5.0
Komentar
421
Penayangan
12
Bab

Twin Flame menceritakan tentang hubungan cinta segitiga antara Kumba, Kanya dan Asad. Dalam setiap kehidupan , mereka selalu terlahir kembali namun tidak pernah bertemu semenjak kehidupan terakhir mereka, dimana Kumba meminta Asad, sahabatnya untuk melindungi dan menyayangi Kanya. Dikehidupan saat ini, mereka bertemu dengan formasi Asad bersama Kanya, dan Kumba hadir sebagai orang ketiga. Kanya mengetahui secinta apa pun dirinya dengan Asad, namun ia menemukan kenyamanan saat bersama Kumba. Kumba pun merasa kemanapun ia berlari, ia selalu akan kembali ke Kanya. Mereka Twin Flame. Kembaran Jiwa yang terpisah dan selalu tarik menarik satu sama lain. Kanya dan Kumba mempunyai satu harapan agar bisa bersatu di kemudian hari. Entah di kehidupan saat ini, atau di kehidupan selanjutnya.

Bab 1 MIMPI

Kanya terbangun dari tidurnya dengan perasaan aneh. Ia seperti bermimpi , namun mimpinya terasa nyata. Seolah ia bisa merasakan setiap sentuhan, aroma dan suasana yang terjadi dalam mimpinya. Bukan...bukan mimpi buruk, karena hatinya penuh dengan rasa sukacita yang membuncah. Ia memijat dahinya berusaha mengingat tentang apa mimpinya tersebut, namun semakin ia berusaha mengingatnya semakin ia merasakan desakan di dadanya. Suatu luapan kebahagiaan yang ia sendiri tak tahu mengapa dan karena apa. Akhirnya ia memutuskan ke dapur untuk membuat coklat panas agar pikirannya lebih tenang.

Ia menghirup aroma coklat dalam dalam, berharap agar ingatan akan mimpinya kembali, namun nihil. Ia mengenal setiap detail dalam mimpinya. Sangat menyatu dengan jiwanya hingga ia sulit mengungkapkan apa yang sebenranya ia rasakan. "Itu mimpi apa kenyataan ya? Apa aku tidur sambil berjalan?"gumamnya sambil menatap cangkir coklat hangatnya. "Rasanya ada seseorang yang ku kenal dimimpiku, Tapi, siapa ya?" Ia kembali bertanya pada dirinya sendiri.

Kanya memejamkan matanya, mencoba membayangkan sentuhan yang ia rasakan dalam mimpinya. Sentuhan hangat. Terlalu hangat hingga ia merasakan kenyamanan. "Apakah itu sebuah pelukan? Seseorang memelukku?" batinnya. Ia tersenyum membayangkan seseorang memeluknya dengan erat, namun ia lalu menepis khayalannya. " Astaga! Kanya sadar!!! Kamu sudah punya tunangan." Ia meneriaki dirinya ketika bayangan Asad, tunangnanya berkelebat dalam otaknya. "Huff" Kanya menghembuskan nafas kesal karena rasa penasaran yang belum tertuntaskan. "Apa jangan jangan aku memimpikan Asad?" terkanya. "Masa sih Asad?' ketidakyakinan menhampirinya karena aroma yang ia cium bukanlah aroma parfum Asad.

Sudah hampir sebulan Kanya bermimpi yang sama. Ia juga selalu terbangun dengan perasaan yang sama. Bahagia sekaligus penasaran. Tak jarang ketika ia membuka matanya ia mendapati senyuman di bibirnya. Senyuman yang membuat hari harinya terasa berbeda. Ada semangat baru yang menyelimuti dirinya. Semangat yang membuatnya terarah dalam melakukan pekerjaannya sebagai seorang announcer di radio . Ia menjadi tepat waktu, fokus bekerja dan tidak bawel seperti biasanya.

"Ouch" Kanya merasakan kepalaya berdenyut. Ia bergegas menghabiskan coklat panasnya, kemudian kembali ke kamarnya. Saat sakit kepalanya kembali datang, ia buru buru berbaring dan berusaha menutup mata. "Sakit kepala yang aneh" gumamnya. "Sakit kepala kok datangnya setiap terbangun dari tidur." Lanjutnya sambil memegangi kepalanya. Akhirnya tak lama kemudian sakit kepalanya hilang dan rasa kantuk yang luar biasa kembali datang. Setelah menguap, Kanya pun tertidur lagi.

***

"Kanya..." Kanya menoleh dan ada seraut wajah pria yang ia rasa mengenalnya namun ia lupa siapa gerangan yang memanggilnya dengan lembut itu. Jari-jari pria itu menggenggam erat tangannya seolah tak rela jika ia harus terbangun dari mimipinya. "Aku merindukanmu..." bisiknya dan membuat Kanya tersipu. Dalam hatinya ia pun merasakan kerinduan yang sangat luar biasa, namun ia masih bingung. Bingung karena ia merasa begitu dekat dan nyaman dengan si pemilik suara lembut itu, namun ia lupa dimana mereka pernah bertemu dan berkenalan.

Keduanya terdiam. Hanya irama syahdu yang mengalir ke pembuluh darah mereka. Mereka saling menikmati genggaman yang semakin erat dan sentuhan kulit mereka saat duduk berdampingan. Kanya ingin bertanya, namun ia mendadak bisu. Bibirnya terkunci rapat. Ia hanya mampu memandangi wajah tampan yang sedang tersenyum ke arahnya. "Kamu siapa?" tanyanya dalam hati.

Bagai mengetahui isi hati Kanya, pria itu tertawa kecil memamerkan lesung pipinya dan membuat Kanya semakin merasakan kerinduan. " Aku kembaran jiwamu" ujarnya masih dengan senyum yang tersungging hangat. "Kembaran jiwa?" Kanya mencoba menelaah maksud dari perkataan pria tersebut, namun tiba tiba saja pria itu menhadiahinya sebuah pelukan. "Aku akan selalu menjagamu" tuturnya sambil mengelus punggung Kanya. " Sekian ratus purnama aku lalui tanpamu, akhirnya kali ini aku menemukanmu" ujarnya lagi, sementara Kanya masih bergelut dengan perasaannya yang tidak menentu antara bingung dan bahagia. "Sebentar lagi takdir akan mempertemukan kita" kali ini ia tak hanya memeluk tapi juga mengecup kening Kanya dan entah kenapa kerinduan yang merajai hati Kanya semakin menjadi hingga bulir bulir bening berjatuhan seirama dengan detak jantungnya yang terdengar semakin cepat. "Rindu...aku juga rindu..." ia semakin membenamkan tubuhnya ke dalam pelukan pria misterius itu. Aroma wangi tubuh pria itu menguar membaui indra penciuman Kanya. Terasa nyata. Ia semakin terbawa kesedihan akan kerinduan yang tak terkira. Rasanya telah bearabad abad ia menantikan pelukan ini. Kanya terisak isak. Air matanya semakin deras dan sebelum ia sempat meluapkan rasa ingin tahunya, kembali ia terbangun dari mimpinya.

BRUGG!

Kanya terjatuh dari tempat tidur. Dadanya sesak menahan kerinduan. Ia merasakan pipinya basah. Masih dengan nafas yang memburu, ia berusaha bangkit. Perlahan ia mulai mengatur nafasnya untuk menenangkan diri. Setelah mereda, ia berusaha mengingat kembali mimpinya. Wajah pria dalam mimpinya semakin jelas. Ia dapat mengingat tawa dan senyuman serta tatapan hangatnya, namun ia belum pernah bertemu secara langsung di kehidupan nyata. Anehnya, ia merasa begitu dekat denga pria itu. Ia merasa mereka telah melalui hari hari bersama dalam suka dan duka.

"Kembaran jiwa" Kanya mengulang perkataan pria tersebut. "Apa ya artinya? " ia berusaha menebak, namun ia tak pasti akan jawabannya. "Apakah dia jodohku?" Batinnya. Namun, seketika ia teringat bahwa dirinya telah bertunangan. "Aduh, jangan sampai bikin malu keluarga , Kanya!" umpatnya kepada dirinya sendiri. "Asad adalah pria baik yang ditakdirkan untuk bersamaku" tegasnya dalam hati. "Dia yang terbaik yang Tuhan berikan untukku" ia mengafirmasi positif ke dirinya.

Jam di dinding menunjukkan pukul 4 pagi, bertepatan dengan bel yang berbunyi sebanyak empat kali. Kanya memutuskan untuk surfing internet dan tidak akan meneruskan tidur, mengingat jam tujuh pagi ia sudah harus berada di radio, yang berarti ia harus sudah siap berangkat dari rumahnya pukul 6 pagi atau ia akan terlambat untuk siaran pagi. "Kembaran jiwa", Kanya mengetik kata tersebut di mesin pencarian google. Ada beberapa lagu dengan judul separuh jiwa, ada juga puisi puisi tentang belahan jiwa dan terakhir muncullah laman zodiak dengan simbol api berwarna oranye dan biru.

Mengikuti rasa ingin tahunya, Kanya membuka laman tersebut. Ia tersenyum ketika melihat isinya adalah ramalan mengenai sifat setiap zodiak. Ia terkekeh kekeh membaca zodiaknya, Virgo. Sesekali ia berusaha mencocokkan sifatnya dengan artikel yang ia baca. Kemudian ia membuka artikel lain di laman tersebut. Satu quote membuatnya tertegun.

Every soul has a twin, a reflection of themselves – the kindred spirit. No matter where they are or how far away they are, even in different dimensions, they will always find another. This is destiny; this is love. – Julie Dillon

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gemintang Bestari

Selebihnya

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku