“Jadi kamu menolak aku? kau berani menolak aku?” tanya Arion dengan kedua bola mata yang sudah memerah.

Arion merasa emosinya sudah memuncak. Ia tidak terima dengan sebuah penolakkan. Biar bagaimana juga, Arion merasa tersinggung. Selama ini ia tidak pernah ditolak oleh siapa pun. Dan kali ini ia ditolak mentah-mentah oleh seorang wanita yang merupakan pegawai di kantor ayahnya.

Arion menarik krah blouse yang Quin kenakan. Ia sangat emosi. Amarahnya sudah di atas kesabarannya.

“Kau tidak boleh menolakku, ayo ikut denganku. Aku akan membawamu pada sebuah penyesalan yang terbesar!” ujar Arion sambil menarik dengan kasar tangan Quin.

Arion membuka pintu mobilnya lalu ia memaksa Quin agar masuk ke dalam mobilnya. Tidak peduli dengan suara rintihan dari wanita tersebut.

“Masuk, jangan sampai aku geret dirimu!” ujar Arion dengan nada yang kasar. Perlakuannya juga agak kasar, membuat tangan Quin terasa sakit.

Dengan cepat Arion melajukan mobilnya. Ia tidak memikirkan jika ada orang lain di sampingnya. Arion membawa mobilnya seolah ia sedang berada di sirkuit saja.