TERJEBAK PESONA CEO
Penulis:Nath87
GenreRomantis
TERJEBAK PESONA CEO
Quin menatap merk jaket yang ia pegang itu. Wanita itu menelan salivanya. Ia tidak percaya jika jaket ini memiliki merk yang luar biasa. Di tambah ia tahu berapa harga jaket tersebut.
Quin mengecek isi kantong jaketnya. Ia takut jika saat dicuci nanti ada barang di dalam sana. Dan ia takut jika nanti dirinya akan disalahkan lagi.
Quin hanya bisa pasrah, karena kecerobohannya membuat dirinya harus bertanggung jawab atas jaket mahal ini.
“Bahkan gajiku saja tidak cukup untuk membeli jaket ini,” gumamnya lalu ia memasukkan jaket tersebut ke dalam kantung plastic. Ia akan melaundry saja jaket itu.
“Semoga saja pria aneh ini tidak meminta ganti dengan yang baru,” ucapnya lagi. Lalu Quin pergi meninggalkan apartemen miliknya.
Quin mendatangi laundry langganannya yang berada di lantai bawah apartemen yang ia tinggali.
“Mbak, tolong cuci yang bersih ya. Kalau perlu kasih parfum yang super wangi biar nggak bau lagi,” pinta Quin.
“Ia siap,” jawab staff laundry yang sudah hapal dengan Quin.
Quin keluar dari tempat laundry. Lalu ia melihat mini market yang ada di sana. Quin mengusap perutnya yang sudah mulai lapar lagi.
Wanita itu masuk ke dalam mini market. Ia melihat beberapa jenis sayuran segar lalu mengambilnya.
Patah hati tidak membuat Quin terpuruk. Bertemu dengan Arion membuat ia lupa jika dirinya sedang patah hati. Yang ada sekarang ia kesal karena harus bertemu pria macam Arion yang sangat menyebalkan itu.
Quin kembali ke apartemennya usai mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Ia langsung berkutik di dapur. Menyiapkan bahan makanan yang akan ia makan sendiri.
Di sisi lain.
“Pak, meeting hari ini ditunda. Klien kita mengalami kecelakaan,” ucap Rian yang merupakan asisten sekaligus sekretaris Arion saat ia baru tiba di kantor.
Arion yang tadi masih kesal karena tadi malam ia tidak bisa tidur dengan pulas langsung kaget saat mendengar ucapan Rian.
“Lalu bagaimana kondisinya? Kirim seseorang untuk menjenguknya,” ucap Arion.
“Saya akan meminta seseorang untuk menjenguknya,” jawab Rian.
“Satu lagi. Coba cari info tentang Quin. Saya ingin tahu dia siapa, kerja di mana dan latar belakangnya apa,” perintah Arion.
“Baik Pak,” jawab Rian yang langsung menjalankan perintah bosnya itu.
Arion menyandarkan pungungnya di bangku kerjanya. Ia memainkan pena yang ada di atas meja. Bayang-bayang Quin mulai menghantuinya.
Arion yang tersadar langsung membuyarkan lamunannya. Ia kesal jika mengingat kejadian tadi malam. Bisa-bisanya ia bertemu wanita yang sangat menyebalkan.
Arion mengambil kunci mobilnya. Ia bergegas meninggalkan kantor miliknya.
“Saya pergi dulu. Kalau ada sesuatu segera hubungi saya,” ucap Arion.
“Baik Pak,” sahut Rian.
Pria itu mengemudikan mobilnya. Sudah lama ia tidak mengunjungi kedua orang tuanya. Saat itu Arion diminta untuk membawa calon istrinya. Mamanya sudah tidak sabar ingin menikahkannya.
Sesampainya di rumah. Arion melihat adik perempuannya. Ia tersenyum lalu menghampiri adik kesayangannya itu.
“Kakak, kau tidak bekerja lagi?” tanya Bella.
“Baru dari kantor. Aku kan merindukanmu. Apa kamu tidak senang jika aku pulang ke rumah?” tanya Arion sambil mencubit kedua pipi adiknya.
“Aaaahhh Kakak, sakit. Kebiasaan deh,” ucap Bella manja.
“Ada apa sih ribut-ribut?” tanya Maria yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.
“Kakak nih Mah. Rese banget jadi orang,” adu Bella.
“Lho, kamu tidak kerja? Apa kamu pulang ingin memberikan kabar baik?” tanya Maria yang sudah tidak sabar ingin memiliki menantu.
“Ayolah Mah, kasih aku kesempatan. Biarkan aku menikmati kesendirian dan kebebasanku. Lagi pula ada Bella yang bisa aku ajak buat kondangan,” ucap Arion.
“Enak saja, anak perempuan Mama kan nanti juga akan memiliki seorang kekasih. Jika sudah waktunya. Nanti malah disangka dia sudah memiliki kekasih lagi,” ucap Maria dan Bella langsung menganggukkan kepalanya dengan sangat cepat sekali.
“Ah, tidak masalah. Kenapa Mama cerewet sekali. Ada makanan apa? Aku kan lapar,” ucap Arion yang memilih mengalihkan topik pembicaraan.
“Eheemmm,” deham Aksa. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah. Bahkan wajah tampannya tidak menunjukkan jika ia sudah berusia empat puluh lima tahun.
“Papa,” ucap Arion pelan sambil memperlihatkan deretan giginya.
“Bagaimana dengan pekerjaan kamu?” tanya Aksa lalu ia duduk di samping istrinya sambil merangkul belakang bahu istrinya.
“Aman dong Pah,” jawab Arion.
“Tumben pulang ada apa?” tanya Aksa yang tahu jika belakangan ini putranya jarang sekali pulang ke rumah. Ia bisa memakluminya karena pekerjaan yang Arion kerjakan bukan hanya satu Perusahaan saja. Belum lagi anak cabang Perusahaan yang ada di mana-mana dan cafe yang kini sudah memiliki cabang di beberapa daerah.
“Mau minta makan sama Mama,” jawab Arion hingga membuat Bella tertawa terbahak-bahak.
“Apa Kakak sudah tidak memiliki banyak uang lagi? kalau gitu aku tidak ingin menemani Kakak buat pergi kondangan ah,” ucap Bella.
Arion terkekeh. “Mana mungkin aku tidak memiliki uang? Kau itu mata duitan sekali ya,” ucap Arion sambil menjewer telinga adik perempuannya.
“Aaaahhh sakit Kak. Papa, Kakak Arion nih. Dari tadi cubit-cubit aku terus,” adu Bella.
“Ya sudah sana kamu belajar lagi saja. Dari pada kamu digangguin Kakak kamu terus,” ucap Maria.
Bella mengerucutkan bibirnya. Ia menatap kesal ke arah Kakak lelakinya yang suka sekali menggodanya. Tapi kalau terus-terusan di cubit seperti ini ya jelas ia juga merasakan sakit.
“Sana belajar yang rajin. Nanti Kakak ke kamar kamu,” goda Arion.
“Tidak usah, pergi saja kerja, lalu bawakan aku uang yang banyak buat belanja,” teriak Bella sambil berjalan menuju kamarnya.
Aksa dan Maria menggelengkan kepalanya. Kadang ada rasa rindu jika anak lelaki mereka tak ada di rumah. Tanpa Arion memang terasa sangat sepi. Apa lagi melihat Arion yang suka usil terhadap adiknya. Itu semua membuat suasana rumah jadi semakin ramai. Tapi siapa sangka jika di luar rumah. Arion akan menjadi pria dingin yang super menyebalkan.
Arion tersenyum melihat kepergian adik perempuannya. Biar bagaimana juga ia rindu dengan keluarganya. Rindu dengan adiknya yang suka mendengarkan curhatannya. Apa pun yang Arion lakukan di rumah. Selalu membuat warna tersendiri.
“Kamu mau makan apa sayang? Biar Mama masakkan untuk kamu,” ucap Maria.
“Apa saja, aku akan memakannya, asal jangan batu saja yang mama masak,” jawab Arion.
Maria tertawa. “Hahaha. Ya sudah, kalian berbincang saja. Biar Mama siapkan dulu,” ucap Maria yang langsung menuju dapur.
Maria melihat bahan makanan yang ada di dalam lemari pendingin. Ia ingat sekali jika anak lelakinya sangat menyukai pasta. Maria langsung mengambil bahan makanannya.
“Lasagna enak juga,” gumam Maria yang langsung membuatnya.
Di ruang keluarga.
“Papa dengar kau membawa seorang wanita ke apartemenmu? Siapa dia? Apa dia wanitamu?” tanya Aksa.
DEG!
“Bukan begitu Pah. Aku bahkan tidak mengenalnya!”
Aksa mengernyit. “Tidak kenal? Tapi tidur di apartemenmu?”
Arion menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia jadi bingung bagaimana menjelaskannya. Baru saja ia mau bicara. Papanya sudah berbicara lebih dulu.
“Papa harap kamu bisa mempertanggung jawabkan apa yang terjadi. Biar bagaimana juga dia seorang wanita. Bawa wanita itu pulang ke rumah. Papa akan melamarnya untuk kamu,” ucap Aksa hingga membuat Arion membulatkan kedua matanya.
Bersambung