TWIN FLAME
don't they?' he whispered. 'It's our
tuk keluarga menengah ke bawah. Sebelumnya ia bekerja di sebuah perusahaan, menjadi karyawan terbaik dan akan dipromosikan untuk naik jabatan. Namun, entah mengapa ketika melihat iklan sebuah rumah yang dijual di kota yang saat i
andang jauh ke depan. Masih tersisa sinar matahari senja yang bersembunyi malu-malu karena hendak beristirahat setelah bertugas menyinari semesta sepanjang hari. Kumba merasa beruntung bisa memiliki rumah dan juga usah
ga ia harus bertengkar dengan ayahnya, seseorang yang selalu ia mintai pendapat alternatif sebelum ia memutuskan sesuatu. Ayahnya mara
Ia tahu gadis itu pun sama penasarannya dengan dirinya. Ia juga tahu gadis itu tinggal di Kota ini. Itulah mengapa ia lebih suka berjalan kaki menyusuri kota atau terkadang naik kendaraan umum dibandingkan ia menggu
angi parfumnya masih membekas. Sayangnya, semesta belum mengizinkan mereka bertemu. Meskipun begitu adanya, K
gan yang ada di dalam mimpinya? Ya, ia sempat membaca tentang twin flame, dimana yang tetap sama adalah jiwanya, bukan tubuhnya. Ia pun berasumsi mungkin itu yang membuatnya belum mene
h Bapak." Ia menunjuk rumah disisi kanan. Kumba mengangguk, lalu mengambil brosur itu. "Cafe Atlantiz" bacanya perlahan. "Ibuku bekerja disitu. Cafenya baru saja di buka, jadi banyak promo. Begitu kata ibuku" ia tersenyum manja khas anak anak. Kumba tertawa melihat tingkah gadi kecil itu, la
ekerja dengannya. Akhirnya ia memasukkan brosur tersebut ke kantong bajunya dan masuk kerumahnya. Ia lelah dan butuh istirahat. N
ja dengannya. Akhirnya ia memasukkan brosur tersebut ke kantong bajunya dan masuk kerumahnya. Ia lelah dan butuh istirahat. Namun tet