Terlalu mudah bagi Rafael membayangkan bagaimana terkejutnya Vanessa dengan kehadirannya. Dan hal itu cukup menarik dirinya untuk kembali mengangkat kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman yang jarang atau bahkan tidak pernah ia tampakkan di depan orang lain.

Selesai berpakaian, Rafael tak langsung keluar dari ruang ganti. Ia menunggu beberapa menit hingga suara pelayan di balik pintu terdengar memanggil namanya.

“Makan malam sudah siap, Tuan. Begitu juga dengan Nona Vanessa yang sudah berada di ruang makan.”

Rafael menyeringai, sebelum keluar dari ruangan itu.

“Pergilah! Kau tidak perlu mengikutiku,” perintah Rafael begitu melihat pelayan itu bersiap berjalan di belakangnya.

“Baik, Tuan.”

Dengan langkah percaya diri dan tegas, Rafael mengayunkan kakinya tanpa tergesa-gesa, namun dengan kepastian hingga tiba di depan pintu berwarna keemasan itu.

Tak ada penjaga ataupun pelayan yang berada di luar, karena memang ini sesuai perintahnya. Tapi, ketika ia mendorong pintu, ada Lina yang masih berdiri di dekat pintu.

“Selamat malam, Tuan.”

“Hm.”

“Saya akan—“

“Kau boleh keluar.”

“Baik, Tuan.”

Dengan langkah lebar, Rafael mendekati wanita yang kini sudah berdiri menatapnya kaget.