icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Malam Gairah: Cinta Adalah Game Pemberani

Bab 8 Menginginkan Wanita yang Tidak Bermoral

Jumlah Kata:1348    |    Dirilis Pada: 28/06/2023

Bukankah Isaac yang meninggalkannya di tangan pria bejat itu? Kenapa dia ada di sini? Apa Isaac sengaja datang ke sini untuk mengejeknya dan menertawakan tragedi yang dia alami?

Karena sedang berada di bawah pengaruh alkohol yang cukup kuat, Camila memiliki keberanian yang lebih dari biasanya dan dia menunjuk ke arah Isaac dengan marah. Dia menatap mata pria itu dan tidak merasakan rasa takut seperti yang dia miliki sebelumnya.

"Isaac! Kamu ... bajingan!"

Bibir atas Isaac berkedut, tatapannya memancarkan kilatan yang penuh ancaman.

Baik Willie dan Glenda melangkah mundur dan menundukkan kepala mereka secara bersamaan, bahkan tidak berani bersuara sedikit pun.

Camila berjalan terhuyung-huyung ke arah Isaac dan meraih dasinya, lalu menariknya mendekat padanya. "Apa kamu benar-benar berpikir aku ingin menikah denganmu? Kamu pikir kamu itu siapa?"

Isaac mengerutkan keningnya karena mencium bau alkohol yang sangat menyengat dari napas Camila.

Dia menggenggam pergelangan tangan Camila dengan sangat erat. "Kamu sudah gila," katanya dengan suara yang sangat rendah.

Bagaimana bisa Camila mengikuti orang asing, bahkan ketika orang itu telah menunjukkan ketertarikan seksual padanya?

Isaac sejujurnya hanya mengujinya dan mencoba mendorongnya untuk mengalah, tetapi wanita ini terlalu keras kepala.

Sebenarnya, begitu Camila memutuskan untuk pergi bersama Jaylen, Isaac langsung menyesali perbuatannya. Bagaimanapun juga, Camila masih istri sahnya, meskipun itu hanyalah status. Isaac tidak suka melihatnya berduaan dengan pria lain.

"Kamu yang sudah gila!" Camila membalas, berteriak padanya. Dia mengayunkan lengannya dan berjuang untuk melawannya dengan seluruh tenaga yang dia miliki.

Dia ingin memberinya sedikit pelajaran dan menghukumnya karena telah meninggalkannya sendirian di tangan orang cabul yang aneh!

Raut wajah Isaac semakin gelap dan muram. Dia mengencangkan cengkeramannya di pergelangan tangan Camila dan bergegas menyeretnya ke atas.

Camila terus melawannya sambil berteriak, "Hei! Lepaskan aku! Aku bilang lepaskan! Lepaskan!"

Tentu saja, Isaac menolak untuk mengalah.

Sesampainya di depan kamar, dia menendang pintu kamar hingga terbuka lebar dan melemparkannya ke dalam.

Camila sudah kehilangan keseimbangannya, dan dia langsung jatuh ke lantai tanpa adanya kesempatan untuk bisa melawan. Dia terjatuh dengan lututnya yang terlebih dulu menyentuh lantai, menahan seluruh badannya. Dia mengerang kesakitan.

Suara itu membuat Isaac membeku di tempat dalam sekejap.

Suara itu ....

Suara itu membuatnya teringat kembali pada malam yang menggairahkan di rumah sakit.

Suara istrinya terdengar sangat mirip dengan suara wanita yang dia peluk pada waktu itu.

Mengapa dia tidak pernah menyadari bahwa suara Camila sangat mirip dengan suara Debora sebelumnya?

"Isaac!" Camila menyebut namanya dengan marah.

Dia selalu tahu bahwa Isaac itu sangat kejam dan tidak memiliki hati nurani, tetapi dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya sampai melakukan kekerasan terhadapnya.

Sekarang, lututnya tergores dan mulai berdarah.

Isaac tersentak kembali ke akal sehatnya, dan pandangannya segera tertuju pada Camila.

Dia melangkah maju dan berjongkok di depannya. "Kamu sedang mabuk atau tidak?"

Camila tentu saja benar-benar mabuk total. Meski begitu, dia masih memiliki sebagian besar dari akal sehatnya.

Dia lalu menekan kedua telapak tangannya ke lantai dan mencoba untuk membuat dirinya berdiri.

Dia tampaknya telah kehilangan kekuatan di kakinya, dan dia merasa dirinya telah terjatuh kembali bahkan sebelum dia sempat untuk berdiri dengan benar. Camila langsung meraih sesuatu untuk bisa dipegang, bereaksi dengan naluriah.

Untungnya, dia bisa mengambil sesuatu yang kokoh pada menit terakhir sebelum dia terjatuh ke lantai.

Tapi sebelum dia bisa bangkit lagi, dia bisa merasakan suhu udara di dalam ruangan turun drastis menjadi sangat dingin.

Camila perlahan mendongak ke atas dan tatapannya bertemu dengan tatapan Isaac.

Mata Isaac tampak lebih dingin dan lebih berbahaya dari yang pernah diingatnya.

Camila membutuhkan beberapa detik untuk menyadari bahwa sesuatu yang dia pegang itu adalah kaki Isaac yang kuat. Lebih tepatnya lagi, dia sedang mencengkeram celana Isaac.

Jika bukan karena ikat pinggangnya, Camila sudah pasti akan langsung merobek celananya. Tentu saja, itu tidak berarti bahwa posisi mereka saat ini kurang memalukan. Wajah Isaac sudah memerah bercampur antara rasa jijik dan marah.

Camila dengan segera melepaskan cengkeramannya.

Dia melirik kain celana Isaac yang sudah menjadi kusut dan langsung memalingkan mukanya dengan panik. "Maaf," gumamnya. "Aku tidak bermaksud untuk memegangmu."

"Oh, apa kamu yakin?" Isaac mencibir.

"Tentu saja!"

Tidak, tunggu dulu sebentar ....

Camila kembali tersadar bahwa seharusnya dialah yang marah pada Isaac, jadi dia kembali memelototinya dengan tajam. "Apa maksudmu?"

"Oh, apa kamu mengatakan bahwa kamu tidak tahu orang seperti apa kamu sebenarnya?"

Ejekan Isaac yang begitu sarkastik terasa seperti pukulan fisik bagi Camila. Isaac sempat melihat obat kontrasepsi darurat milik Camila tadi pagi dan langsung berasumsi buruk tentangnya.

Kejadian malam itu tiba-tiba terlintas di benak Camila, membuatnya bergidik. Tetap saja, dia tidak kehilangan ketenangannya. Yang ingin dia lakukan saat ini hanyalah melarikan diri dari penghinaan lebih lanjut.

"Apa kamu tidak memiliki sesuatu yang ingin kamu jelaskan? Kamu ingin berhubungan seks dengan pria mana pun yang kamu temui, bukan?" Isaac tiba-tiba mencengkeram lehernya dan memaksanya untuk menatap matanya dengan serius. "Katakan padaku, bagaimana kamu ingin berselingkuh dariku? Kamu seharusnya menceraikanku saja jika kamu memang ingin tidur dengan pria lain!"

Isaac mengatakan hal itu dengan kejam, kemarahannya memang tidak salah. Lagi pula, memangnya siapa yang berani menyalahkannya?

Diselingkuhi pada malam pernikahan ... mungkin merupakan penghinaan terburuk yang pernah Isaac alami selama hidupnya.

Camila perlahan kehilangan napas saat jari-jari Isaac semakin menekan sekitar tenggorokannya dengan kuat. Wajahnya sudah berwarna merah padam, dadanya juga terlihat naik turun karena dia berusaha keras untuk bisa menghirup lebih banyak udara ke dalam paru-parunya.

Dia mencakar tangan Isaac dan mencoba untuk mengeluarkan beberapa kata. "Lepaskan ... aku ...."

Camila merasa semakin putus asa pada detik itu, dan saat dia sedang berjuang untuk bisa lepas dari cengkeraman Isaac, dua kancing atas blusnya terbuka.

Mata Isaac langsung melayang ke bawah, memperhatikan tubuh Camila yang sedikit terbuka. Branya yang berwarna hitam tidak banyak menyembunyikan payudara montoknya. Hanya perlu satu tarikan kecil dan ....

Camila masih terengah-engah, mencoba untuk menghirup udara.

Sejumput rambutnya jatuh di atas dadanya ketika payudaranya terus naik turun saat dia mencoba mengambil napas dalam-dalam. Itu adalah pemandangan yang sangat memesona untuk dilihat ....

Isaac segera mengalihkan pandangannya saat dia menyadari bahwa dia telah terpesona dengan pemandangan itu. Dia mengerutkan alisnya lalu menelan ludahnya, lubang hidungnya juga terlihat melebar.

Dia bisa merasakan gejolak hasrat yang sangat familier di perutnya, dan instingnya segera berteriak padanya untuk melepaskannya.

Tapi, sepenggal alasan kemudian menimpa pikirannya. Bagaimana bisa dia malah merasa bergairah pada wanita yang tidak bermoral seperti ini?

Pikiran itu memicu amarahnya sekali lagi.

Isaac lalu menarik Camila dan melemparkannya ke atas tempat tidur. Pada titik ini, dia tidak lagi yakin apakah dia lebih marah pada Camila atau pada dirinya sendiri.

Fakta bahwa dia mendambakan tubuh Camila sangat tidak cocok dengannya, dia benar-benar tidak berada dalam akal sehatnya.

Apa dia sudah benar-benar gila sekarang?!

Isaac berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan, membanting pintu kamar dengan keras di belakangnya. Dia menginjak anak tangga dengan marah dan langsung menuju ke pintu utama.

"Pak Johnston." Willie segera berjalan mendekat dan mendatangi bosnya, tapi diabaikan.

Isaac tidak berkata apa-apa dan hanya melangkah keluar vila dengan asistennya yang setia yang segera mengikutinya di belakang.

Kedua pria itu kemudian masuk ke dalam mobil. Willie menyalakan mesin tanpa berkata apa-apa, kemudian dia menyetir keluar dari kediaman Isaac, meskipun dia tidak tahu ke mana tujuan mereka sebenarnya. Dia melirik bosnya dengan hati-hati melalui kaca spion.

Apa yang salah dengan bosnya? Kenapa dia begitu marah malam ini?

Sementara itu, di dalam vila, Camila berbaring di atas tempat tidur, masih terengah-engah dan berusaha mengatur napasnya menjadi lebih stabil.

Dia menekan tangannya ke dadanya. Dia benar-benar mengira dia akan tamat, dia berpikir Isaac akan mencekiknya sampai mati tadi.

Dia baru pulih dari kejadian mengerikan yang dialaminya ketika merasakan perutnya bergejolak, kemudian asam yang panas mengalir naik ke tenggorokannya dengan cepat.

Camila tahu bahwa dia akan segera muntah.

Dia lalu bergegas berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi dengan buru-buru. Dia menghabiskan beberapa menit berikutnya untuk muntah di toilet.

Camila merasa jauh lebih baik setelahnya, meskipun dia masih merasa sedih.

Dia mencuci mulutnya dan berjalan dengan susah payah kembali ke tempat tidur tanpa repot-repot untuk mandi.

Dia benar-benar sangat lelah malam ini. Matanya mulai terpejam begitu kepalanya menyentuh bantal.

Camila lalu tertidur dengan nyenyak.

Keesokan harinya di PT. Paramount.

Sekretaris Isaac, Wynter Archer, mendatanginya begitu dia baru saja keluar dari lift. "Pak Johnston, Pak Williams mencari Anda."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Membalas Penghinaan2 Bab 2 Merasa Bersalah3 Bab 3 Pasien Penting4 Bab 4 Magang5 Bab 5 Impian Seumur Hidup6 Bab 6 Pil Kontrasepsi Darurat7 Bab 7 Wanita yang Kotor8 Bab 8 Menginginkan Wanita yang Tidak Bermoral9 Bab 9 Carilah Wanita Itu Sendiri10 Bab 10 Sebuah Kebetulan11 Bab 11 Sesuatu yang Berharga12 Bab 12 Tujuan Utama13 Bab 13 Dilarang14 Bab 14 Apa Kamu Menyukainya 15 Bab 15 Apa Kamu Mencoba Merayuku 16 Bab 16 Ciuman Tidak Langsung17 Bab 17 Siapa Gadis Malam Itu 18 Bab 18 Trik yang Sama 19 Bab 19 Wanita Itu Bukan Debora20 Bab 20 Tidak Pantas Mendapatkan Perhatiannya21 Bab 21 Raja Selingkuh22 Bab 22 Tidak Ada yang Boleh Mendambakannya23 Bab 23 Permintaan yang Tidak Biasa24 Bab 24 Aku Ingin Bercerai!25 Bab 25 Apa Kamu Jatuh Cinta Padaku 26 Bab 26 Konsultasi Daring Pertamanya27 Bab 27 Hamil Anak Kembar28 Bab 28 Apa Kamu Cemburu 29 Bab 29 Sebaiknya Kamu Melakukan Aborsi30 Bab 30 Sesuatu yang Menyenangkan31 Bab 31 Isaac Berpura-pura32 Bab 32 Berhentilah Berpura-pura33 Bab 33 Sesuatu yang Mencurigakan34 Bab 34 Keguguran35 Bab 35 Kebetulan36 Bab 36 Pengemudi Tabrak Lari37 Bab 37 Mengulur waktu38 Bab 38 Dia Tidak Akan Menyukaiku39 Bab 39 Keindahan Dalam Kegelapan40 Bab 40 Argumen Antara Ayah dan Putri41 Bab 41 Suamiku Akan Menafkahiku42 Bab 42 Salah Strategi43 Bab 43 Kamu Menyukai Camila44 Bab 44 Menabur Perselisihan45 Bab 45 Perubahan Rencana46 Bab 46 Cemburu47 Bab 47 Rencana Melarikan Diri48 Bab 48 Menangkapnya49 Bab 49 Tidak Akan Membiarkannya Pergi50 Bab 50 Mengubah Situasi51 Bab 51 Di Mana Kuncinya 52 Bab 52 Pingsan53 Bab 53 Tas Bekal54 Bab 54 Kesepakatan55 Bab 55 Tidak Ada Janji Malam Ini56 Bab 56 Duplikat57 Bab 57 Pil Pencernaan58 Bab 58 Pria Menyukai Wanita yang Lembut59 Bab 59 Pemeriksaan Kehamilan60 Bab 60 Camila Yang Memberitahuku61 Bab 61 Siapa Kekasihnya 62 Bab 62 Seperti Orang Asing63 Bab 63 Apa Kamu Menyesalinya 64 Bab 64 Pertengkaran65 Bab 65 Dia Tidak Bisa Mencintainya66 Bab 66 Menangis67 Bab 67 Lupakan Pria Itu68 Bab 68 Pasangannya69 Bab 69 Camila Menghilang70 Bab 70 Mengkhawatirkannya71 Bab 71 Ke Mana Kamu Pergi di Malam Pernikahan Kita 72 Bab 72 Berhenti Mengawasinya73 Bab 73 Dia Impoten74 Bab 74 Kencan ke Bioskop75 Bab 75 Apa Isaac Impoten 76 Bab 76 Pelakunya Debora77 Bab 77 Tertipu78 Bab 78 Menampar Wajahnya Sendiri79 Bab 79 Dia Memiliki Seorang Ayah yang Baik80 Bab 80 Mencari Keadilan Untuknya81 Bab 81 Mengirimnya ke Luar Negeri82 Bab 82 Memutuskan Untuknya83 Bab 83 Hukuman84 Bab 84 Kejutan Camila Untuk Isaac85 Bab 85 Hadiah Seratus Juta Rupiah86 Bab 86 Kelaparan Sampai Mati di Sini87 Bab 87 Memperlakukanmu dengan Baik88 Bab 88 Jejak Camila89 Bab 89 Membuat Hidupmu Seperti di Neraka90 Bab 90 Kebenaran Terungkap91 Bab 91 Kamu Membohongiku92 Bab 92 Aku Tidak Ingin Kamu Mati Untuk Saat Ini93 Bab 93 Dia Mirip Siapa 94 Bab 94 Apa Kamu Tidak Menginginkanku Lagi 95 Bab 95 Pameran96 Bab 96 Bersikap Sombong97 Bab 97 Apa Itu Sakit 98 Bab 98 Alasan Laura99 Bab 99 Pasangan yang Sudah Menikah Harus Tidur Bersama100 Bab 100 Menyetujui Tawaran