Quin merasa sakit kepala yang begitu hebat. Ia baru terbangun dari tidurnya.

Sejak pulang dari restoran, Quin memilih untuk memejamkan kedua matanya dan ia merasa sangat tidak berdaya sama sekali.

Wanita itu menatap wajahnya di cermin. Wajahnya terlihat kusut, riasannya juga belum dibersihkan. Lalu ia mengacak rambutnya dengan frustasi. Dan mengambil kertas yang berada di atas ranjang tidurnya.

Quin mencoba membacanya lagi. Tadi ia baru membacanya sekilas.

“Point pertama. Tidak boleh saling jatuh cinta. Lalu tidak boleh memasuki kamarnya tanpa seizin dirinya. Point berikutnya, tidak perlu menyajikan makanan untuk dirinya. Lalu tidak boleh pulang terlalu malam. Huhhh, pernikahan macam apa ini? selama berada di rumah, anggap saja tidak saling mengenal satu sama lain. Ch, bisa bertahan berapa lama seperti ini? Aku bahkan sama sekali tidak tertarik dengan pria egois seperti dirinya,” ucap Quin kesal.