Rafael mengerjapkan mata untuk mengembalikan kesadarannya dari tidur yang membelenggu.

Mimpi itu datang lagi.

Napas beratnya berembus. Ini sangat buruk.

Tak ingin berlama-lama membuang waktu, Rafael segera bangkit, dan menuju kamar mandi.

Lelaki itu berdiri di bawah pancuran air hangat yang membasahi tubuhnya. Mengoleskan banyak sabun untuk membersihkan sisa-sisa keringat dari percintaan semalam.

Menikmati bagaimana tetesan air itu membasuh seluruh busa di tubuhnya, ia menengadah. Menyiram rambut hitam legam dari busa sampo dengan wangi maskulin.

Selesai membersihkan diri, ia menarik satu handuk dan melingkarkan di pinggang. Menggerakkan kepalanya guna mengurangi kadar air yang tersisa di rambutnya. Kemudian menyugar dengan jemarinya secara acak.

Seperti biasa, di depan pintu kamar mandi telah berdiri seorang pelayan yang akan membantunya bersiap. Namun, mood Rafael pagi ini sangat buruk hingga membentak dan mengusir pelayan itu dari hadapannya.

Setelan jas hitam dengan celana bahan berwarna senada, dipadukan kemeja putih, dan dasi bergaris miring, menjadi pilihannya hari ini. Untuk menyempurnakan penampilannya, ia membuka pintu kaca di mana koleksi jam mahal tertata rapi.