Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Penulis:JAYESH ANGUIANO
GenreRomantis
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Mereka berdua berjalan memasuki gedung Grup Bertolius. Syuting hari ini berjalan dengan lancar.
Ada sebuah insiden kecil karena Marcello tidak menyukai beberapa pakaian yang disediakan. Dia mengeluh tentang pakaian-pakaian tersebut. Namun, dia langsung mengubah pendapatnya begitu Adelia mengatakan bahwa beberapa pakaian itu terlihat bagus.
Dia mengesampingkan sikap pilih-pilih karena Adelia ada di sana. Setiap kali dia mulai rewel, satu tatapan dari Adelia akan membuatnya tidak berani berbicara.
Marcello merasa terintimidasi olehnya. Selain menghormatinya karena telah menyelamatkan hidupnya, dia takut akan dipukul jika membuatnya kesal.
Syuting tersebut diperkirakan akan selesai dalam waktu lima jam karena Marcello biasanya rewel, tetapi kali ini mereka hanya membutuhkan waktu dua jam.
Setelah selesai syuting, Marcello menarik tangan Adelia dan berkata, "Kak Adelia, Kak Adelia. Ayo pergi. Aku akan mentraktirmu makan."
"Tidak, aku tidak bisa pergi. Sekarang masih jam kerja!" Adelia menolaknya dengan dingin.
Beberapa orang karyawan masih berada di lokasi syuting. Mereka berpura-pura sibuk, padahal mereka bergosip tentang keduanya.
"Apa-apaan ini? Marcello ingin mentraktir Adelia makan, tapi dia menolaknya."
"Ya, Tuhan! Apa yang ada di pikiran Adelia? Apakah dia tidak tahu identitas Marcello? Banyak gadis yang rela melakukan apa saja untuk mendapat tawaran itu. Kenapa dia sangat sombong?"
"Aku berharap Marcello mengajakku pergi sebagai gantinya. Aku bersedia berhenti dari pekerjaanku selama bisa menghabiskan waktu bersamanya. Ahhhh!"
Marcello menangis tanpa air mata karena ditolak. Setelah berpikir sejenak, dia bertanya, "Kak Adelia, kenapa kamu bekerja di sini? Ya, Tuhan! Apakah keluargamu bangkrut? Jangan khawatir, aku akan menafkahimu. Kamu tidak perlu membanting tulang di sini, oke?"
Adelia memutar bola matanya ke atas dan berkata, "Marcel, kamu tidak tahu apa-apa. Aku pergi dulu ...."
Kemudian, dia kembali ke Departemen Kesekretariatan dan melanjutkan pekerjaannya.
Semua orang yang melihat adegan itu mengira Marcello akan keluar dengan kesal. Namun, mereka sangat terkejut ketika melihatnya tersenyum tidak berdaya dan pergi ke ruang tunggu untuk menunggu Adelia pulang kerja.
Menjelang jam pulang kantor, Raivan berjalan keluar dari kantornya dan berkata pada Adelia, "Kakek membuat reservasi di sebuah restoran. Kita berdua akan makan malam di sana."
Raivan ingin menolak, tetapi Bima mengancamnya. Pria tua itu dirawat di rumah sakit setelah mengalami serangan jantung. Ketika mereka melakukan panggilan video, dia berkata, "Kamu harus pergi. Kalau kamu menolak, aku akan mencabut selang ventilator ini. Apakah kamu ingin melihatku mati?"
Raivan tidak punya pilihan lain, jadi dia terpaksa setuju.
Adelia hendak menjawab ketika Marcello datang.
"Kak Adelia, Kak Adelia, kamu sudah selesai bekerja, bukan? Apakah kita bisa makan malam sekarang?"
Marcello baru menyadari Raivan ada di sana setelah pria itu berdeham.
"Kak Raivan ada di sini!" serunya.
Apakah Adelia dan Marcello saling mengenal? Raivan memandang mereka berdua dengan bingung.
Adelia yang diam sejak tadi akhirnya memberikan tanggapan. "Bagaimana kalau kita bertiga makan bersama?"
Akhirnya, mereka bertiga pergi ke restoran yang dipesan oleh Bima.
Selama perjalanan, Marcello terus mengobrol dengan Adelia yang menanggapi dengan ramah.
Ketika mereka tiba di restoran, Marcello bersikap sangat sopan. Dia membuka pintu untuk Adelia dan bahkan menarik kursi untuknya. Dia juga mengambilkan makanan dan meletakkannya di piring Adelia, lalu menuangkan segelas anggur merah untuknya.
Raivan merasa dirinya menjadi orang luar. Adelia dan Marcello seolah berada di dunia mereka sendiri dan dia hanya bisa menonton mereka.
"Oh iya, Kak Adelia, kamu masih belum memberitahuku kenapa kamu memutuskan untuk bekerja di Grup Bertolius. Apa hubunganmu dengan Kak Raivan?"
Marcello curiga mereka berdua memiliki hubungan.
Adelia menjawab sambil menatap Raivan, "Kakekku memintaku bekerja di sini. Adapun untuk aku dan dia ... hubungan pertunangan."
Marcello menyemburkan air yang sedang diminumnya.
"Apa? Dunia ini kecil sekali. Jadi, kamu adalah wanita muda dari pedesaan yang bertunangan dengan Kak Raivan?"
Adelia mengangguk santai.
Rumor mengenai pertunangan itu tersebar luas di Kota Duri, jadi tidak heran Marcello mengetahuinya. Karena mengetahui latar belakang Adelia, dia menghela napas karena pihak media tidak tahu situasi yang sebenarnya.
Adelia memang berasal dari pedesaan, tetapi dia jauh dari kata miskin. Keluarga Herva sangat kaya dan memiliki berpuluh-puluh vila yang tersebar di seluruh dunia.
"Apakah kalian ...?" Marcello melemparkan tatapan tidak percaya ke pasangan di depannya.
"Jangan salah paham. Kami tidak mencintai satu sama lain. Pertunangan ini akan dibatalkan tiga bulan lagi," ucap Adelia dengan tenang.
Marcello menghela napas lega dan mengangguk. Dia berkata tanpa basa-basi, "Baguslah. Kak Raivan tidak pantas untukmu. Aku jauh lebih baik darinya. Kalian berdua tidak akan cocok. Dia sangat dingin dan membosankan. Pernikahan kalian berdua pasti akan menjadi bencana."
Raivan menusuk potongan daging di piringnya dengan sekuat tenaga karena marah.
Dia tidak pantas untuk Adelia? Omong kosong!
"Marcello, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Beberapa waktu yang lalu kakakmu memintaku untuk membantunya membeli mobil yang kamu inginkan sejak lama. Dia berencana memberikan mobil itu sebagai hadiah ulang tahunmu. Aku pikir ...."
"Ayolah, Kak Raivan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya bercanda." Marcello tersenyum canggung.
Makan malam mereka berjalan dengan tenang. Setelah keluar dari restoran, Adelia dan Raivan mengucapkan selamat tinggal pada Marcello.
"Sampai jumpa, Kak Adelia! Aku akan mengunjungimu jika memiliki waktu luang."
Adelia membelai kepalanya dengan penuh kasih sayang ketika mereka berpelukan. Kemudian, dia melambaikan tangannya. "Sampai jumpa, Marcel. Hati-hati di jalan!"
Dia membelai Marcel seolah membelai anjing Malamute Alaskanya yang bernama Teddy.
Namun, Raivan berpikir Adelia sedang menggoda Marcel. Dia mendengus, lalu masuk ke dalam mobil. Dalam perjalanan pulang, dia mengeluh, "Aku mengerti kenapa kamu dengan berani mengatakan bahwa kamu tidak akan pernah jatuh cinta padaku. Ternyata kamu telah jatuh cinta pada pria lain."