Gairah Liar Sang CEO
Bukan Rafael namanya jika aktivitas ranjang itu hanya berlangsung satu kali saja. Setelah sepuluh menit memberi jeda, pria berhasrat liar itu kembali menggoda titik sensitif Vanessa dengan segenap keahliannya.
Mulai dari bibir yang membengkak, telinga yang sudah basah, leher yang penuh dengan tanda kepemilikan, dan berakhir di kedua payudara yang menantang.
Maka tidak heran jika dalam waktu tak lebih dari sepuluh menit, cumbuan Rafael memberikan hal yang tak main-main. Desahan Vanessa muncul dengan alami tanpa bisa dicegah.
Katakan wanita mana yang tak akan mendesah bila dicumbui sedemikian rupa dengan menggunakan bibir dan tangan secara bersamaan? Apalagi pihak yang melakukannya adalah Rafael. Pria yang memiliki jam terbang tinggi dan sudah terkenal keahliannya di atas ranjang.
“Sial! Kau sudah siap untuk kumasuki lagi!” Rafael menggeram karena denyutan di kejantanannya semakin bertambah. Ia tak sabar kembali menikmati jepitan otot kewanitaan Vanessa.
Tak ada hal yang bisa Vanessa lakukan tanpa adanya tenaga. Badannya terasa remuk di hajar dengan hunjaman asing di area femininnya. Ia sempat merasakan perih, tetapi tak sesakit saat pertama kali benda panjang itu menerobos dirinya.
Dan pada ketika Rafael menghunjamkan kembali miliknya, Vanessa hanya bisa diam menikmati. Sesekali ia mendesah karena rasa geli yang menggelitik di bagian puting payudara ataupun bagian tubuh bawahnya.
Pinggul Rafael bergerak naik turun dengan sensual. Ritme yang ia ciptakan dari gerakan itu menimbulkan rasa yang membuatnya candu dan tersedot dalam pusaran hasrat.
Seraya meremas kedua payudara Vanessa, Rafael tak memberikan wanita itu jeda sedikit pun. Ia terus bergerak liar layaknya kecanduan dengan rasa yang ditawarkan.
Hangat, liat, dan basah. Perpaduan rasa itu membuat seorang penikmat ranjang seperti dirinya tidak akan puas jika bertahan dengan satu posisi.
Rasa penasaran Rafael semakin bertambah kala orgasme yang dialami Vanessa sesaat setelah ia mempercepat gerakan pinggulnya, memberikan efek yang luar biasa. Ia sampai harus memejamkan mata kala ledakan itu berimbas pada kejantanannya.
“Ahh ...” Desahan Vanessa mengalun panjang. Membuat senyum di bibir Rafael tersungging. Lihat! Ia telah berhasil membuat gadis pembangkang itu mendesah keenakan.
Semakin lama otot-otot kewanitaan Vanessa membelit erat. Memberikan cengkeraman yang membuat Rafael mengerang.
“Kau nikmat sekali. Milikmu sangat sempit dan membuatku tak ingin berhenti,” desah Rafael yang belum mendapatkan pelepasannya. Ia terus bergerak sesuai keinginannya. Sesekali ia meremas dengan gemas kedua payudara itu.
Layaknya Vanessa yang masih bisa berbicara saja. Gadis yang sudah lebih dari dua kali mendapatkan pelepasan itu tak bisa berkutik lagi. Hatinya menolak, tapi tubuhnya berkata lain. Dan tanpa sadar malah melenguh kencang.
Pria yang menindihnya ini benar-benar membuktikan ucapannya. Milik pria itu memberikan kenikmatan yang tidak bisa ia bantah.
Seraya menarik seprai yang sudah kusut masai, lagi pelepasan itu menghantam Vanessa. Ia sudah tak berdaya, tapi tidak dengan Rafael.
“Sial! Aku bisa bercinta sepanjang malam jika kau senikmat ini!”
Tiba-tiba saja Rafael menghentikan hunjamannya. Ia menarik diri dan menarik tubuh Vanessa berbalik. Menuntun gadis itu mengambil posisi menungging.
Butuh kesabaran banyak karena gadis itu tak memiliki pengalaman. Namun, Rafael yang biasanya kasar dan tak sabaran menjadi pribadi yang lain.
“Ya. Betul begini. Bertahanlah! Aku akan membawamu menggapai surga dunia.”
Mengurut miliknya sesaat, Rafael kembali memasukinya. Menghunjamkan dengan cepat dan liar. Memburu kenikmatan yang setiap waktu membayang di pelupuk mata.
Seraya memejamkan mata, Rafael mendesis kala miliknya berkedut. Menumpahkan semua cairan cinta ke dalam rahim Vanessa.
Deru napasnya memburu setelah pelepasan hebat yang harus diakui Rafael sangat luar biasa. Ia menjatuhkan diri mendekap gadis yang kemudian merosot ke bawah.
‘Bagaimana bisa senikmat ini? Harusnya aku bisa bertahan lebih lama.’
Bisikan nakal yang terngiang di telinga membuat Rafael sempat goyah. Namun, melihat kedua mata Vanessa yang telah menutup sempurna, ia merasa puas dan menghalau hasratnya.
“Tidurlah, Sayang. Masih banyak waktu untuk kita bersenang-senang.”
Bukan kebiasaan Rafael ketika selesai bercinta ia akan memeluk wanita yang sudah memberikan servis padanya. Biasanya ia akan langsung mengusir wanita-wanita itu setelah dirinya puas.
Akan tetapi, bersama Vanessa semunya berubah. Rafael bahkan memanggil gadis itu dengan sebutan ‘Sayang’.
*
Sinar matahari telah menampakkan diri dengan angkuh. Menerobos di antara celah gorden tipis yang menutupi dinding kaca kamar hotel di mana sepasang pria dan wanita saling memeluk di dalam selimut.
Wanita dengan penampilan berantakan dan mengenaskan itu meringkuk di dalam dekapan hangat Rafael Aditya Syahreza.
Adalah Rafael yang menjadi pihak pertama membuka matanya. Ia mengerjap sesat sebelum melirik ke bawah, pada wanita yang bertumpu di lengan dan melekat erat dengan tubuhnya.
Salah satu sudut bibir Rafael tertarik ke atas mengingat permainannya semalam. Perawan satu ini benar-benar lain daripada yang lain.
Ego Rafael seketika memuncak. Ia menginginkan wanita ini untuk memuaskan dirinya.
“Akan kupastikan kau akan berada di atas ranjang bersamaku setiap malam.”
Ucapan lirih Rafael membuat Vanessa menggeliat pelan. Gadis yang sudah menjadi seorang wanita itu meneguk ludahnya kasar kala mendapati dirinya berada di dalam dekapan pria.
“Kau sudah bangun?”
Tak ada suara yang keluar dari bibir Vanessa. Wanita itu enggan menjawab dan memilih memejamkan mata kembali. Mengusir bayangan di mana ia mendesah kala pria itu merenggut keperawanannya.
“Jangan menguji kesabaranku jika kau ingin hidup tenang!” Rafael menekankan setiap perkataannya. Belum mendapatkan jawaban, ia mulai emosi.
Sebelumnya tidak ada wanita yang seberani ini. Tidak mau menjawab pertanyaannya. Apalagi membangkang.
Para wanita itu bahkan dengan sukarela akan melepas pakaiannya sendiri dan memohon di bawah kakinya, hanya untuk mendapatkan kesempatan merasakan kejantanannya.
Tapi apa yang dilakukan wanita tak tahu diri ini?
Tangan besar Rafael kemudian menarik rambut Vanessa. Membuat wanita itu menatap ke arahnya.
“Buka matamu!” titah Rafael. Namun, perintah itu diabaikan kembali oleh Vanessa.
Rafael kembali geram. Tanpa aba-aba ia menyerang bibir Vanessa dengan brutal. Melumat kedua belah bibir itu sesuka hati.
Tangannya turun menarik tekuk wanita itu untuk memperdalam lumatannya. Menekan bibirnya dalam serangan liar yang mampu meluluhlantakkan akal sehat Vanessa.
Rafael menggeram tatkala Vanessa tak kunjung membuka bibirnya. Ia memberikan gigitan sensual hingga wanita itu memekik.
Kesempatan yang tak disia-siakan Rafael untuk menyusupkan lidahnya. Mengobrak-abrik setiap indra perasa Vanessa. Ia membuai lidah di dalam sana.
Satu kali, dua kali, dan ketiga kalinya baru ia berhasil. Ia menautkan lidahnya dengan milik Vanessa yang perlahan mulai menerimanya.
Memang wanita mana yang tak luluh ketika ada buaian lembut di mulut dan payudara secara bersamaan? Jawabannya adalah tidak ada. Meskipun dalam keadaan tak suka, wanita akan mudah terbuai dengan sentuhan memabukkan yang diberikan seorang pria.
Perasaan senang menyusup di hati Rafael. Jelas saja, egonya akan merasa terluka jika tak mampu menaklukkan wanita di dalam dekapannya.
Gerakan bibir Rafael yang awalnya liar berubah jadi lembut. Menikmati setiap rasa yang bisa ia teguk dari bibir tipis Vanessa. Pun dengan Vanessa yang tanpa sadar membalas dengan gerakan kaku.
Cukup lama mereka saling berciuman. Saling memanggut, saling mencecap, dan saling bertukar saliva dengan irama yang menghanyutkan. Dengan tangan Rafael yang tak henti-hentinya memberikan godaan di puting payudaranya.
Adalah Rafael yang kemudian mengurai ciuman panas itu. Dan tidak akan salah bagi telinganya mendapati desahan kecewa dari bibir Vanessa.
Pria bermata cokelat itu menyeringai. Mengusap pipi Vanessa dengan lembut sebelum membisikkan kata-kata yang membuat wanita itu menahan malu.
“Jadi ini cara yang ampuh membuatmu menjadi penurut?”
.
.
.
Bersambung ....