icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Malam Gairah: Cinta Adalah Game Pemberani

Bab 4 Magang

Jumlah Kata:931    |    Dirilis Pada: 28/06/2023

Camila menundukkan kepalanya saat dia buru-buru mengambil peralatan medisnya di atas meja. Dia lalu berdeham dan memberinya beberapa petunjuk. Bagaimanapun juga, dia masih merupakan seorang dokter.

"Lukamu tidak boleh terkena air untuk saat ini. Bersihkan lukamu sekali sehari, dan kenakan baju yang longgar agar tidak memperparah lukamu."

Dia mengeluarkan sebotol pil dan juga salep, kemudian meletakkannya di atas nakas tepat di samping ranjang. "Aku akan meninggalkan beberapa obat-obatan ini."

Isaac bergumam pelan untuk menunjukkan bahwa dia memahami perkataannya, tetapi dia tetap tidak membalikkan badannya.

Camila juga tidak mengatakan apa-apa lagi setelahnya dan segera keluar dari vila tersebut.

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul sebelas siang pada saat dia tiba di rumah sakit. Dia langsung menuju ke arah kantin untuk makan siang. Camila baru saja duduk di mejanya ketika dia dipanggil ke kantor direktur rumah sakit.

"Aku akan mengirim Debora ke RS Military Central untuk magang di sana," kata direktur itu dengan nada yang tegas, tidak menerima bantahan apa pun.

Tentu saja, Camila tercengang mendengarnya. "Tapi bukankah Anda sudah memutuskan untuk mengirim saya ke sana?"

"Camila, aku yakin kamu tahu bahwa semua peralatan berteknologi tinggi di rumah sakit kita ini disponsori oleh PT. Paramount. Pak Johnston telah memintaku untuk menjaga Debora secara pribadi. Tentu saja aku tidak bisa melawan perintahnya."

Camila merasa tersinggung saat dia mendengar nama Isaac disebut. Mereka berdua mungkin memang telah menikah secara resmi, tetapi mereka tidak pernah benar-benar bertemu secara langsung. Dia hanya pernah melihat suaminya itu sesekali di majalah dan berita yang disiarkan melalui TV.

Isaac dan Debora?

Jantung Camila berdetak dengan kencang, tapi dia tetap berusaha untuk bersikap tenang. "Jadi begitu?"

"Ya, aku khawatir aku tidak punya banyak pilihan dalam memutuskan masalah ini. Dengar, Camila, kita berdua tentu tahu sejauh mana keahlianmu yang sebenarnya, tetapi ...."

Sang direktur sebenarnya ingin menghibur Camila, tetapi tidak yakin bagaimana caranya. Camila memang sangat menonjol dibanding rekan-rekannya, bakat dan etika profesionalnya sungguh luar biasa. Dia bahkan paling menghargainya dibanding yang lainnya.

"Saya mengerti," gumam Camila pelan.

Camila berkata pada dirinya sendiri bahwa dia tidak berada dalam posisi untuk berhak merasa kecewa atas keterlibatan Isaac dalam hal ini. Isaac telah dipaksa untuk menikah dengannya. Tentu saja, dia tidak bisa mengharapkan Isaac untuk peduli padanya.

"Saya masih harus melakukan operasi, jadi saya akan pergi sekarang," ucap Camila dengan nada pasrah.

Camila tahu dengan jelas bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membalikkan keadaan.

Direktur itu hanya bisa menghela napasnya dengan berat dan melihatnya pergi.

Camila kembali bekerja dengan semangat dalam upaya untuk mengalihkan pikirannya dari perihal magang itu. Dia menyelesaikan operasi keduanya tanpa hambatan sedikit pun, lalu membuang seragam bedahnya dan mencuci tangannya hingga bersih sebelum duduk dengan lelah di kursi.

Saat itulah Debora terlihat berjalan masuk ke dalam ruang tunggu.

"Halo, Camila," sapanya dengan senyum yang cerah. "Apa kamu memiliki waktu luang malam ini? Aku akan mentraktirmu makan malam."

"Maaf, tapi ada urusan yang harus kuselesaikan nanti," ucap Camila menolaknya dengan sopan. Dia tidak terlalu berhubungan baik dengan Debora sejak lama. Hubungan mereka hanyalah sebatas rekan kerja, bukan teman baik.

Keduanya lulus pada waktu yang sama dari universitas yang sama juga.

Karakter Debora bahkan masih sama sedari dulu. Dia sangat kompetitif, suka pamer, dan juga suka menarik perhatian semua orang.

Camila, di sisi lain, lebih suka berbaur dengan sekelilingnya dan tenggelam di dalam buku-bukunya. Orang-orang bisa mengatakan bahwa kedua wanita itu sangat bertolak belakang.

Secara alami, mereka tentu saja tidak rukun.

"Oh, sayang sekali," kata Debora, entah kenapa terlihat menyayangkan setelah mendengar jawaban Camila. "Sebenarnya ada sesuatu yang ingin kubicarakan berdua saja denganmu."

Camila lalu berdiri dan pergi ke lokernya untuk menggantung snellinya. "Katakanlah," katanya, bahkan tanpa memandang ke arah Debora.

Fakta bahwa rekannya memiliki hubungan dengan Isaac membuat Camila menjadi semakin ingin menjauhkan dirinya dari Debora.

"Kamu pasti sudah mendengarnya, kan? Aku benar-benar ingin meminta maaf padamu, aku tidak tahu kalau direktur akan ...."

"Tidak apa-apa," potong Camila dengan cepat.

Tapi Debora belum selesai menyampaikan apa yang ingin dia katakan. "Dan juga, bisakah kamu merahasiakan bahwa kamu mengambil alih jam kerjaku tadi malam? Kamu juga tahu, karena aku akan pergi ke RS Military Central, aku tidak ingin hal itu sampai menimbulkan masalah nantinya."

Camila memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya meskipun alasannya terdengar sedikit aneh.

"Tenang saja, aku tidak akan memberi tahu siapa pun."

Lagi pula, wajar saja untuk membantu rekan kerja menggantikan jam kerjanya. Mereka memang terikat untuk menghadapi keadaan darurat pribadi sesekali.

Di luar, di halaman rumah sakit.

Langit sudah mulai gelap dan lampu jalan menyala satu per satu.

Forrest sedang duduk di kursi belakang sebuah mobil mahal berwarna hitam yang sedang terparkir di dekat gerbang. "Yah," katanya, suaranya penuh dengan kebanggaan, "apa pendapatmu tentang juniorku yang satu itu? Dia memiliki keterampilan yang sangat bagus, bukan?"

Di sampingnya, Isaac sedang bersandar di kursinya dengan santai. Dia memikirkan kembali dokter yang telah merawatnya sebelumnya dan mengingat betapa tenang dan terampil tindakannya. Dia sejujurnya sangat kagum dengan keterampilannya.

"Nona Griffith," ucap Willie tiba-tiba.

Isaac menurunkan jendelanya tepat pada saat Debora berjalan menghampiri ke mobil.

Alis Forrest terangkat naik. "Debora?"

Willie memutar badannya dari kursi pengemudi. "Apa kamu mengenalnya?"

Forrest mengangguk dengan rasa penasaran yang terpancar dengan jelas dari tatapannya. "Dia juniorku di universitas dulu."

Isaac menjadi penasaran ketika mendengar hal ini.

Jadi, selain menyelamatkannya tadi malam, wanita itu juga yang telah merawat lukanya?

"Apa ini adalah takdir?" ucap Willie.

Apakah Tuhan akhirnya memutuskan untuk memberi bosnya kesempatan untuk merasakan cinta yang sebenarnya?

"Apa yang sedang kamu bicarakan?" Forrest bertanya sambil mengerutkan kening saat dia melihat bolak-balik di antara dua pria itu.

Tetapi dia tetap tidak mendapatkan jawabannya, karena Debora berada di luar mobil dan langsung menyela pembicaraan mereka.

"Permisi, Pak Johnston."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Membalas Penghinaan2 Bab 2 Merasa Bersalah3 Bab 3 Pasien Penting4 Bab 4 Magang5 Bab 5 Impian Seumur Hidup6 Bab 6 Pil Kontrasepsi Darurat7 Bab 7 Wanita yang Kotor8 Bab 8 Menginginkan Wanita yang Tidak Bermoral9 Bab 9 Carilah Wanita Itu Sendiri10 Bab 10 Sebuah Kebetulan11 Bab 11 Sesuatu yang Berharga12 Bab 12 Tujuan Utama13 Bab 13 Dilarang14 Bab 14 Apa Kamu Menyukainya 15 Bab 15 Apa Kamu Mencoba Merayuku 16 Bab 16 Ciuman Tidak Langsung17 Bab 17 Siapa Gadis Malam Itu 18 Bab 18 Trik yang Sama 19 Bab 19 Wanita Itu Bukan Debora20 Bab 20 Tidak Pantas Mendapatkan Perhatiannya21 Bab 21 Raja Selingkuh22 Bab 22 Tidak Ada yang Boleh Mendambakannya23 Bab 23 Permintaan yang Tidak Biasa24 Bab 24 Aku Ingin Bercerai!25 Bab 25 Apa Kamu Jatuh Cinta Padaku 26 Bab 26 Konsultasi Daring Pertamanya27 Bab 27 Hamil Anak Kembar28 Bab 28 Apa Kamu Cemburu 29 Bab 29 Sebaiknya Kamu Melakukan Aborsi30 Bab 30 Sesuatu yang Menyenangkan31 Bab 31 Isaac Berpura-pura32 Bab 32 Berhentilah Berpura-pura33 Bab 33 Sesuatu yang Mencurigakan34 Bab 34 Keguguran35 Bab 35 Kebetulan36 Bab 36 Pengemudi Tabrak Lari37 Bab 37 Mengulur waktu38 Bab 38 Dia Tidak Akan Menyukaiku39 Bab 39 Keindahan Dalam Kegelapan40 Bab 40 Argumen Antara Ayah dan Putri41 Bab 41 Suamiku Akan Menafkahiku42 Bab 42 Salah Strategi43 Bab 43 Kamu Menyukai Camila44 Bab 44 Menabur Perselisihan45 Bab 45 Perubahan Rencana46 Bab 46 Cemburu47 Bab 47 Rencana Melarikan Diri48 Bab 48 Menangkapnya49 Bab 49 Tidak Akan Membiarkannya Pergi50 Bab 50 Mengubah Situasi51 Bab 51 Di Mana Kuncinya 52 Bab 52 Pingsan53 Bab 53 Tas Bekal54 Bab 54 Kesepakatan55 Bab 55 Tidak Ada Janji Malam Ini56 Bab 56 Duplikat57 Bab 57 Pil Pencernaan58 Bab 58 Pria Menyukai Wanita yang Lembut59 Bab 59 Pemeriksaan Kehamilan60 Bab 60 Camila Yang Memberitahuku61 Bab 61 Siapa Kekasihnya 62 Bab 62 Seperti Orang Asing63 Bab 63 Apa Kamu Menyesalinya 64 Bab 64 Pertengkaran65 Bab 65 Dia Tidak Bisa Mencintainya66 Bab 66 Menangis67 Bab 67 Lupakan Pria Itu68 Bab 68 Pasangannya69 Bab 69 Camila Menghilang70 Bab 70 Mengkhawatirkannya71 Bab 71 Ke Mana Kamu Pergi di Malam Pernikahan Kita 72 Bab 72 Berhenti Mengawasinya73 Bab 73 Dia Impoten74 Bab 74 Kencan ke Bioskop75 Bab 75 Apa Isaac Impoten 76 Bab 76 Pelakunya Debora77 Bab 77 Tertipu78 Bab 78 Menampar Wajahnya Sendiri79 Bab 79 Dia Memiliki Seorang Ayah yang Baik80 Bab 80 Mencari Keadilan Untuknya81 Bab 81 Mengirimnya ke Luar Negeri82 Bab 82 Memutuskan Untuknya83 Bab 83 Hukuman84 Bab 84 Kejutan Camila Untuk Isaac85 Bab 85 Hadiah Seratus Juta Rupiah86 Bab 86 Kelaparan Sampai Mati di Sini87 Bab 87 Memperlakukanmu dengan Baik88 Bab 88 Jejak Camila89 Bab 89 Membuat Hidupmu Seperti di Neraka90 Bab 90 Kebenaran Terungkap91 Bab 91 Kamu Membohongiku92 Bab 92 Aku Tidak Ingin Kamu Mati Untuk Saat Ini93 Bab 93 Dia Mirip Siapa 94 Bab 94 Apa Kamu Tidak Menginginkanku Lagi 95 Bab 95 Pameran96 Bab 96 Bersikap Sombong97 Bab 97 Apa Itu Sakit 98 Bab 98 Alasan Laura99 Bab 99 Pasangan yang Sudah Menikah Harus Tidur Bersama100 Bab 100 Menyetujui Tawaran