TERJEBAK PESONA CEO
Penulis:Nath87
GenreRomantis
TERJEBAK PESONA CEO
“Ta-tapi Pah, dia bukan kekasihku!” ucap Arion yang jadi merasa gugup. Ia bisa melihat raut wajah papanya yang terlihat sangat serius sekali.
“Papa tidak peduli! Jika seorang wanita bermalam di apartemen laki-laki. Sudah pasti kalian akan melakukan hal yang tak perlu Papa jelaskan lagi! Jadi …, bawa dia ke sini. Atau Papa yang akan menghampiri wanita itu lalu membawanya untuk menikahi kamu,” jawab Aksa serius.
GLEEKKK!!!
Arion lupa jika papanya memiliki banyak mata-mata yang akan selalu mengawasi apa saja. Termasuk apa yang dilakukannya. Arion merutuki dirinya sendiri. Ia merasa sangat bodoh sekali. Kenapa juga harus membawanya ke apartemen. Tapi, jika di bawa ke hotel. Itu akan lebih parah lagi.
Arion melirik anak lelakinya yang terlihat sedikit kacau. “Pikirkan saja. Papa akan memberimu waktu satu minggu dari sekarang. Mama kamu menginginkan kamu menikah. Dia tidak sabar ingin memiliki seorang cucu. Jika kau tak bisa memberikannya. Maka Papa tidak akan membantumu lagi, jika Mama kamu membawa banyak wanita ke hadapanmu,” ucap Aksa dengan nada yang sangat serius.
Aksa harus memikirkan masa depan anak lelakinya juga. Biar bagaimana juga usia Arion sudah cukup matang untuk menikah. Aksa sekarang mengerti kenapa dulu mamanya sering kali menyuruhnya menikah. Dan kini ia sebagai orang tua pun merasakan jika ia juga ingin melihat cucunya lahir ke dunia sebelum Tuhan mengambil nyawa mereka.
Maria datang sambil memerhatikan kedua wajah pria yang dicintainya itu terlihat sangat serius sekali. Maria mengernyit menatap raut wajah putranya yang terlihat aneh.
“Ayo makan dulu. Mama sudah buatkan lasagna. Kalian ke ruang makan dulu. Biar aku panggil Bella dulu,” ucap Maria.
“Biar aku saja yang panggil Mah,” sahut Arion yang langsung berdiri lalu ia bergegas menuju kamar adik perempuannya.
Maria mengangkat kedua bahunya dengan acuh melihat anak lelakinya. Lalu Maria menatap suaminya yang terlihat sangat tenang.
“Ada apa? Apa kamu sudah bertanya padanya?”
“Sudah, makanya dia kabur,” ucap Aksa.
Maria duduk di samping suaminya. “Berarti dia sama seperti kamu. Sukanya kabur kalau di ajak nikah!”
Aksa melirik ke arah istrinya. Ia menatap istrinya yang benar-benar mengingatkannya pada kejadian dahulu saja. Tapi kan itu juga bukan salahnya. Siapa suruh dulu dia di tinggal nikah. Bagus dulu ia cepat bertemu dengan maria yang sudah menjadi istrinya saat ini.
“Mana lasagna-nya? Aku ingin memakannya,” uap Aksa yang langsung berdiri lalu menuju ruang makan.
Di kamar Bella.
Arion masuk ke kamar adik perempuannya tanpa mengetuk pintu. Ia langsung menjatuhkan tubuh kekarnya di atas ranjang tidur Bella.
“Iishhh Kakak, sana sih. Tubuh Kakak kan besar!” ucap Bella sambil mengusir kakaknya sendiri.
Arion mengambil boneka kesayangan adiknya. Ia melihat boneka yang sudah dekil, kucel dan tidak enak di pandang itu.
“Sini ah, kenapa di ambil sih?” protes Bella.
Bella menatap kakaknya yang diam saja. Biasanya kakak lelakinya ini akan rusuh. Tapi tidak kali ini. Dia lebih banyak diam.
“Ada apa? Apa Mama memaksa Kakak untuk menikah lagi?”
Arion masih diam. Ia menatap langit-langit kamar adiknya yang memiliki warna Pelangi. Bella langsung duduk lalu menatap kakaknya.
“Jadi benar?” tanya Bella penasaran.
“Kali ini bukan Mama, tapi Papa,” ucap Arion dengan nada serius.
“Papa?” tanya Bella dan Arion menganggukkan kepalanya dengan cepat.
“Bisa bahaya kalau Papa yang sudah bicara.”
Arion mengangguk pelan, bibirnya sudah mengerucut sedih. Bingung harus berbuat apa. Masa iya dirinya harus menikahi wanita yang tak dikenalinya itu.
“Kalian belum turun? Nanti keburu dingin lho makanannya,” ucap Maria yang baru saja masuk ke dalam kamar putrinya. Maria melihat anak lelakinya yang terlihat diam saja.
“Iya Mah,” jawab Bella yang sebenarnya tidak tahu. Mungkin tadi kakaknya ingin mengajaknya makan. Tapi malah ia memberikan banyak pertanyaan ke Kakak lelakinya ini.
Maria ingin bertanya. Tapi ia lebih mengurungkan niatnya lebih dulu. Maria tidak ingin merusak suasana hati putranya.
“Mama buat apa?” tanya Bella.
“Lasagna,” jawab Maria yang langsung membuat putrinya senang.
“Assiikkk sudah lama Mama tidak membuatnya. Pasti karena Kakak datang, jadi Mama membuatnya,” ucap Bella.
“Hmmm, kamu kan tahu kalau Kakak kamu sangat suka sekali dengan lasagna,” ujar Maria yang langsung diberikan anggukkan oleh Bella.
Arion melihat papanya yang sedang menunggu kehadiran mereka semua. Ia jadi merasa bersalah. Tapi semua itu sudah terjadi. Ia tidak mungkin memutar kembali apa yang sudah terjadi.
Arion duduk, ia tidak memandang siapa pun. Arion langsung mengambil lasagna-nya lalu memakannya dengan lahap. Ia mencoba melupakan ucapan papanya. Ia lebih memiliki nikmatnya masakkan buatan mamanya itu.
Sesekali Aksa melirik anak lelakinya. Atau kadang ia tersenyum melihat putrinya dan juga istrinya yang selalu perhatian dengan anak dan suaminya.
“Arion, kamu mau tambah lagi?” tanya Maria dan Arion menganggukkan kepalanya.
Arion memberikan piringnya ke mamanya. Ia meminum air mineral yang ada di atas meja hingga tak tersisa.
Hening …, tidak ada pembicaraan di antara mereka berempat. Suasana sepertinya sangat dingin, itu sih menurut Arion saja.
Usai makan, Arion memilik ke kamar miliknya. Ia akan beristirahat sejenak di sana. Mungkin ia juga akan bermalam di sini.
Bella mengikuti kakaknya ke mana saja pergi. Sampai ke kamar Arion pun ia mengikutinya. Dan saat Bella ingin masuk ke dalam kamar kakaknya, Arion malah menutup pintunya dengan cepat sehingga membuat dahi dan hidung Bella terbentur pintu.
“Aaahhh, sakit,” ucap Bella sambil mengusapnya, lalu ia langsung masuk ke dalam kamar kakaknya tanpa mengetuk pintu.
“Aaaaaaa,” teriak bella saat melihat kakaknya bertelanjang dada. Padahal ia sudah biasa, tapi memang adik perempuannya ini suka lebay.
“Apaan sih? berisik tahu!” ujar Arion dengan wajah kesal.
Bella malah tertawa. Ia masuk ke dalam kamar kakaknya lalu duduk di tepi ranjang. Bella mengambil guling yang ada di atas ranjang tidur. Ia melihat setiap gerakan yang dilakukan Arion.
“Emangnya Kakak sudah ada calonnya?”
“Belum.”
“Terus mau cari di mana?”
“Nggak tahu aku juga!”
“Mau aku kenalin sama temen aku?”
“Nggak ah, masih bocah,” tolak Arion yang tahu jika teman adiknya hanya suka berfoya-foya saja. Belum lagi kalau masih ABG suka manja-manja nggak jelas.
Sebenarnya Arion juga tidak masalah jika dengan ABG, asal …, gadis itu memiliki sifat yang dewasa, lembut dan penyayang. Arion sendiri memiliki sifat yang dingin, acuh serta suka tidak peduli, jadi ia harus memiliki wanita yang benar-benar bisa memahaminya.
Bella tertawa. “Nggak juga Kak, mereka pada dewasa kok.”
“Nggak mau, biar Kakak saja yang cari sendiri.”
“Hmmm, ya sudah jangan galau gitu. Mau aku temani jalan-jalan?”
“Nggak ah, Kakak lagi malas, mau tidur saja. Pergi sana,” usir Arion sambil mendorong pelan tubuh adiknya.
“Nggak ah, aku masih mau di sini,” ucap Bella yang dengan sengaja menidurkan tubuhnya di atas ranjang. Arion mendorong tubuh adiknya sampai terjatuh dari ranjang tidur.
“Aaaaaahhh Kakak, nyebelin banget sih!” ucap Bella kesal, ia menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan kamar kakaknya.
Arion menatap kepergian adik perempuannya. Ia langsung mengatur nafasnya lalu menatap langit-langit kamarnya.
Pria itu mencoba mengingat wajah Quin. Ia baru ingat jika tadi meminta sekretarisnya untuk mencari tahu tentang wanita itu. Arion langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi sekretarisnya. Ia ingin tahu bagaimana hasilnya!
Bersambung