TWIN FLAME
tersebut namun pengunjungnya pun juga memakai pakaian jaman dulu. Ia seperti berada dalam film di tahun 60-an. Para pengunjung pria mengenakan kemeja dan dasi berpola abstrak dan geo
n gaun mini dengan model lurus, ro
gerik para pengunjung yang seolah tidak menyadari kehadirannya di cafe tersebut. Ia beberapa kali mencari pelayan untuk memesan minuman, namun tetap saja t
inya dalam bentuk lain tersebut. "Hai, bro" sapa Asad, dan tetap tidak dipedulikan. Tak lama, duplikat dirinya itu berpamitan keluar cafe. Beberapa menit kemudian, ia mendapati sosok kekasihnya Kanya masuk ke Cafe tersebut. Namun, kali ini Kanya sepertinya tidak familiar dengan pengunjung cafe. Ia memabawa
pakaian vintage. Ia jadi berfikir apakah hari ini ada karnaval atau sebangsanya. "Ini di mana ya?" Asad mengingat terakhir kali ia berada. Ketika si pria tersebut memasuki sebuah lorong, ia pun me
andangannya menemukan sosok Kanya yang memakai gaun panjang warna pastel. Rambut panjangnya tergerai, namun sebagian kecil ada yang dijalin sehingga terkesan elegan. Asad tak mampu
h dirinya, dan yang lainnya adalah pria yang ia ikuti langkahnya hingga ke dalam lorong. Dan akhirnya mereka bertiga duduk bersama, bercerita panjang lebar, hingga tak terasa sudah sore. Sosok yang menyerupai Asad pulan
a lihat. Apakah itu nyata, atau tidak. Asad sudah cukup banyak pikiran, dan ia tidak mau menambah pikirannya dengan hal hal yang tidak jelas. Sayangnya, di j
anya ia berbaring di pangkuan kekasihku!" maki Asad, namun tak satu pun menggubris kata katanya. "Turun!" perintah Asad, namun pria tersebut masih tak bergeming, sementara i
i belakangnya, dirinya yang lagi menyeruak ke dalam keru
amun Kumba dengan lemah menggelen
nya." Ujarnya lagi. "Aku sudah tidak k
boleh mati! Kamu h
erjanjilah kamu akan menjaga Kanya. Sayangi
anggap kakakku. Bagaimana aku bisa me
gia. Jaga Kanya." Sedetik kemudian yang ada han
yang akan ia hadapi bersama Kanya tanpa adanya Kumba. Yang lainn
erumunan orang menahannya untuk bergerak maju. Sementara Asad versi lain dirinya
AAA
pur darah dan sedikit bengsin membaui indera penciumannya. Ia hanya mendenga