Sudut Pandang Fransiska:

"Apa? !" Aku menatap William dengan terkejut.

"Aku tidak suka dengan pekerjaanmu," jawabnya singkat tanpa memberiku penjelasan lain. Dia memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan menatapku seolah dia adalah seorang raja yang melihat rakyatnya.

"Tidak!" Aku langsung menolaknya dengan tegas.

"Berani-beraninya kamu menentangku?" William menyipitkan matanya dan memelototiku. Kemudian dia mendekatiku perlahan, dan ini membuat punggungku merinding.

Aku merasa takut dengan aura yang keluar dari dirinya hingga aku mundur beberapa langkah. Namun malangnya aku, tepat di belakangku ada sebuah pohon. Jadi ketika punggungku menabrak batang pohon tersebut, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat William yang mendekatiku.

Aku kaget karena William mengangkat tangannya dan bersandar di batang pohon, memojokkan diriku. Suasana di antara kami tiba-tiba menjadi aneh.

Apakah ini rasanya ketika seorang pria meninju dinding di belakangmu?

"William, kita akan segera bercerai. Kamu tidak berhak untuk memaksakan dirimu padaku." Aku hanya dapat mengepalkan tanganku, sementara api kemarahan timbul di dalam hatiku.

Saat itu, aku benar-benar mencintai William, namun pikiran pria itu disibukkan oleh wanita lain. Sekarang, begitu aku setuju untuk melakukan apa yang mereka inginkan, dia malah mulai merayuku. Ironis sekali bukan.

Untuk apa ini?