Cinta yang datang karena dipaksa. Sebuah pemaksaan mampu menjadi awal mula suatu kebiasaan dan cinta mungkin lahir akibat rasa terbiasa. Nala Sahna Arsila, wanita malang yang selalu bekerja keras di usianya yang masih muda itu hampir dijual oleh ayah tirinya untuk melunasi hutang judi yang menumpuk. Namun dia berhasil melarikan diri sebelum ayah tirinya mewujudkan tujuan. Bagaikan menjauh dari terkaman buaya dengan masuk dalam mulut singa, Arsila terjebak perjanjian kontrak dengan pria asing yang belum pernah ia temui sebelumnya. Dia adalah Axelle Zeeshan Osaze, pria yang mengajak Arsila ke pelaminan di satu hari setelah mereka bertemu secara tak sengaja. Arsila tak punya pilihan, dia butuh uang untuk melunasi hutang ayah tirinya, sedang Axelle mampu memberikan harta serta status sosial yang tinggi bagi Arsila. Kehidupan pernikahan tanpa cinta maupun rasa itu Arsila jalani layaknya merpati yang terkurung di dalam sangkar. Namun di sela-sela kejenuhannya, selalu ada satu orang yang menghibur Arsila, yaitu Raeef Kayden, sahabat sekaligus rekan kerja Axelle. Perhatian dan kepekaan Kayden terpandang ibarat sehembus sepoi menyejukan bagi keseharian Arsila yang rupanya tak mudah menjadi istri seorang Axelle, si pewaris perusahaan besar. Arsila tak mampu memungkiri bahwa ia meraih kenyamanan ketika dekat dengan Kayden. Mungkinkan Arsila akan berselingkuh dengan menjatuhkan hatinya kepada Kayden atau bertahan pada hubungan tanpa cinta? Cover free copy right; design by Neizse Instagram @neizse.v2
"Tidak!! Jangan, Yah!!" seru wanita berambut cokelat layaknya gandum basah itu seraya mengenggam erat buku rekeningnya.
Dia, Nala Sahna Arsila, harus mempertahankan satu-satunya harta tabungan yang ia punya. Sekuat mungkin jemarinya kian mengerat.
"Kau panggil aku dengan sebutan ayah, tapi kau tak patuh dengan ucapanku?!! Anak macam apa kau ini?!!" sentak pria paruh baya berupaya merebut buku rekening tersebut.
"Nggak, tolong jangan lakukan ini." Arsila merengek, buliran bening di kedua pelupuknya hampir luruh mengembun sempurna.
"Aku hanya akan melihat kau punya seberapa banyak uang?!! Kau tahu aku butuh uang kan?!! Jangan pelit sama ayahmu sendiri!!" Pria itu mengotot.
Ia tak ingin peduli alasan Arsila berkerja keras selama ini untuk mengumpulkan sejumlah nominal tersebut.
Plaak!!!
Tamparan yang keras menerjang pipi kanan Arsila, hingga merah membekas telapak tangan besar yang pedih nan perih mengenainya.
Sontak Arsila terhuyung ke belakang, tenaga pria yang dipanggilnya ayah itu terlalu kuat bagi Arsila yang bertubuh ramping.
Pria itu, Zander Larrimore, ayah tiri Arsila, berhasil mengambil buku rekening dari tangan Arsila yang merenggang dan melemas.
Tatapan tajamnya membaca isi saldo yang tertera di lembar buku kecil itu.
"Apa ini?!!! Kau punya sepuluh juta?!! Kenapa selama ini diam saja?!! Apa kau tuli?!! Apa kau tidak dengar kalau aku cari hutang sana kemari?! Sedangkan kau punya uang sebanyak ini!!" Zander meninggikan nada bicaranya.
"Tapi Ayah itu kan...," gamang Arsila tak sanggup menyelesaikan tuturannya.
Percuma juga ia melawan, padahal uang itu dia kumpulkan agar Arsila bisa menyewa kost-kost-an kecil untuk tinggal merantau jauh dari Zander.
'Harusnya aku pergi sejak kemarin-kemarin, meski ayah tak mengizinkannya sekali pun. Harusnya aku kabur dari sini lebih cepat,' batin Arsila tengah menyesal pada pilihan yang tak berani ia ambil.
Zander selalu melarang Arsila yang hendak bekerja di luar kota, tetapi karena Arsila melamar menjadi karyawan pabrik di lain kota, dia memperoleh peluang izin dari Zander, hanya saja pengumuman lolos tidaknya lamaran Arsila baru akan keluar dua hari lagi.
"Segera cairkan uangmu ini, lalu berikan untukku!!! Pagi-pagi betul kau pergi ke bank dan ambil semua uangmu!! SEMUANYA!" bentak Zander tak main-main.
Dia selalu tak gagal membuat Arsila takut untuk melanggar perintahnya. Tubuh Arsila bahkan sudah gemetar dipenuhi trauma.
Arsila yang sejak remaja dibesarkan oleh ayah tirinya, yang ia dapati hanyalah perlakuan kasar dari Zander yang hobi mabuk-mabukan dan bermain judi.
Dulu seringkali Arsila melawan, tapi yang ia dapati hanyalah pukulan yang meruamkan kulit dan mengilukan raga belaka.
"Jawab!!!" titah Zander benci melihat Arsila yang justru membungkam menyepi.
"I-iya, Ayah." Dengan tergelagap, Arsila memberikan sahutannya.
'Tidak apa-apa deh, aku bisa mengumpulkan uang lagi nanti. Semoga aku diterima kerja dan bisa segera pergi dari sini. Tentang uang aku pasti menghutang dulu kalau memang terdesak,' pikir Arsila merelakan tabungannya demi sang ayah, yang terutama baginya adalah dia selamat dari amukan Zander terlebih dahulu.
"Bagus. Jangan khawatir, aku ini orang yang akan sukses dan kaya raya, pastinya akan kukembalikan uangmu," cetus Zander sambil bergerak berlalu menjauh dari kamar Arsila yang sudah ia buat berantakan guna mencari letak buku tabungan tadi.
Ucapan Zander jelas berdusta, Zander selalu mengatakannya setiap kali dia mengambil uang Arsila. Bahkan barang-barang berharga di rumah mereka telah ludes habis dijual akibat Zander yang ketagihan bermain judi. Ketika memenangkan taruhan yang Zander lakukan ialah berpesta ria dengan alkohol dan teman-temannya, perayaan yang lupa diri dan lupa sisa isi kantong.
Setelah Zander tak lagi terlihat, barulah Arsila menghela nafas leganya. Lantas ia rapikan tiap sudut kamarnya yang diobrak-obrik oleh Zander.
Dari balik jendela pada kamarnya yang ada di lantai dua, dapat Arsila lihat sebuah mobil sedan hitam terpakir di depan rumahnya.
"Siapa malam-malam yang datang berkunjung?" gumam Arsila yang mana jarang menerima tamu di rumah mereka.
Akibat digelayari rasa penasaran, Arsila pun mengendap-endap menuruni anak tangga. Dia sangat ingin tahu tamu seperti apa yang hadir untuk menemui Zander.
Samar-samar dapat Arsila dengar perdebatan di ruang tamu, dia berhenti tepat di belakang dinding pembatas guna menguping isi percakapan yang diiringi kemurkaan terlayangkan di udara.
"Pokoknya aku tidak mau tahu, kau sudah menunggak pembayaran hutangmu!!!" lantang suara bariton yang memaki Zander.
"Tetapi saya tidak tahu kalau ada bunga yang makin besar per tahunnya, bahkan bunganya sudah melebihi jumlah hutang saya!!!" Zander menolak untuk patuh.
"Ya itu masalahmu!! Suruh siapa kamu berhutang pada kami!!!"
"Kalian benar-benar perampok!! Besok akan aku bayar sepuluh juta dan selanjutnya akan kucicil lagi!" Hanya itu penyelesaian yang mampu Zander buat.
"Ahhahahaha!!!"
Gelak tawa yang asing itu mengejutkan Arsila, seketika kedua netra cokelat Arsila melebar karena heran sekaligus tercengang.
"Aku dengar kau punya putri yang cantik. Bagaimana kau jual saja dia padaku? Maka akan aku anggap kau membayar dua per tiga hutangmu itu," desis suara bariton memberikan solusi untuk disepakati.
Arsila yang mendengar, jantungnya seakan hampir berhenti berdetak. Dia menggelengkan kepalanya, menyanggah semua isi pikiran yang menyatakan bahwa Zander akan setuju dengan tawaran tamu yang rupanya rentenir penagih hutang tersebut.
"Boleh." Zander tak rugi sedikit pun, dia justru merasa diuntungkan karena membesarkan anak yang bisa bernilai nominal untuknya.
"A-apa?" gagap Arsila tak menyangka.
Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kaki jenjangnya melangkah mundur dengan tergamang dan terasa amat berat.
Pyaaar!
Arsila tak sengaja menyenggol sebuah vas pada meja yang ada di belakangnya.
Keringat dingin membasahi Arsila, di mana Zander dan tamunya yang sama tuanya dengan Zander itu bergegas ke sumber suara benda jatuh tersebut.
Pandangan nanar Arsila bertemu dengan raut muka Zander yang sudah seperti momok menyeramkan bagi Arsila.
"Tidak!!!" Arsila kehilangan akal jernihnya, ia berteriak dan segera berlari secepat kilat menuju pintu belakang rumah.
"Arsila, tunggu!!!" Tak akan membiarkan Arsila lepas begitu saja, Zander langsung mengejar, begitu juga dengan dua pria yang datang untuk menagih hutangnya.
Sedangkan Arsila dengan telapak kaki tanpa alas, ia sudah berhasil keluar rumah. Menginjaki bebatuan dan aspal jalan trotoar.
'Aku harus kabur!! Seharusnya aku kabur sejak dulu!' maki Arsila terhadap dirinya sendiri yang tidak becus.
Ia tak mengira bahwa Zander akan setega itu untuk menjual dirinya.
Sorot lampu yang begitu terang dari sebuah mobil di belakang Arsila membuat Arsila putus asa, dia sudah bergerak sangat jauh dari rumahnya, tapi sepertinya Zander dan penagih hutang itu mengejar menggunakan mobil.
"Arsila!!! Anak yang tidak tahu diri!!! Kau berhenti sekarang juga!!" teriak Zander membuka kaca jendela pada kursi penumpang depan yang ia singgahi, jarak mereka kian mendekat dan sepertinya sedikit lagi Zander mampu menangkap anak tirinya itu.
"Tidak!!! Tolong aku!!! Siapa pun tolong aku!!! Tolong!!!" Arsila masih terus menggerakan kedua kakinya yang telah letih.
Ia tak peduli bila kakinya lecet maupun patah, yang penting Arsila terbebas dari Zander yang ingin menjualnya ke penagih hutang.
Braaaakhh!!!
Mobil dari arah yang berlawanan, menabrak mobil yang dinaiki Zander dan para penagih hutang itu, hingga kedua mobil tersebut terhenti dengan kepulan asap di antara keduanya.
"A-apa yang terjadi?" gagap Arsila lega karena mobil yang ditumpangi Zander telah berhenti bergerak.
Tatapan sayu Arsila menoleh ke belakang. Dapat ia lihat dari kaca mobil yang tadi mengejarnya, bahwa Zander sedang mengerang kesakitan akibat darah yang mengucur di keningnya.
Mulut Arsila tak mampu bergeming, ia terbengong ketika mobil yang tadi melesat cepat untuk menabrak kini pintu depannya terbuka. Tampak sosok pria berjas rapi lengkap berdasi keluar dari dalam mobil tersebut.
Brrukkhhh!
Arsila yang lemas dan kelelahan, jadi bersimpuh di atas lantai trotoar yang kotor.
Dagu Arsila mendongak menatap pada pria berjas yang mendekat ke arahnya, "Ka-kau siapa?"
Bab 1 KABUR! WANITA YANG DIJUAL
14/12/2022
Bab 2 PENYELAMAT YANG MENCULIK
22/12/2022
Bab 3 PRIA MISTERIUS
22/12/2022
Bab 4 AJAKAN MENIKAH H-1
22/12/2022
Bab 5 MANA MUNGKIN
22/12/2022
Bab 6 MEMPELAI YANG DIGANTI
22/12/2022
Bab 7 PERNIKAHAN MENEGANGKAN
22/12/2022
Bab 8 MENDADAK MILYARDER
22/12/2022
Buku lain oleh NEIZSE
Selebihnya