icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 5
Aku dan Dia
Jumlah Kata:881    |    Dirilis Pada: 24/04/2023

Mereka berdua berjalan memasuki gedung Grup Bertolius. Syuting hari ini berjalan dengan lancar.

Ada sebuah insiden kecil karena Marcello tidak menyukai beberapa pakaian yang disediakan. Dia mengeluh tentang pakaian-pakaian tersebut. Namun, dia langsung mengubah pendapatnya begitu Adelia mengatakan bahwa beberapa pakaian itu terlihat bagus.

Dia mengesampingkan sikap pilih-pilih karena Adelia ada di sana. Setiap kali dia mulai rewel, satu tatapan dari Adelia akan membuatnya tidak berani berbicara.

Marcello merasa terintimidasi olehnya. Selain menghormatinya karena telah menyelamatkan hidupnya, dia takut akan dipukul jika membuatnya kesal.

Syuting tersebut diperkirakan akan selesai dalam waktu lima jam karena Marcello biasanya rewel, tetapi kali ini mereka hanya membutuhkan waktu dua jam.

Setelah selesai syuting, Marcello menarik tangan Adelia dan berkata, "Kak Adelia, Kak Adelia. Ayo pergi. Aku akan mentraktirmu makan."

"Tidak, aku tidak bisa pergi. Sekarang masih jam kerja!" Adelia menolaknya dengan dingin.

Beberapa orang karyawan masih berada di lokasi syuting. Mereka berpura-pura sibuk, padahal mereka bergosip tentang keduanya.

"Apa-apaan ini? Marcello ingin mentraktir Adelia makan, tapi dia menolaknya."

"Ya, Tuhan! Apa yang ada di pikiran Adelia? Apakah dia tidak tahu identitas Marcello? Banyak gadis yang rela melakukan apa saja untuk mendapat tawaran itu. Kenapa dia sangat sombong?"

"Aku berharap Marcello mengajakku pergi sebagai gantinya. Aku bersedia berhenti dari pekerjaanku selama bisa menghabiskan waktu bersamanya. Ahhhh!"

Marcello menangis tanpa air mata karena ditolak. Setelah berpikir sejenak, dia bertanya, "Kak Adelia, kenapa kamu bekerja di sini? Ya, Tuhan! Apakah keluargamu bangkrut? Jangan khawatir, aku akan menafkahimu. Kamu tidak perlu membanting tulang di sini, oke?"

Adelia memutar bola matanya ke atas dan berkata, "Marcel, kamu tidak tahu apa-apa. Aku pergi dulu ...."

Kemudian, dia kembali ke Departemen Kesekretariatan dan melanjutkan pekerjaannya.

Semua orang yang melihat adegan itu mengira Marcello akan keluar dengan kesal. Namun, mereka sangat terkejut ketika melihatnya tersenyum tidak berdaya dan pergi ke ruang tunggu untuk menunggu Adelia pulang kerja.

Menjelang jam pulang kantor, Raivan berjalan keluar dari kantornya dan berkata pada Adelia, "Kakek membuat reservasi di sebuah restoran. Kita berdua akan makan malam di sana."

Raivan ingin menolak, tetapi Bima mengancamnya. Pria tua itu dirawat di rumah sakit setelah mengalami serangan jantung. Ketika mereka melakukan panggilan video, dia berkata, "Kamu harus pergi. Kalau kamu menolak, aku akan mencabut selang ventilator ini. Apakah kamu ingin melihatku mati?"

Raivan tidak punya pilihan lain, jadi dia terpaksa setuju.

Adelia hendak menjawab ketika Marcello datang.

"Kak Adelia, Kak Adelia, kamu sudah selesai bekerja, bukan? Apakah kita bisa makan malam sekarang?"

Marcello baru menyadari Raivan ada di sana setelah pria itu berdeham.

"Kak Raivan ada di sini!" serunya.

Apakah Adelia dan Marcello saling mengenal? Raivan memandang mereka berdua dengan bingung.

Adelia yang diam sejak tadi akhirnya memberikan tanggapan. "Bagaimana kalau kita bertiga makan bersama?"

Akhirnya, mereka bertiga pergi ke restoran yang dipesan oleh Bima.

Selama perjalanan, Marcello terus mengobrol dengan Adelia yang menanggapi dengan ramah.

Ketika mereka tiba di restoran, Marcello bersikap sangat sopan. Dia membuka pintu untuk Adelia dan bahkan menarik kursi untuknya. Dia juga mengambilkan makanan dan meletakkannya di piring Adelia, lalu menuangkan segelas anggur merah untuknya.

Raivan merasa dirinya menjadi orang luar. Adelia dan Marcello seolah berada di dunia mereka sendiri dan dia hanya bisa menonton mereka.

"Oh iya, Kak Adelia, kamu masih belum memberitahuku kenapa kamu memutuskan untuk bekerja di Grup Bertolius. Apa hubunganmu dengan Kak Raivan?"

Marcello curiga mereka berdua memiliki hubungan.

Adelia menjawab sambil menatap Raivan, "Kakekku memintaku bekerja di sini. Adapun untuk aku dan dia ... hubungan pertunangan."

Marcello menyemburkan air yang sedang diminumnya.

"Apa? Dunia ini kecil sekali. Jadi, kamu adalah wanita muda dari pedesaan yang bertunangan dengan Kak Raivan?"

Adelia mengangguk santai.

Rumor mengenai pertunangan itu tersebar luas di Kota Duri, jadi tidak heran Marcello mengetahuinya. Karena mengetahui latar belakang Adelia, dia menghela napas karena pihak media tidak tahu situasi yang sebenarnya.

Adelia memang berasal dari pedesaan, tetapi dia jauh dari kata miskin. Keluarga Herva sangat kaya dan memiliki berpuluh-puluh vila yang tersebar di seluruh dunia.

"Apakah kalian ...?" Marcello melemparkan tatapan tidak percaya ke pasangan di depannya.

"Jangan salah paham. Kami tidak mencintai satu sama lain. Pertunangan ini akan dibatalkan tiga bulan lagi," ucap Adelia dengan tenang.

Marcello menghela napas lega dan mengangguk. Dia berkata tanpa basa-basi, "Baguslah. Kak Raivan tidak pantas untukmu. Aku jauh lebih baik darinya. Kalian berdua tidak akan cocok. Dia sangat dingin dan membosankan. Pernikahan kalian berdua pasti akan menjadi bencana."

Raivan menusuk potongan daging di piringnya dengan sekuat tenaga karena marah.

Dia tidak pantas untuk Adelia? Omong kosong!

"Marcello, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Beberapa waktu yang lalu kakakmu memintaku untuk membantunya membeli mobil yang kamu inginkan sejak lama. Dia berencana memberikan mobil itu sebagai hadiah ulang tahunmu. Aku pikir ...."

"Ayolah, Kak Raivan. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya bercanda." Marcello tersenyum canggung.

Makan malam mereka berjalan dengan tenang. Setelah keluar dari restoran, Adelia dan Raivan mengucapkan selamat tinggal pada Marcello.

"Sampai jumpa, Kak Adelia! Aku akan mengunjungimu jika memiliki waktu luang."

Adelia membelai kepalanya dengan penuh kasih sayang ketika mereka berpelukan. Kemudian, dia melambaikan tangannya. "Sampai jumpa, Marcel. Hati-hati di jalan!"

Dia membelai Marcel seolah membelai anjing Malamute Alaskanya yang bernama Teddy.

Namun, Raivan berpikir Adelia sedang menggoda Marcel. Dia mendengus, lalu masuk ke dalam mobil. Dalam perjalanan pulang, dia mengeluh, "Aku mengerti kenapa kamu dengan berani mengatakan bahwa kamu tidak akan pernah jatuh cinta padaku. Ternyata kamu telah jatuh cinta pada pria lain."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Keluarga Bertolius2 Bab 2 Memeluknya Sepanjang Malam3 Bab 3 Dasar Orang Kampung4 Bab 4 Paling Mengagumkan5 Bab 5 Aku dan Dia6 Bab 6 Uang Receh7 Bab 7 Apakah Identitasku Akan Terungkap 8 Bab 8 Tidak Ada yang Waras9 Bab 9 Sulit Sekali Berkomunikasi10 Bab 10 Baru Permulaan11 Bab 11 Tugas Berat12 Bab 12 Takut Gelap13 Bab 13 Di Mana Dia 14 Bab 14 Angan-Angan15 Bab 15 Sedikit Tidak Asing16 Bab 16 Pengagum Raivan17 Bab 17 Bersikap Adil18 Bab 18 Pertanyaan Aneh19 Bab 19 Cincin yang Dicuri20 Bab 20 Rencana yang Sempurna21 Bab 21 Dukungannya22 Bab 22 Bukti yang Cukup23 Bab 23 Meminta Maaf padaku24 Bab 24 Kamu Bukan Tipeku25 Bab 25 Melewati Batas26 Bab 26 Bermesraan27 Bab 27 Foto yang Aneh28 Bab 28 Adelia, Terima Kasih29 Bab 29 Helena Kalah30 Bab 30 Meminta Maaf31 Bab 31 Adelia Baru Saja Mengalahkannya32 Bab 32 Ciuman Pertama33 Bab 33 Sebuah Nama Panggilan34 Bab 34 Ciuman35 Bab 35 Kamu Adalah Gulali36 Bab 36 Gulali 37 Bab 37 Pertemuan yang Tidak Biasa38 Bab 38 Sedikit Terkejut39 Bab 39 Pertunjukan yang Bagus Akan Dimulai40 Bab 40 Pekerjaan yang Mustahil41 Bab 41 Kamu Mengganti Gambar Desain Tersebut42 Bab 42 Kebenaran43 Bab 43 Kamu Dipecat44 Bab 44 Siapa Adelia Sebenarnya 45 Bab 45 Adelia, Matilah Kamu!46 Bab 46 Raivan Terluka47 Bab 47 Sengaja Mempersulitnya48 Bab 48 Suapi Aku49 Bab 49 Membantumu Mandi50 Bab 50 Adelia Tidak Menyentuhmu51 Bab 51 Uang Itu Terlalu Sedikit52 Bab 52 Adelia Tidak Menyukainya53 Bab 53 Keputusan Akhir Ada di Tanganku54 Bab 54 Bertemu dengan Teman Lama55 Bab 55 Jangan Bersikap Kejam padaku56 Bab 56 Tante Alira57 Bab 57 Perasaan yang Tidak Pantas58 Bab 58 Apa Kamu Sudah Selesai Menatapku 59 Bab 59 Bukankah Dia Adelia 60 Bab 60 Mengambil Foto61 Bab 61 Apa Kamu Menguntitku 62 Bab 62 Ciuman Mendadak63 Bab 63 Duta Merek64 Bab 64 Rois Begitu Sempurna65 Bab 65 Tidak Sebaik Rois66 Bab 66 Apa yang Salah 67 Bab 67 Kecelakaan Ketika Syuting68 Bab 68 Musuh dari Musuh Adalah Teman69 Bab 69 Juru Masak yang Hebat70 Bab 70 Itu Dilakukan dengan Sengaja71 Bab 71 Bukti yang Kuat72 Bab 72 Dia Menuai Apa yang Dia Tabur73 Bab 73 Beri Aku Lima Menit74 Bab 74 Kesempatan Sempurna75 Bab 75 Mabuk76 Bab 76 Babak 76 Aku Adalah Gulali77 Bab 77 Pergilah ke Neraka78 Bab 78 Seorang Pembunuh79 Bab 79 Tuduhan Pembunuhan80 Bab 80 Helena Adalah Gulali 81 Bab 81 Pembohong82 Bab 82 Janji dengan Rois83 Bab 83 Berkencan dengan Pria Lain84 Bab 84 Kamu Cemburu85 Bab 85 Tren Daring86 Bab 86 Menutup Telinga87 Bab 87 Nadia Sadar88 Bab 88 Serangan Balik (Bagian Satu)89 Bab 89 Serangan Balik (Bagian Dua)90 Bab 90 Serangan Balik (Bagian Tiga)91 Bab 91 Serangan Balik (Bagian Empat)92 Bab 92 Raivan Adalah Pria yang Baik93 Bab 93 Kehebatan Seksual94 Bab 94 Ceritakan padaku tentang Gulali95 Bab 95 Dia Mirip Gulali96 Bab 96 Menjiplak97 Bab 97 Makan Malam98 Bab 98 Gulali Juga Takut Gelap99 Bab 99 Dia Benar-Benar Memesona100 Bab 100 Grup Bertolius Mencuri Karya Orang Lain