Waktu beranjak lewat dari tengah malam. Vanessa yang merasakan desakan alamiah, berusaha mengerjapkan matanya yang terasa berat.

Dan pada ketika ia membuka mata sempurna, pemandangan yang terpampang cukup membuatnya terkejut. Bagaimana tidak terkejut jika melihat pahatan sempurna yang menyerupai dada seorang pria?

Seorang pria?

Deg

Jantung Vanessa berdegup kencang. Apalagi ketika ia menyadari sesuatu yang membelit tubuhnya erat. Yang tak lain dan tak bukan adalah tangan seorang pria.

‘Pria? Siapa yang berani ...’

Kali ini bukan terkejut, syok, ataupun kaget. Tapi lebih rumit dari ketiga hal itu. Dan aroma maskulin yang menguar sudah cukup membuktikan siapa pria yang sedang memeluknya saat ini.

Rafael.

Satu nama itu melintas dengan cepat di benak Vanessa. Mengingat di mana ia sekarang berada.

‘Kenapa dia ada di sini? Jangan bilang ...’

‘Tidak. Tidak. Dia tidak mungkin. Berbuat macam-macam ketika aku tidur, bukan?’

Ada rasa ngeri yang tiba-tiba menyelimuti hati Vanessa. Tanpa sadar ia menggeliat dan membuat pria yang semula terlelap menjadi terjaga.

“Tidurlah. Kau perlu istirahat yang banyak.”

Suara dingin dan datar itu membuat tubuh Vanessa menegang. Betul sekali dugaannya tentang siapa pria yang berani memeluknya seperti ini.

“Aku tidak berbuat apa-apa kalau kau ingin tahu.”

Dan untuk satu pernyataan itu sangat ampuh menarik Vanessa untuk menengadah. Tatapannya bertemu dengan manik hitam pekat yang kebetulan menunduk.