/0/14428/coverorgin.jpg?v=e673db163036ee391c656ce0b40786ba&imageMogr2/format/webp)
"Keluar kau dari rumah kami! Perempuan tak tahu diri!"
Teriakan lantang berupa makian di akhirnya itu masih menggema dalam ingatan Keina. Gadis
berpenampilan sederhana yang hanya mengenakan pakaian lengan pendek dan rok di bawah lutut terlihat lusuh, ia berjalan di pinggiran jalan.
Lalu lalang berbagai jenis kendaraan, besar dan kecil di tengah jalan berpohon dan banyak rumput di sisi kiri dan kanannya seakan menganggap Kei sesuatu yang tak berarti. Tiada seorang pun yang peduli padanya.
Kepala tertunduk, sorot mata berlinang air mata itu menatap dalam aspal jalan yang terlihat gelap. Dia menautkan kedua jari telunjuk membentuk lilitan janji jari kelingking.
Air mata membasahi pipi, tersamar hujan deras di malam hari. Pakaian basah, ia mulai kedinginan. Sementara sama sekali tidak mempunyai tempat singgah, setidaknya untuk berteduh sebentar saja.
Rumah yang ia tempati dan tumbuh besar hingga beberapa jam yang lalu telah mengusirnya. Sebagai tanda jika Kei tidak bisa kembali setidaknya menyinggah.
Hanya karena dilihat perpelukan dengan lelaki, Kei diusir. Namun lelaki itu bukan lelaki sembarangan, dia adalah Leo, pria yang digemari adik angkatnya, Kara.
Kecemburuan sebab kakak angkatnya perpelukan dengan pria yang digemarinya padahal baru pagi, awal masuk sekolah kelas sebelas ia memutuskan mengatakan perasaan cinta. Dan diterima.
Belum melakukan apapun terhadap pria itu,
hanya memegang tangan. Dan Kei, Kara rasa sudah mengambil bagian lebih besar itu dari padanya.
Api membara menyapu semua kebaikan yang dilakukan Kei pada Kara menjadi segeganggam debu. Memutuskan otak iblis menguasainya,
Kara mengadu pada ibu dan ayah kandungnya.
"Syukur-syukur kami masih memberi kau makan! Sekarang, apa balasanmu untuk kami, perempuan penghianat! Menyesal aku buat kau jadi putriku!"
Menangis dan meraung minta jangan diusir, tapi tiada yang bisa dilakukan selain mengikuti perintah.
Kekuatan dua bodyguard di rumah itu berkali-kali lebih besar darinya. Kei di campakkan keluar dari rumah itu. Ia di usir, dan berjalan keluar dari lingkungan asri, tempat para orang berada berkumpul.
Hatinya sedih, pilu dan merasa tak berguna merasuk di jiwanya. Kei, merasa di dunia ini dia tidak punya arti.
Berusaha semaksimal mungkin agar orang dalam rumah tempat ia tinggal dan menetap menyukainya.
Kei melakukan segala sesuatu dengan sangat baik. Walau hanya mampu mengemas rumah tiap hari, memasak dan mengurus keperluan adiknya yang manja. Hanya hal kecil itu yang bisa dilakukannya untuk sementara ini.
Kei, sudah terlanjur baik pada perempuan yang sembilan tahun lebih muda darinya itu.
Awalnya, ia memerankan diri sebagai asisten rumah tangga agar mendapatkan hati ayah dan ibu angkatnya, lama kelamaan menjadi pelayan melebihi babu.
Kei tidak di bayar dengan uang, hanya sepiring nasi setiap harinya. Menyebabkan ia sangat kurus dan kekurangan gizi.
Lihatlah, tubuhnya sudah sempoyongan berjalan. Ia tidak sanggup melanjutkan perjalanan yang jujur tidak ia ketahuinya mau bermalam di mana.
Hampir setengah kilometer dia berjalan. Dia meneguk saliva yang terasa mengering, tak mendapat air.
Sesekali menjulurkan lidah menghadap langit, hanya mendapat beberapa tetes saja. Haus, namun pegal pada leher yang melengkung terus-terusan.
Ia tak tahan, Kei yang malang hanya mampu berharap Tuhan masih menolongnya. Memberi sesuatu berharga baginya, setidaknya menemani gadis itu tidak sendirian. Sebab jujur, Kei tidak pernah memiliki teman.
Bahkan semasa ia di panti asuhan selama 6 tahun, anak-anak seusianya menjauhinya, seakan menganggap Kei sebagai sebuah mahluk tak kasat mata.
Hanya ibu penjaga panti menemaninya. Karena dia pendiam dan tak mudah bergabung dengan masyarakat. Ia pemalu.
Bisa dihitung, kurang dari dua ratus orang yang bertemu dengannya. Dan berkenalan, kurang dari lima puluh orang.
Itu pun terjadi karena suatu paksaan. Entah ada seminar khusus anak anak panti, lalu bertemu dan berkenalan dengan orang lain menemuinya, dan mulai berkenalan.
/0/2379/coverorgin.jpg?v=adba1d01cbcd5b022a8de240c185767d&imageMogr2/format/webp)
/0/5552/coverorgin.jpg?v=b8e3f8c85508f96456cb36c537bae658&imageMogr2/format/webp)
/0/4915/coverorgin.jpg?v=20250121182929&imageMogr2/format/webp)
/0/6830/coverorgin.jpg?v=e9b62ac5aa285c917cc9225b4adbacc0&imageMogr2/format/webp)
/0/2506/coverorgin.jpg?v=32c78671fe86e8b05b896b10e37e08d0&imageMogr2/format/webp)
/0/14954/coverorgin.jpg?v=f0dc0f99bcdb326b0e24daebc6aedf84&imageMogr2/format/webp)
/0/10653/coverorgin.jpg?v=20250122182805&imageMogr2/format/webp)
/0/12155/coverorgin.jpg?v=7d29472f786a64242d659e541de123e1&imageMogr2/format/webp)
/0/17610/coverorgin.jpg?v=0e412cdadc22ee0beca3dba45f599bce&imageMogr2/format/webp)
/0/17611/coverorgin.jpg?v=134234fcca86e28c283772044da70335&imageMogr2/format/webp)
/0/3051/coverorgin.jpg?v=17061afea057a3832330204c02699111&imageMogr2/format/webp)