Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Lelaki Asing Yang Menodaiku

Lelaki Asing Yang Menodaiku

Mas Atha

5.0
Komentar
5.7K
Penayangan
20
Bab

Alana merupakan mantan TKW Hongkong yang kabur dari pernikahan, merasa tak pantas untuk calon suami karena sudah tidak suci lagi. Parahnya dia tidak tahu siapa lelaki yang telah tega merenggut mahkota kehormatannya. Tragedi itu bagaikan mimpi buruk, yang menyisakan trauma dan menutup pintu hatinya untuk sebuah hubungan. Di sisi lain ada Lars, CEO tampan bak dewa yunani yang memiliki tunangan cantik. Tetapi tiada yang tahu, jika Lars yang dikira memiliki kehidupan sempurna justru merasa hampa seakan ada lubang dalam hatinya. Hal itu bermula ketika dirinya kecelakaan dan sebagian ingatannya hilang. Suatu ketika Lars bertemu dengan Alana, gadis pendiam dan penakut yang mengusik pikirannya pada pandangan pertama. Setiap kali jauh, Lars merasa rindu dan ketika bertemu ada rasa sakit yang menyiksa batin. Mungkinkah tabir kehidupan mampu mengungkap rahasia kisah Lars dan Alana?

Bab 1 Kabur Dari Pernikahan

Alana memandang kebaya warna putih yang sudah melekat pada tubuhnya lewat kaca, tampak begitu indah dan anggun. Sangat pas sesuai keinginannya yang telah di pesan beberapa bulan yang lalu ketika dirinya masih bekerja di Hongkong. Padahal dia pesan secara online pada temannya yang kebetulan seorang desainer terkenal di Kota Yogyakarta.

Make up juga sudah usai, kini tinggal menyanggul rambutnya dan menghiasinya dengan bunga kantil.

"Mbak, kenapa dari tadi melamun terus? Apakah lapar atau ingin ke toilet? " tanya Kinanti, sepupunya dari pihak ibu.

"Tidak, aku hanya lelah, " jawab Alana memaksakan diri untuk tersenyum.

"Kalau begitu ini minumlah, setidaknya biar lebih segar, " bujuk Kinanti menyodorkan air putih yang diberi sedotan.

Alana menerimanya, setelah meminum air dia mulai merasa segar kembali seolah menyadarkan dirinya dari sesuatu yang sejak tadi menjerat pikirannya.

Yah, setelah nanti ijab qobul maka dia sudah sah menjadi istri Syarif. Dan nanti malam dia harus melayani suaminya layaknya seorang istri pada umumnya.

Seketika tubuh Alana menggigil, rasa trauma yang pernah dialaminya bagai mimpi buruk yang terus menghantuinya.

Rasa cemas, gelisah, bersalah dan juga takut membuat dirinya lemas tak berdaya.

"Maafkan aku, Mas Syarif. Nanti malam pasti kamu akan kecewa saat tahu jika diriku sudah tidak suci lagi. Tapi saat ditanya aku harus jawab apa? Aku selalu mencintaimu dan setia padamu, tapi mungkinkah kamu akan percaya jika aku ini hanya korban dan kehilangan mahkotaku bukan karena penghianatan? " batin Alana sangat tertekan.

Bukan hanya sekedar perasaan bersalah pada calon suaminya, melainkan rasa takut jika dirinya tersentuh. Rasa sakit yang teramat menyiksa waktu silam sampai detik ini tidak bisa dilupakan. Walau dirinya tidak sampai hamil, tetapi Alana menjadi trauma bila berdekatan dengan lelaki.

Tanpa sadar Alana menangis, hal itu membuat perias make up nya menjadi khawatir jika luntur dan langsung menyeka air matanya dengan tissue secara perlahan.

"Maaf, bolehkah aku pamit ke toilet sebentar? " pinta Alana.

"Iya tidak apa-apa, ini juga sudah selesai, nanti make up bisa diperbaiki lagi,

" jawab perias tersebut ramah.

"Mbak, aku antar ya? Siapa tahu nanti kamu kesulitan di dalam, " tawar Kinanti.

"Tidak, aku nanti malah tidak bisa buang air kecil karena malu. Aku bisa sendiri kok, " tolak Alana secara lembut.

Untung saja Alana meminta desain setelan kebaya yang elegan dan ketika dalam keadaan darurat begini dirinya tidak akan kesusahan.

Setelah selesai, dia masih tetap berada di dalam toilet. Jika boleh memilih dia ingin waktu berhenti sehingga dirinya tidak perlu menikah lagi.

"Oh iya, kenapa aku tidak berpikir untuk kabur saja? Jika aku tidak jadi menikah maka aku tak perlu lagi merasa takut dan terus dirundung perasaan bersalah. Aku harus pergi dari sini dan memulai hidup baru tanpa siapapun, " batin Alana penuh tekad.

Alana sejak kecil sudah hidup mandiri, sebab sebagai yatim piatu dia harus bisa melakukan segala hal agar tidak merepotkan paman dan bibinya yang telah merawatnya. Setelah lulus SMA, Alana nekat bekerja sebagai TKW di Hongkong, dalam waktu dua tahun pertama dia berhasil membeli tanah di pinggir jalan raya dan keberangkatan yang kedua kalinya dia bisa membangun toko bahan bangunan.

Usahanya cukup dibilang sukses, sampai dia akhirnya memutuskan menikah jika kontrak kerja sudah selesai. Tapi mimpi indah itu telah sirna, dirinya bagaikan kertas putih yang telah ternoda dan meninggalkan aib yang tidak akan bisa dihilangkan.

Alana tidak mampu menanggung beban batin itu seumur hidup, dia memilih melepaskan orang yang dicintai demi kebaikan semuanya.

"Selamat tinggal, Syarif. Maafkanlah aku, semoga kelak kamu bisa melupakan aku dan mendapat pengganti yang lebih baik dariku, " gumam Alana menangis lagi.

Alana keluar dari toilet, memanggil sepupunya yang usianya terpaut dua tahun darinya.

"Ada apa, Mbak? " tanya Kinanti langsung mendekat.

"Tolong ambilkan tas aku ya! " pinta Alana.

"Ah iya, " jawab Kinanti berjalan dengan cepat.

Alana tidak khawatir jika pergi tanpa membawa pakaian, di dalam tas ada ponsel dan dompetnya. Setidaknya dirinya masih memiliki tabungan yang lumayan banyak. Urusan toko bahan bangunan dia berniat menyerahkan kepada paman dan bibinya sebagai balas budi sebab telah merawat dari kecil dan membiayai sekolah nya hingga SMA. Walau kehidupan mereka tergolong terbatas, tapi Alana tumbuh dengan kasih sayang yang membuat dirinya tidak pernah merasa kesepian.

"Ini, Mbak, " jawab Kinanti mengerahkan tas tersebut dengan ramah.

"Oh iya, aku mau mengambil kamera ke kamarku sebentar. Nanti kamu jangan lupa mengambil foto saat ijab qabul ya? " sela Alana mencari alasan.

"Kameranya taruh di sebelah mana? Biar aku saja yang mengambil, " cegah Kinanti.

"Kamu tidak akan bisa mengambilnya, tunggu di sini sebentar, " balas Alana mencoba bersikap biasa agar tidak dicurigai.

Alana tidak lewat dapur, sebab di sana ada bibi dan juga para tetangga yang sedang memasak. Diapun memilih lewat kandang kambing karena itu jalan yang sepi orang.

Hanya menggunakan sendal jepit entah milik siapa, Alana kabur dan menyelinap ke gang rumah tetangga. Dia merasa lega sebab sepi, dia yakin jika mereka pada berkumpul di depan rumahnya untuk menyaksikan janji suci dia dan Syarif.

Alana tak kuasa menahan tangis, dia yakin jika mereka menyadari dirinya pasti akan terjadi kehebohan.

"Paman, Bibi, maaf jika aku membuat kalian malu. Maaf karena kalian harus ikut menanggung deritaku, " gumam Alana.

Setelah berjalan cukup jauh dan sampai di jalan raya, tetapi kemudian lewat salah satu teman desanya yang mau menuju ke rumahnya sambil membawa bungkusan kado.

"Alana, kamu kenapa di sini? "

Alana panik, dia berlari dan langsung menghentikan bus mini yang lewat.

"Alana! "

"Alana! "

Alana tidak menghiraukan panggilan itu, diapun juga tidak tahu ingin pergi kemana setelah ini. Alana baru sadar, jika bus yang dia tumpangi adalah jurusan ke Terminal Jombor.

Begitu turun, sudah banyak calo yang mendekatinya.

"Mbak, mau kemana? "

"Ehh... "

"Kalau mau ke Jakarta bisa langsung berangkat sekarang, nih langsung saya siapkan tiketnya dan bisa naik ke bus sekarang, " tawar calo tersebut.

Entah setan apa yang merasukinya, Alana mengiyakan. Padahal di Jakarta dia sama sekali tidak punya saudara ataupun teman.

"Aku anggap sebagai liburan, saat ini aku butuh menenangkan diri. Urusan ke depan aku pikirkan sambil di jalan, " batin Alana yang merasa teramat lelah. Apalagi dia yang masih memakai pakaian kebaya tentunya mengundang perhatian orang banyak.

Sesampainya di dalam bus, ponselnya mulai di banjiri pesan dan telepon. Diapun segera menonaktifkan.

"Maafkan aku, Syarif. Maafkan aku semuanya... "

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku