Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MENIKAHI BOCAH TENGIL

MENIKAHI BOCAH TENGIL

Alawiah_Putri

5.0
Komentar
646
Penayangan
9
Bab

"Aina, menikah denganku!" Nada arogan yang terdengar dari pria dewasa di hadapan Aina, membuat gadis kecil itu mendelik. "Nggak!" "Dasar bocah tengil!" Patah hati karena di tinggal menikah oleh sang kekasih yang paling dia cintai, membuat Hariz berubah menjadi pria flamboyan. Tak cukup dengan satu wanita dan gemar berfoya-foya. Karena jengah dengan sikap cucunya, sang Oma pun memaksa agar Hariz segera menikah jika tidak mau hak warisnya di hapuskan. Pria itu memilih Aina yang merupakan mahasiswi di kampus di mana dia mengajar. Cewek petakilan yang paling sulit di arahkan. Gemar tauran dan membuat masalah di mana-mana. Di usia Aina yang jauh lebih muda, tentu Hariz pikir tidak akan sulit menjalani pernikahannya nanti. Aina pasti tidak akan banyak menuntut apapun. Aina yang sempat menolak, tiba-tiba saja setuju karena Hariz menawarkan pembagian harta waris yang tidak sedikit. Pernikahan karena kesepakatan itu terjadi. Namun semuanya berubah saat sang Oma mengetahui rencana mereka. Pernikahan yang awalnya hanya sebuah kesepakatan bisa saja membuat keduanya saling jatuh hati, atau malah mengakibatkan bencana di kemudian hari. Sesuatu yang di awali dengan niat yang tidak baik, akankah bisa berakhir dengan baik?

Bab 1 AINA, MARI MENIKAH

"Aina, mari menikah."

"APA!!"

Hariz terjingkat kaget mendengar suara Aina yang melengking. "Kecilin suara lo, bego!"

"Apa Aina gak salah denger?" gadis itu bertanya dengan bingung sembari menjilat kembali es krim yang dia pegang.

"Dasar budeg! Gue serius," sautnya kesal.

"Pak Hariz stress, ya? Apa emang sengaja, menjadikan Aina sebagai pelarian? Aina nggak mau!" Aina menaikan dagunya dengan angkuh. Mengingat pria ini baru saja di tinggal menikah oleh kekasihnya.

Anjir ni bocah!

"Jangan sok jual mahal! Saya tahu kalo kamu suka sama Saya."

Tentu saja Aina kaget mendengarnya. Meski ucapan Hariz tidak sepenuhnya salah. Namun Aina tidak suka caranya yang arogan saat berbicara. Seakan Aina tidak punya hak untuk memilih.

"Cih, pede banget sih! Emang atas dasar apa Aina setuju menikah dengan Pak Hariz? Aina nggak ngerasa punya hutang!"

"Tapi Saya banyak duit. Dan juga ganteng, pastinya.

Dan kalau Saya minta sama cewek lain, mereka pasti bahagia bukan main."

"Yaudah, kalo gitu minta aja sama cewek lain. Aina nggak mau punya suami tua bangka kayak Pak Hariz."

Tanpa Aina sadari, ada seringai iblis terukir diwajah Hariz saat dia mengatakan hal itu. Dan satu-satunya orang yang berani padanya hanya gadis ini. Wanita yang telah lama memiliki hubungan baik dengan keluarganya. Hariz memilih Aina menjadi istri sebab keinginan dari sang Oma. Yang meminta agar dia segera menikah.

"Kamu bilang Saya tua bangka? Jangan harap nilai kamu bagus. Bahkan saya pastikan kamu nggak akan lulus tahun ini."

Astaga, nih dosen emang gak ada ahklak!

"Bapak pikir Aina takut? Bodo amat, Pak! dari pada Aina nyesel seumur hidup nikah sama Pak Hariz."

Mendengar hal itu, tentu saja membuat Hariz geram. Baru kali ini ada yang menolaknya mentah-mentah.

Mana bocah lagi.

"Saya tahu semua kelakuan kamu, Aina. Nggak akan ada orang yang mau nikahin cewek petakilan kayak kamu. Tukang buat masalah di mana-mana. Seharusnya kamu bersyukur, saya mau nikahin kamu."

Mendengar hal itu membuat Aina tersenyum sinis. "Dih, najis! Mending Aina jadi perawan tua dari pada nikah sama kulkas!"

"Apa katamu?"

Aina mundur secara perlahan saat Hariz tiba-tiba mendekatinya dengan seringai aneh. Bahkan Aina kesulitan menelan salivanya.

"Ba-bapak mau ngapain?"

Oh tidak.

Dia baru sadar, bahwa disana tidak ada siapapun. Syma selaku kakak angkatnya sedang sibuk dengan suaminya. Sementara Ceyda dan Mina sedang sibuk dengan anak-anak Syma.

Dan para pegawai telah pulang, karena jam kerja sudah habis.

Kini tinggal mereka berdua disana. Suasana seketika berubah horor bagi Aina.

'Ya Allah...

Selamatkan hamba dari iblis laknatullah ini!' gumam Aina yang masih bisa didengar oleh Hariz.

Pria itu langsung menyergapnya hingga Aina tidak bisa berkutik. Hariz mengunci tubuh Aina dengan menarik kedua tangannya keatas kepala Aina. Sementara kakinya dikunci.

"Astagfirullah, istighfar Pak!"

"Mau menikah denganku, atau terpaksa menikah denganku karena aku akan membuat kamu hamil?"

"Apa nggak ada pilihan lain?" Aina menatapnya takut kali ini. Bahkan untuk melawan saja dia tidak mampu.

"Pilihan ketiga, menikah denganku!"

"Itu sama aja, bego!"

"Kamu bilang apa!!" Hariz semakin menempelkan tubuhnya. Membuat Aina tidak punya pilihan lain selain menerimanya. Aina sangat takut jika Hariz benar-benar nekat melakukan perbuatan keji itu.

"Oke fine. Aina mau. Sekarang lepasin Pak!"

"Bagus." Hariz tersenyum senang mendengar keputusan Aina.

Aina bernafas lega saat Hariz melepaskannya. Biarlah apa yang akan terjadi nanti, yang terpenting sekarang dia setuju dulu. Dari pada menjadi santapan harimau lapar, batinnya.

Setidaknya setelah ini dia bisa kabur. Dan meminta perlindungan dari Syma.

'Dasar nggak ingat umur! Sudah bau tanah seharusnya memperbanyak ibadah!' sayangnya umpatan Aina kembali didengar oleh Hariz.

PLETAK

AW

Hariz menyentil dahi Aina dengan kesal. "Nggak usah lebay, Aina. Umur kita hanya terpaut sepuluh tahun. Saya masih sangat muda dan segar. Kamu aja yang masih keliatan bocil."

"Terus kenapa harus Aina? Seharusnya Bapak menikah saja dengan wanita dewasa seumuran Bapak. Jangan menjadikan Aina tumbal kayak gini!" Aina mencibir kesal.

Diluar dugaannya, Hariz malah terkekeh. "Karena Saya lebih suka daun muda yang masih segar sepertimu. Dan nggak punya pengalaman tentunya. Itu jauh lebih menantang." Hariz berucap sembari mengedipkan sebelah matanya.

Menggoda Aina.

"Dasar pedofil!" hardiknya.

"Mulut kamu tuh ya! Mau saya kunci! Dasar bocah ingusan! Harusnya kamu bersyukur Saya mau menikahi kamu. Memangnya pria waras mana yang mau menikah denganmu? Selain aku, tentunya."

"Ya, Bapak memang nggak waras. Pak Hariz sakit jiwa! Jangan mimpi mau menikah denganku!!"

Aina segera berlari meninggalkan Hariz yang sudah sangat kesal, akibat ulahnya. Bahkan dari kejauhan dia masih sempat menjulurkan lidahnya, seakan sengaja mengejek Hariz agar semakin kesal.

"HEY AINA...

JANGAN COBA-COBA KABUR! KAMU AKAN TAHU AKIBATNYA... "

Sayangnya Aina tidak perduli dengan teriakkan Hariz. Dipikirannya hanya ada satu tujuan, yaitu kabur dari pria mengerikan seperti Hariz. Dia tidak ingin berurusan dengan pria itu.

"Dasar psikopat sinting! Nikah aja sana, sama biawak. Aina nggak mau dijadikan pelarian."

***

Masih teringat dengan jelas pada waktu itu.

Saat Hariz kembali ke kampung halaman dengan membawa cincin untuk meminang sang kekasih. Namun sayang, semuanya sudah terlambat.

Alih-alih ingin membuat kejutan, malah justru dialah yang terkejut. Seiring dengan perasaan yang bagaikan di tikam ribuan pedang.

Belum sempat dia menemui kekasihnya, sebuah undangan bertuliskan nama itu sampai ke tangannya. Membuat jantungnya seakan ingin terlepas.

Lima tahun menjalin hubungan, tidak menjamin bisa sampai ke jenjang pernikahan. Begitulah yang di alami oleh Hariz dan kekasihnya. Hanya karena Hariz belum cukup mapan untuk menikah. Dia di tinggal menikah oleh wanita yang sangat dia cintai.

Cukup miris memang.

Merasakan sakitnya menjaga jodoh orang. Dan kini hanya bisa menyaksikan bagaimana kedua mempelai sedang duduk di pelaminan. Sedangkan Hariz hanya menatap miris dari kejauhan.

Tidak ada air mata yang menetes. Namun rasa kecewa tentu ada dan terlihat jelas dari wajahnya.

"Yang sabar ya Pak... " suara yang cukup familiar membuat Hariz tiba-tiba menoleh ke arah samping. Sosok gadis kecil yang juga menjadi tamu undangan.

Gadis yang dia anggap bocah nakal karena kerap kali membuat ulah.

Gadis penjual kue bernama Aina. Sering datang ke rumah Hariz untuk mengantar kue kesukaan Oma. Kakak angkat Aina bernama Syma adalah teman baik Hariz semasa sekolah hingga kini.

"Diem lu, bocah!"

"Dih... Malah galak. Padahal niat Aina baik. Cuma mau ngucapin bela sungkawa." Aina menyahut dengan wajah tanpa dosa. Membuat Hariz mengatup mulutnya menahan kesal.

"Dasar bocah lucnut. Kamu pikir ada keluarga saya yang meninggal."

"Bukan keluarga, tapi hati Bapak."

"Sok tahu!"

"Yaudah Pak. Aina pulang dulu. Oh iya... kalo mau update status jangan lupa tag Aina, ya. Jangan nangis sendirian, Pak. Malu..."

Aina segera pergi. Meninggalkan Hariz dengan segala kekesalannya. Gadis yang selalu mengganggunya. Dengan celoteh dan tingkah yang membuat darahnya naik.

"Awas kamu, Aina."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku