata rapih, membuat halaman tersebut sangat indah di pandang mata.

"Aku langsung pulang aja Jen," ucap Caca.

"Gak mampir dulu Ca?" Tanya Jenita.

"Gak Jen. Jam 7 malam aku jemput ya," ucap Caca seraya tersenyum pada Jenita.

"Oke Ca, see you," ucap Jenita. Kemudian keluar dari mobil Caca, melangkah kakinya masuk kedalam rumahnya. Sementara itu Caca yang belum melajukan mobilnya, menatap punggung Jenita dari kaca mobilnya, dengan ekspresi wajah yang sulit di tebak.

Waktu pun terus berlalu, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. setelah berpamitan pada kedua orang tuanya. Jenita dan Caca berangkat menuju Club' malam. Sesampainya di club' malam, Jenita dan Caca memasuki Club' tersebut. Hiruk pikuk suara musik yang memekakkan telinga, memenuhi club' malam. Jenita yang saat itu menggunakan gaun hitam sebatas lutut, make up flawless menghias wajahnya yang cantik, high heels hitam mempercantik kakinya yang jenjang. Semua mata pria terpesona menatap kecantikan Jenita.

"Sepupu kamu mana Ca?" Tanya Jenita.

"Tuh, disana," ucap Jenita seraya menunjuk seorang gadis cantik yang sedang mengobrol bersama beberapa temannya.

"Ya udah yuk, kita kesana."Ucap Caca. Kemudian mereka berjalan menghampiri sepupu yang dikatakan oleh Caca.

"Heii..Na," seru Caca setengah berteriak.

"Heii.. ca, Seru Nana. Kemudian mereka berpelukan.

"Itu temen kamu yang kamu ceritain itu?" Tanya Nana berbisik di telinga Caca.

"Yupz.. kamu bener. Cantik kan orangnya?" Ucap Caca.

"Cantik," bisik Nana seraya tersenyum licik. Kemudian Caca dan Nana melepaskan pelukan mereka.

"Hei Jen, aku Nana sepupu Caca," seru Caca.

"Hei Na, aku Jenita temen kampus Caca," seru Jenita.

"Kita duduk disana ya," ucap Caca seraya menunjuk Kursi meja bar.

"Oke.., ntar aku nyusul," ucap Nama. Kemudian Jenita dan Caca beranjak pergi, berjalan menuju kursi meja bar. Jenita yang baru pertama kali datang ke club' malam, matanya mengedar berkeliling menjelajahi seluruh ruangan club' tersebut. Matanya menatap para pengunjung yang menegak berbagai macam minuman beralkohol. Para wanita yang berpakaian minim meliuk-liukan tubuhnya dengan erotis. Seketika Jenita menggendikkan bahunya.

"Gaya hidup para borjouis, sasarannya club' malam," ucap Jenita dalam hati seraya menggelengkan kepalanya.

"Ca, kita sebentar aja disini ya, aku gak biasa dengan tempat seperti ini," ucap Jenita.

"Oke Jen, aku tahu kok," ucap Jenita. Tak lama kemudian seorang pria menghampiri mereka.

"Hai cantik," ucap pria tersebut, tatapan matanya tak lepas memandang Jenita, kemudian mengulurkan tangannya.

"Aku Mike," ucap pria tersebut.

"Jenita," ucap Jenita seraya menyambut uluran tangan Mike.

"Hei Ca," ucap Mike pada Caca.

"Hei Mike, sendiri aja?" Ucap Caca.

"Gak tuh sama si bos," ucap Mike dagunya menunjuk seorang pria tampan yang sedang di kerumuni oleh wanita.

"Aisshh ngeri banget sih kehidupan club' malam ini dan para wanita itu, ihhh," ucap Jenita dalam hati seraya menggelengkan kepalanya. Mike yang melihat itu hanya tersenyum dalam hatinya berkata.

"Gadis ini masih polos banget, si Caca kebangetan bawa gadis polos ke club' seperti ini," kemudian matanya menatap Caca seraya menggelengkan kepalanya. Tak lama kemudian tangan Caca melambai pada Bartender.

"Wine," ucap Caca.

"Kamu gak salah ca, mesen Wine?" Tanya Jenita.

"Sekali-kali Jen," ucap Caca.

"maaf Ca, aku gak minum," ucap Jenita.

"Aku tahu kok, aku udah pesenin kamu orange juice," ucap Caca seraya tersenyum.

Mike yang melihat gelagat aneh Caca mengeryitkan keningnya, menatap tajam Caca. Tak lama kemudian waitress pun datang, lalu meletakkan orange juice diatas meja bartender. Setelah waitress tersebut pergi, Caca pun berkata.

"Minum Jen," ucap Caca seraya menyerahkan gelas orange juice pada Jenita. Lalu Caca mengambil gelas wine nya, menempelkannya pada bibirnya dari balik gelas tatapan mata Caca tak lepas memandang wajah Jenita seraya tersenyum licik, kemudian Caca menegak wine tersebut hingga tandas. Tanpa rasa curiga sedikit pun, Jenita mengambil gelas orange juice yang ada di atas meja lalu meminumnya. Tak lama kemudian keningnya mengeryit, merasakan hawa panas di tubuhnya.

"Aku kenapa ya?" Tanya Jenita dalam hati.

"Badan ku terasa panas dan aku merasakan sesuatu yang aneh," ucap Jenita dalam hati.

Mike yang melihat gelagat aneh Jenita mengeryitkan keningnya kemudian mengambil gelas orange juice yang ada di meja bartender, kemudian mencium gelas tersebut.

"Sial, sadis kau ca, dia masih polos," ucap Mike pada Caca dengan nada tajam.

"Urus, urusan loe sendiri Mike," ucap Caca seraya menatap tajam Mike.

"Loe nggak jauh beda dengan gue, Camkan itu," ucap Caca dengan dingin, tak lama kemudian seorang pria menghampiri Caca. Caca pun mengajak pria itu menjauh dari Jenita.

"Jagain temen gue," ucapnya pada Mike.

"Sial dasar betina licik," ucap Mike. Kemudian menatap Jenita.

"Tolong aku, badan ku terasa panas," ucap Jenita. Tangannya meraih tangan Mike dan mendekapnya.

"Bawa aku pergi dari sini," ucap Jenita seraya mendesah.

"Sial ini nggak bisa dibiarin, kasihan gadis ini," ucap Mike.

Kemudian Mike membopong Jenita dengan tergesa berjalan menuju sebuah kamar hotel. Sementara itu Caca yang telah selesai berbicara dengan pria yang menghampirinya, kembali menuju meja bar dimana Jenita duduk alangkah terkejutnya saat sampai Jenita tak ada ditempatnya.

"Gadis bodoh kemana dia?" Tanya Caca dengan geram kemudian matanya berkeliling memperhatikan setiap pengunjung yang ada, mencari keberadaan Jenita.

"Aku harus segera mencarinya, jika tidak bisa gawat ini," ucap Caca. Kemudian Caca beranjak pergi menyusuri ruangan Club' malam mencari Jenita.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku