icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 4
Paling Mengagumkan
Jumlah Kata:889    |    Dirilis Pada: 24/04/2023

"Coba lihat! Siapa wanita yang baru saja datang bersama Pak Raivan? Dia sangat cantik dan anggun!"

"Wah! Kakinya sangat ramping dan jenjang! Aku belum pernah melihat wanita secantik dia!"

"Apakah dia tunangan Pak Raivan?"

"Mana mungkin? Aku yakin tebakanmu salah!"

Para karyawan mulai menebak-nebak identitas Adelia. Tebakan yang paling umum adalah mitra bisnis. Mereka baru menyadari identitas Adelia ketika dia meninggalkan Raivan dan pergi ke Departemen Kesekretariatan.

Ternyata wanita yang datang bersama Pak Raivan adalah Adelia.

Berita itu menyebar ke seluruh perusahaan dalam waktu singkat.

Orang-orang tidak tahu harus percaya apa lagi. Bukankah mereka mendapat informasi bahwa Adelia adalah wanita jelek yang berasal dari pedesaan? Mereka berpikir dunia ini menjadi misterius, apakah air di pedesaan begitu ajaib? Kenapa wajahnya begitu cantik?

Ketika Adelia melakukan formalitas di Departemen SDM, para karyawan di Departemen Kesekretariatan mulai bergosip mengenainya.

"Adelia memiliki wajah yang sangat cantik! Dia bahkan lebih cantik dari Helena Novanto!" komentar seorang karyawan.

Jejak penghinaan melintas di mata Nadia Janadi, kepala Departemen Kesekretariatan. Dia berkata dengan penuh rasa jijik, "Penampilan bukanlah segalanya. Wajah cantiknya tidak akan mengubah fakta bahwa dia adalah gadis kampung yang miskin dan tidak tahu apa-apa tentang kehidupan kota. Dia tidak pantas menjadi istri Pak Raivan."

Adelia mendengar perkataan itu secara kebetulan tepat ketika dia kembali ke Departemen Kesekretariatan. Sedikit sarkasme melintas di matanya. Dia menanggapi dengan suara tegas, "Jika aku tidak pantas menjadi istrinya, siapa yang layak? Kamu?"

Wajah Nadia menjadi kaku. Dia buru-buru memalingkan muka dan tidak berani membalas. Bagaimanapun juga, Adelia memiliki identitas sebagai tunangan Raivan.

"Ehem! Pak Raivan mengatakan agar kami memperlakukanmu seperti karyawan lain di departemen ini. Kamu akan menerima beban kerja yang sama seperti mereka. Ini adalah dokumen mengenai syuting iklan perusahaan hari ini. Kamu akan menanganinya."

Adelia mengambil dokumen itu sambil mencibir, lalu meninggalkan ruangan.

Beberapa orang karyawan segera mengelilingi Nadia.

"Nadia, apakah kamu memberikan syuting iklan Marcello? Adelia baru mulai bekerja di perusahaan kita. Tidakkah menurutmu dia akan mengacaukannya?"

Kilatan jahil melintas di mata Nadia. Bintang utama iklan tersebut adalah Marcello Batista, seorang selebriti muda yang memiliki temperamen buruk. Tidak ada yang tahan bekerja dengannya. Para karyawan selalu menghindarinya. Nadia sudah tidak sabar ingin melihat Adelia mengacaukan syuting iklan perusahaan pada hari pertama bekerja.

Begitu Adelia keluar, dia memeriksa dokumen mengenai iklan tersebut. Alisnya terangkat saat melihat nama Marcello di sana. Nama itu tampak tidak asing.

Di kantor CEO, asisten Raivan mengajukan pertanyaan, "Nadia baru saja menyerahkan syuting iklan Marcello pada Nona Adelia. Apakah Anda ingin saya mengirim orang lain untuk menggantikannya?"

Raivan berteman baik dengan kakak laki-laki Marcello sejak kecil. Semua orang tahu bahwa Marcello memiliki temperamen yang buruk. Tak perlu dikatakan bahwa Adelia akan menderita di tangannya jika bekerja dengannya hari ini.

Ketika mengingat perkataan Adelia pagi ini, Raivan menjawab, "Tidak perlu, biarkan dia menanganinya sendiri."

Dia akan merasa senang saat wanita itu menderita.

Lokasi syuting iklan ditetapkan di Grup Bertolius. Adelia dan beberapa orang staf turun untuk menyambut Marcello.

Beberapa menit berlalu sebelum sebuah mobil Bentley hitam melaju ke parkiran Grup Bertolius. Marcello keluar dari mobil sambil mengenakan kacamata hitam. Meski usianya baru 19 tahun, dia sudah memiliki jutaan penggemar di seluruh dunia. Ketenarannya ikut berkontribusi pada sikap arogannya. Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan berjalan seolah-olah memiliki tempat itu.

Adelia berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Selamat datang, Pak Marcello. Saya Adelia Herva yang akan bertanggung jawab atas syuting hari ini. Senang bertemu dengan Anda."

Marcello tidak menyambut uluran tangannya atau bertukar sapa. Dia hanya mengeluh dengan wajah cemberut, "Di sini panas sekali. Kenapa kalian tidak membawakan payung untukku? Apakah semuanya sudah siap? Aku tidak ingin membuang waktu untuk menunggu kalian. Omong-omong, belikan aku secangkir kopi sebelum kita memulai syuting. Aku tidak mau kopi murahan. Aku ingin kopi dari kafe yang berada di pusat kota. Mereka menyajikan kopi ...."

Marcello tidak menyelesaikan kalimatnya ketika melihat wajah wanita di depannya. Rahangnya terbuka lebar.

"Ya, Tuhan! Kak Adelia! Apakah aku sedang bermimpi?"

Marcello melepas kacamata hitamnya dan masih terlihat ragu.

Kemudian, dia memeluk Adelia dengan penuh semangat.

"Kak Adelia? Kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu bekerja di sini? Sejak kapan kamu bekerja di sini? Bukankah seharusnya kamu sedang berkeliling dunia?"

Adelia membelai kepala Marcello sambil tersenyum, "Marcel, sudah lama tidak berjumpa. Kamu ingin minum apa tadi?"

"Tidak ada! Aku tidak mengatakan apa-apa. Kakak mau minum apa? Aku akan membelikannya untukmu."

Semua orang di sekitar mereka terkejut karena tidak percaya.

Marcello yang selalu bersikap arogan tidak hanya memeluk Adelia, tetapi juga berbicara dengan sopan padanya. Dia bahkan membiarkan Adelia mengelus kepalanya dan ingin membelikannya minuman.

Apakah pria di depan mereka benar-benar Marcello atau ada yang menyamar sebagai dia?

Apa dia bersikap sangat hormat karena Adelia adalah tunangan Raivan? Akan tetapi, dia biasanya bersikap sombong di hadapan Raivan. Apa yang sedang terjadi?

Sebenarnya, Adelia dan Marcello telah bertemu dua tahun yang lalu.

Pada waktu itu, Marcello masih berusia 17 tahun. Dia sedang syuting di pedesaaan dan lokasinya tidak jauh dari rumah Adelia.

Beberapa orang preman menculiknya. Untungnya, Adelia menyelamatkannya secara kebetulan.

Kekaguman terpancar dari wajah Marcello ketika menyaksikan Adelia memukuli para penculik dengan mudah. Awalnya, dia mengira akan mati di tangan para penculik, tetapi Adelia datang untuk menyelamatkannya.

Kemudian, Adelia mengundang Marcello ke rumahnya. Marcello sangat terkejut karena rumah Adelia lebih besar dari kastil di Inggris. Ternyata, wanita muda itu bukan hanya baik hati, tetapi juga sangat kaya.

Di mata Marcello, Adelia adalah orang yang paling mengagumkan!

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Keluarga Bertolius2 Bab 2 Memeluknya Sepanjang Malam3 Bab 3 Dasar Orang Kampung4 Bab 4 Paling Mengagumkan5 Bab 5 Aku dan Dia6 Bab 6 Uang Receh7 Bab 7 Apakah Identitasku Akan Terungkap 8 Bab 8 Tidak Ada yang Waras9 Bab 9 Sulit Sekali Berkomunikasi10 Bab 10 Baru Permulaan11 Bab 11 Tugas Berat12 Bab 12 Takut Gelap13 Bab 13 Di Mana Dia 14 Bab 14 Angan-Angan15 Bab 15 Sedikit Tidak Asing16 Bab 16 Pengagum Raivan17 Bab 17 Bersikap Adil18 Bab 18 Pertanyaan Aneh19 Bab 19 Cincin yang Dicuri20 Bab 20 Rencana yang Sempurna21 Bab 21 Dukungannya22 Bab 22 Bukti yang Cukup23 Bab 23 Meminta Maaf padaku24 Bab 24 Kamu Bukan Tipeku25 Bab 25 Melewati Batas26 Bab 26 Bermesraan27 Bab 27 Foto yang Aneh28 Bab 28 Adelia, Terima Kasih29 Bab 29 Helena Kalah30 Bab 30 Meminta Maaf31 Bab 31 Adelia Baru Saja Mengalahkannya32 Bab 32 Ciuman Pertama33 Bab 33 Sebuah Nama Panggilan34 Bab 34 Ciuman35 Bab 35 Kamu Adalah Gulali36 Bab 36 Gulali 37 Bab 37 Pertemuan yang Tidak Biasa38 Bab 38 Sedikit Terkejut39 Bab 39 Pertunjukan yang Bagus Akan Dimulai40 Bab 40 Pekerjaan yang Mustahil41 Bab 41 Kamu Mengganti Gambar Desain Tersebut42 Bab 42 Kebenaran43 Bab 43 Kamu Dipecat44 Bab 44 Siapa Adelia Sebenarnya 45 Bab 45 Adelia, Matilah Kamu!46 Bab 46 Raivan Terluka47 Bab 47 Sengaja Mempersulitnya48 Bab 48 Suapi Aku49 Bab 49 Membantumu Mandi50 Bab 50 Adelia Tidak Menyentuhmu51 Bab 51 Uang Itu Terlalu Sedikit52 Bab 52 Adelia Tidak Menyukainya53 Bab 53 Keputusan Akhir Ada di Tanganku54 Bab 54 Bertemu dengan Teman Lama55 Bab 55 Jangan Bersikap Kejam padaku56 Bab 56 Tante Alira57 Bab 57 Perasaan yang Tidak Pantas58 Bab 58 Apa Kamu Sudah Selesai Menatapku 59 Bab 59 Bukankah Dia Adelia 60 Bab 60 Mengambil Foto61 Bab 61 Apa Kamu Menguntitku 62 Bab 62 Ciuman Mendadak63 Bab 63 Duta Merek64 Bab 64 Rois Begitu Sempurna65 Bab 65 Tidak Sebaik Rois66 Bab 66 Apa yang Salah 67 Bab 67 Kecelakaan Ketika Syuting68 Bab 68 Musuh dari Musuh Adalah Teman69 Bab 69 Juru Masak yang Hebat70 Bab 70 Itu Dilakukan dengan Sengaja71 Bab 71 Bukti yang Kuat72 Bab 72 Dia Menuai Apa yang Dia Tabur73 Bab 73 Beri Aku Lima Menit74 Bab 74 Kesempatan Sempurna75 Bab 75 Mabuk76 Bab 76 Babak 76 Aku Adalah Gulali77 Bab 77 Pergilah ke Neraka78 Bab 78 Seorang Pembunuh79 Bab 79 Tuduhan Pembunuhan80 Bab 80 Helena Adalah Gulali 81 Bab 81 Pembohong82 Bab 82 Janji dengan Rois83 Bab 83 Berkencan dengan Pria Lain84 Bab 84 Kamu Cemburu85 Bab 85 Tren Daring86 Bab 86 Menutup Telinga87 Bab 87 Nadia Sadar88 Bab 88 Serangan Balik (Bagian Satu)89 Bab 89 Serangan Balik (Bagian Dua)90 Bab 90 Serangan Balik (Bagian Tiga)91 Bab 91 Serangan Balik (Bagian Empat)92 Bab 92 Raivan Adalah Pria yang Baik93 Bab 93 Kehebatan Seksual94 Bab 94 Ceritakan padaku tentang Gulali95 Bab 95 Dia Mirip Gulali96 Bab 96 Menjiplak97 Bab 97 Makan Malam98 Bab 98 Gulali Juga Takut Gelap99 Bab 99 Dia Benar-Benar Memesona100 Bab 100 Grup Bertolius Mencuri Karya Orang Lain