TWIN FLAME
dan masuk kerumah tanpa mengajak Asad. Asad menahan pintu ketika hendak di tutup oleh Kanya. "Aku mau bicara" ujarnya dan
fa empuk disebelahnya. Kanya tak bergeming. Rasa kesalnya masih membuncah dan me
ini" Asad menatap wajah
ura mentapa layar ponselnya
ghindari aku, Nya
mu kan kelewat sensitif
ikan yang terbaik buat kamu, Nya" As
ernah nanya aku maunya gimana." Kali ini Kanya balas menatap Asad tajam.
mu dulu oke oke aja mengikuti semua yang aku siapkan buat kamu" Asad berdiri, te
ng untuk aku, tapi sekarang aku paham kalau itu cuma ego kam
idik Asad sambil memperhat
nsel aku sesuka kamu kalau kamu beranggaan aku memiliki orang lain
sesuatu yang berbeda dan tidak seperti biasanya, namun melihat keberanian Ka
mengingat keadaan Kanya sebelumnya. "Kalau kepala kamu masih sakit, nanti kabari aku, Kita cari solusinya. Oke?' Asad mengusap lembut k
emas, sedih, bingung bergantian menyusupi hatinya silih berganti . "Ayolah
ekali tidak menghubunginya. "Rindu siapa?" batin Asad. Bukankah kerinduan akan terobati ketika bertemu orang yang di maks
tap jalan buntu yang ia temui. Kanya cukup tertutup, dalam artian dia memiliki banyak kolega tapi tidak terlalu dekat. Hubungan bisnis yang d
Kaniza bisa membantunya memecahka
cana untuk mencari tahu lebih banyak lagi tentang apa yang sedang ia dan Kanya hadapi. Kalau memang ternyata ini t
lihat. "Gini nih kalau cafe baru tapi nggak segera didaftarkan titik lokasinya" gerutu Asad sambil matanya
alah Cafe dengan nama lain. "Jiva Harsa". Asad mendengus kesal, namun entah mengapa ia justru merasa tertarik dengan cafe yang ada dihadapan