icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih

Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih

JAYESH ANGUIANO

5.0
Komentar
16M
Penayangan
648
Bab

Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?

Bab 1 Keluarga Bertolius

Seorang wanita muda dengan T-shirt putih dan celana jins sedang berjalan keluar dari stasiun kereta api Kota Duri sambil membawa sebuah koper.

Wajahnya yang menawan berubah sedikit merah saat sinar matahari menyinari dirinya. Dia menyelipkan seuntai rambut bergelombang ke belakang telinganya. Di bawah alisnya yang melengkung terdapat sepasang mata yang cerah dan jernih, hidung yang mancung dan bibir merah seperti buah ceri. Dia terlihat sangat cantik meski tanpa riasan wajah.

"Halo! Apakah Anda adalah Nona Adelia? Saya adalah sopir yang dikirim oleh Keluarga Bertolius."

Adelia Herva mengangguk dan mengikuti sopir ke dalam mobil dengan santai. Dia merasa sangat lelah.

Selama perjalanan, sopir itu berulang kali mencuri pandang ke arah wanita muda yang sedang beristirahat sambil memejamkan mata di kursi belakang.

Wanita muda ini adalah tunangan Raivan Bertolius.

Raivan adalah pria pujaan para wanita di kota. Pada usia 21 tahun, dia sudah menjabat sebagai CEO Grup Bertolius. Kemampuan dan prestasinya jauh di depan rekan-rekannya. Dia adalah orang yang kuat, pandai dan tidak suka omong kosong, sehingga banyak orang di dunia bisnis merasa takut padanya.

Beberapa tahun yang lalu, kakeknya yang bernama Bima Bertolius memutuskan untuk menjodohkan Raivan. Wanita yang dipilihnya ternyata adalah Adelia yang tidak memiliki latar belakang apa pun dan datang dari pedesaan dengan kereta api.

Sopir melirik wajah Adelia yang polos dan mendecakkan lidahnya. Dia sudah bisa membayangkan kesulitan yang akan dialami perempuan desa ini ketika menghadapi Keluarga Bertolius.

Pada saat ini, Adelia membuka matanya dengan perlahan dan mengamati pemandangan kota yang asing dengan ekspresi tenang.

Mobil tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di rumah Keluarga Bertolius. Sopir membantu Adelia membawa barang bawaannya.

Sebelum Adelia sempat menginjakkan kaki ke dalam rumah, seorang wanita paruh baya dengan pakaian mewah muncul. Dia memandang Adelia dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan jijik.

"Tarmini!"

"Ya, Nyonya Erika."

Begitu Tarmini menerima sinyal, dia mulai menyemprotkan disinfektan ke seluruh tubuh Adelia.

Wanita berpakaian mewah itu adalah Erika Bestan, ibu Raivan. Dia memberi perintah dengan tangannya, "Jangan lupa sepatu dan rambutnya. Tidak ada yang boleh tertinggal."

Wajah dan tubuh Adelia menjadi basah karena disinfektan. Bau menyengat membuat hidungnya menjadi sedikit gatal. Dia berkata dengan dingin, "Apa ada yang salah dengan otak kalian?"

Mendengar ini, Erika langsung marah besar.

"Aku dengar kamu berasal dari pedesaan, awalnya aku mengira kamu setidaknya akan bersikap sopan. Ternyata kamu sama seperti gadis kampung lainnya, kasar dan tidak dididik sama sekali. Aku sengaja menyemprotmu karena aku takut kamu membawa virus atau bakteri ke dalam rumah kami. Apakah kamu ingin kami terkena penyakit?"

Adelia bukan tipe orang yang akan menerima hinaan dari siapa pun. Dia pasti sudah berbalik dan pergi jika bukan karena telah membuat kesepakatan dengan kakeknya.

"Kalau begitu, Tante seharusnya menyemprotkan disinfektan ke mulut Tante karena mulut Tante bau!"

Setelah itu, Adelia mendorong tubuh pelayan ke samping dan berjalan masuk.

"Kamu ... astaga ...." Erika menunjuk Adelia dengan tangan gemetar. Tarmini buru-buru menghampiri dan menghiburnya.

Di ruang tamu, seorang wanita muda yang terlihat seumuran dengan Adelia sedang duduk di sofa. Dia mengenakan pakaian desainer dan riasan yang cerah. Ekspresinya tampak lebih menghina jika dibandingkan dengan Erika ketika menatap Adelia. Dia adalah adik sepupu Raivan yang bernama Cynthia Bertolius.

"Apakah kamu adalah tunangan Kak Raivan yang bernama Adelia Herva?" Cynthia memutar bola matanya ke atas saat melihat Adelia mengenakan pakaian sederhana. "Ck, ck, ck, selera Kakek sangat buruk. Aku tidak percaya beliau memilih seseorang sepertimu. Omong-omong, aku dengar kamu datang ke sini dengan kereta api. Kamu seharusnya memberi tahu kami jika kamu terlalu miskin untuk membeli tiket pesawat. Kami akan membelikan tiket untukmu. Tunggu sebentar, sepertinya tidak ada bandara di pedesaan."

Adelia menatap Cynthia dengan salah satu alisnya terangkat.

Dia bertanya-tanya dalam hati apakah semua anggota keluarga ini begitu sombong.

Memang tidak ada bandara di kampung halamannya, tetapi kakeknya telah memesan seluruh gerbong kereta ke Kota Duri untuknya. Orang-orang sombong ini tidak tahu bahwa dia bepergian lebih mewah dari penerbangan kelas satu.

Lagi pula, dia bisa terbang ke sini dengan jet pribadi jika dia mau.

Adelia dapat memberi penjelasan dengan mudah, tetapi dia tidak mau repot-repot. Dia langsung naik ke lantai atas.

Rasa kesal menyelimuti wajah Cynthia begitu melihat Adelia menaiki tangga. Dia tidak terbiasa diabaikan orang lain, jadi dia segera mengikutinya.

"Kamarku yang mana?" tanya Adelia pada pelayan yang mengikuti di belakangnya.

"Di sini!" Cynthia menunjuk ke sebuah pintu di lorong sebelum pelayan sempat menjawab.

Dia mendorong pintu kamar terbuka dan menambahkan dengan sombong, "Kamu belum pernah tinggal di kamar seluas ini, bukan? Kamu harus menghargai kesempatan untuk tinggal di rumah ini. Aku adalah adik sepupu Kak Raivan, Cynthia Bertolius. Kamu harus menjilatku jika kamu ...."

Sebelum Cynthia sempat menyelesaikan kalimatnya, Adelia masuk ke dalam kamar dan membanting pintu di depan wajahnya. Tindakan Adelia membuatnya semakin marah.

"Ah! Beraninya dia bersikap sombong padaku? Dasar orang miskin! Aku tidak paham jalan pikiran Kakek."

Pelayan itu berjalan mendekat dan bertanya dengan cemas, "Nona, bukankan kamar itu adalah kamar Pak Raivan?"

Cynthia melemparkan tatapan menghina ke arah pintu.

"Diam kamu! Jangan beri tahu dia. Kak Raivan paling benci orang lain masuk ke kamarnya atau menyentuh barang-barangnya. Ketika dia mengetahui Adelia ada di kamarnya, bilang saja bahwa Adelia memilih untuk tinggal di kamar ini."

Kilatan melintas di mata Cynthia saat memberi perintah pada pelayan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku