Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Penulis:JAYESH ANGUIANO
GenreRomantis
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
"Coba lihat! Siapa wanita yang baru saja datang bersama Pak Raivan? Dia sangat cantik dan anggun!"
"Wah! Kakinya sangat ramping dan jenjang! Aku belum pernah melihat wanita secantik dia!"
"Apakah dia tunangan Pak Raivan?"
"Mana mungkin? Aku yakin tebakanmu salah!"
Para karyawan mulai menebak-nebak identitas Adelia. Tebakan yang paling umum adalah mitra bisnis. Mereka baru menyadari identitas Adelia ketika dia meninggalkan Raivan dan pergi ke Departemen Kesekretariatan.
Ternyata wanita yang datang bersama Pak Raivan adalah Adelia.
Berita itu menyebar ke seluruh perusahaan dalam waktu singkat.
Orang-orang tidak tahu harus percaya apa lagi. Bukankah mereka mendapat informasi bahwa Adelia adalah wanita jelek yang berasal dari pedesaan? Mereka berpikir dunia ini menjadi misterius, apakah air di pedesaan begitu ajaib? Kenapa wajahnya begitu cantik?
Ketika Adelia melakukan formalitas di Departemen SDM, para karyawan di Departemen Kesekretariatan mulai bergosip mengenainya.
"Adelia memiliki wajah yang sangat cantik! Dia bahkan lebih cantik dari Helena Novanto!" komentar seorang karyawan.
Jejak penghinaan melintas di mata Nadia Janadi, kepala Departemen Kesekretariatan. Dia berkata dengan penuh rasa jijik, "Penampilan bukanlah segalanya. Wajah cantiknya tidak akan mengubah fakta bahwa dia adalah gadis kampung yang miskin dan tidak tahu apa-apa tentang kehidupan kota. Dia tidak pantas menjadi istri Pak Raivan."
Adelia mendengar perkataan itu secara kebetulan tepat ketika dia kembali ke Departemen Kesekretariatan. Sedikit sarkasme melintas di matanya. Dia menanggapi dengan suara tegas, "Jika aku tidak pantas menjadi istrinya, siapa yang layak? Kamu?"
Wajah Nadia menjadi kaku. Dia buru-buru memalingkan muka dan tidak berani membalas. Bagaimanapun juga, Adelia memiliki identitas sebagai tunangan Raivan.
"Ehem! Pak Raivan mengatakan agar kami memperlakukanmu seperti karyawan lain di departemen ini. Kamu akan menerima beban kerja yang sama seperti mereka. Ini adalah dokumen mengenai syuting iklan perusahaan hari ini. Kamu akan menanganinya."
Adelia mengambil dokumen itu sambil mencibir, lalu meninggalkan ruangan.
Beberapa orang karyawan segera mengelilingi Nadia.
"Nadia, apakah kamu memberikan syuting iklan Marcello? Adelia baru mulai bekerja di perusahaan kita. Tidakkah menurutmu dia akan mengacaukannya?"
Kilatan jahil melintas di mata Nadia. Bintang utama iklan tersebut adalah Marcello Batista, seorang selebriti muda yang memiliki temperamen buruk. Tidak ada yang tahan bekerja dengannya. Para karyawan selalu menghindarinya. Nadia sudah tidak sabar ingin melihat Adelia mengacaukan syuting iklan perusahaan pada hari pertama bekerja.
Begitu Adelia keluar, dia memeriksa dokumen mengenai iklan tersebut. Alisnya terangkat saat melihat nama Marcello di sana. Nama itu tampak tidak asing.
Di kantor CEO, asisten Raivan mengajukan pertanyaan, "Nadia baru saja menyerahkan syuting iklan Marcello pada Nona Adelia. Apakah Anda ingin saya mengirim orang lain untuk menggantikannya?"
Raivan berteman baik dengan kakak laki-laki Marcello sejak kecil. Semua orang tahu bahwa Marcello memiliki temperamen yang buruk. Tak perlu dikatakan bahwa Adelia akan menderita di tangannya jika bekerja dengannya hari ini.
Ketika mengingat perkataan Adelia pagi ini, Raivan menjawab, "Tidak perlu, biarkan dia menanganinya sendiri."
Dia akan merasa senang saat wanita itu menderita.
Lokasi syuting iklan ditetapkan di Grup Bertolius. Adelia dan beberapa orang staf turun untuk menyambut Marcello.
Beberapa menit berlalu sebelum sebuah mobil Bentley hitam melaju ke parkiran Grup Bertolius. Marcello keluar dari mobil sambil mengenakan kacamata hitam. Meski usianya baru 19 tahun, dia sudah memiliki jutaan penggemar di seluruh dunia. Ketenarannya ikut berkontribusi pada sikap arogannya. Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan berjalan seolah-olah memiliki tempat itu.
Adelia berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Selamat datang, Pak Marcello. Saya Adelia Herva yang akan bertanggung jawab atas syuting hari ini. Senang bertemu dengan Anda."
Marcello tidak menyambut uluran tangannya atau bertukar sapa. Dia hanya mengeluh dengan wajah cemberut, "Di sini panas sekali. Kenapa kalian tidak membawakan payung untukku? Apakah semuanya sudah siap? Aku tidak ingin membuang waktu untuk menunggu kalian. Omong-omong, belikan aku secangkir kopi sebelum kita memulai syuting. Aku tidak mau kopi murahan. Aku ingin kopi dari kafe yang berada di pusat kota. Mereka menyajikan kopi ...."
Marcello tidak menyelesaikan kalimatnya ketika melihat wajah wanita di depannya. Rahangnya terbuka lebar.
"Ya, Tuhan! Kak Adelia! Apakah aku sedang bermimpi?"
Marcello melepas kacamata hitamnya dan masih terlihat ragu.
Kemudian, dia memeluk Adelia dengan penuh semangat.
"Kak Adelia? Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu bekerja di sini? Sejak kapan kamu bekerja di sini? Bukankah seharusnya kamu sedang berkeliling dunia?"
Adelia membelai kepala Marcello sambil tersenyum, "Marcel, sudah lama tidak berjumpa. Kamu ingin minum apa tadi?"
"Tidak ada! Aku tidak mengatakan apa-apa. Kakak mau minum apa? Aku akan membelikannya untukmu."
Semua orang di sekitar mereka terkejut karena tidak percaya.
Marcello yang selalu bersikap arogan tidak hanya memeluk Adelia, tetapi juga berbicara dengan sopan padanya. Dia bahkan membiarkan Adelia mengelus kepalanya dan ingin membelikannya minuman.
Apakah pria di depan mereka benar-benar Marcello atau ada yang menyamar sebagai dia?
Apa dia bersikap sangat hormat karena Adelia adalah tunangan Raivan? Akan tetapi, dia biasanya bersikap sombong di hadapan Raivan. Apa yang sedang terjadi?
Sebenarnya, Adelia dan Marcello telah bertemu dua tahun yang lalu.
Pada waktu itu, Marcello masih berusia 17 tahun. Dia sedang syuting di pedesaaan dan lokasinya tidak jauh dari rumah Adelia.
Beberapa orang preman menculiknya. Untungnya, Adelia menyelamatkannya secara kebetulan.
Kekaguman terpancar dari wajah Marcello ketika menyaksikan Adelia memukuli para penculik dengan mudah. Awalnya, dia mengira akan mati di tangan para penculik, tetapi Adelia datang untuk menyelamatkannya.
Kemudian, Adelia mengundang Marcello ke rumahnya. Marcello sangat terkejut karena rumah Adelia lebih besar dari kastil di Inggris. Ternyata, wanita muda itu bukan hanya baik hati, tetapi juga sangat kaya.
Di mata Marcello, Adelia adalah orang yang paling mengagumkan!