Sesuai apa yang dikatakan lewat telepon pagi tadi, Rafael telah tiba di kediamannya bersama sang asisten. Mobil sport miliknya terpaksa ditinggal di kantor dan ia bersama dengan Fras yang mengambil tempat dibalik kemudi memakai mobil lainnya.

Derap langkah tegas Rafael membuat para pengawal yang berjaga di pintu gerbang dan pintu utama kelabakan. Pasalnya, tak ada pemberitahuan jika sang tuan besar akan pulang lebih cepat.

“Maafkan kami, Tuan. Kami tidak tahu jika Tuan Besar akan tiba di rumah secepat ini,” ucap salah satu pengawal yang bertugas hari ini. Namun, Rafael hanya mengibaskan tangan untuk membuat pengawal itu tak lagi bersuara.

Dan hal itu juga berefek pada para pelayan yang berlalu lalang di dalam rumah untuk bekerja. Mereka pun melakukan hal yang sama, tapi diabaikan oleh sang tuan besar.

“Kenapa hari ini tak ada pemberitahuan jika Tuan Besar pulang lebih cepat?” bisik Rita yang merasakan gemetar di seluruh tubuhnya.

“Mungkin Kepala Lina terlalu sibuk dengan wanita baru itu sehingga lupa memberitahu kita,” balas Mila—pelayan bagian dapur yang selalu mencari-cari perhatian Rafael.

“Ssst ... jangan membicarakan dia, Mila. Dia adalah tamu spesial.”

“Ck, apanya yang spesial? Dengan muka yang lebam itu kau pikir dia menarik?”

“Berhati-hatilah saat kau bicara, Mila,” peringat Rita tegas.

“Kita lihat saja ... apakah dia akan berakhir seperti wanita-wanita Tuan sebelumnya.”