Cinta yang Tak Tertahankan
Sudut pandang Fransiska:
Sopir Tuan Junaidi membawaku ke bar kelas atas yang berada tidak jauh dari kafe. Dia mengantarku masuk dan mendampingiku menyusuri koridor panjang yang berisikan beberapa ruangan pribadi.
Tidak lama kemudian, dia menghentikan langkahnya tepat di depan salah satu ruangan dan mengetuk pintu.
"Masuk." Suara pria yang dalam dan menarik terdengar dari dalam.
Sang sopir membukakan pintu dan memberi isyarat padaku untuk masuk.
Aku mengangguk padanya dan berjalan memasuki ruangan itu.
Pencahayaan dalam ruangan itu begitu temaram, tapi itu malah memancarkan suasana yang nyaman. Ruangannya juga cukup luas. Ruangan itu berisikan kursi besar yang berlapis kain dan sebuah meja kecil.
Tuan Junaidi sedang duduk di sofa dan memutar-mutar isi gelasnya. Cairan berwarna coklat keemasan, yang kuduga adalah wiski terlihat berkilauan di bawah cahaya.
"Silakan duduk."
Aku melihat kilatan keheranan di matanya saat dia menatapku. Dia memberi isyarat padaku untuk duduk di sofa yang berada di seberangnya.
"Terima kasih."
Aku duduk di sofa yang dia tunjuk.
Kemudian, dia berkata secara terus terang, "Satu Miliar untuk setahun, ditambah hadiah ulang tahun dan liburan."
Dia berbicara seolah-olah sedang mengajukan proposal bisnis. Aku tidak bisa menahan diriku untuk tertawa.
"Sebelumnya, kamu harus menjelaskan apa yang terjadi, Tuan Junaidi. Aku tidak yakin aku paham apa yang kamu maksud," ucapku terus terang.
"Aku menonton pertunjukanmu. Kamu terlihat sangat murni."