Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kei's Three Children

Kei's Three Children

Nyonya Semi

4.6
Komentar
30.7K
Penayangan
58
Bab

Keina di usir dari rumah keluarga tiri karena diketahui telah berselingkuh dari Leo, kekasih Kara, anak kandung di keluarga angkat Kei. Namun siapa sangka di tengah jalan malah bertemu dengan pria mabuk dan diperkosa hingga hamil. Kehidupan penuh beban sebenarnya dimulai. Melahirkan tiga anak sekaligus bukan lah hal mudah di saat kondisi ekonomi kritis baginya. Tapi semua terbayar ketika ia mengetahui ketiga anak-anaknya cerdas dan bertalenta. Anna, pandai melukis. Alice, pandai menulis karangan karya. Dan Andre, dia pandai berakting. Siapa sangka pada suatu kebetulan ia bertemu dengan seorang pria, yang diklaim sebagai ayah dari anak-anaknya. Jeremy, CEO perusahaan yang bergerak dalam industri perfilman. Tempat anaknya, Andre akan melakukan syuting film pertamanya bersama Kei.

Bab 1 Kemalangan Kei

"Keluar kau dari rumah kami! Perempuan tak tahu diri!"

Teriakan lantang berupa makian di akhirnya itu masih menggema dalam ingatan Keina. Gadis

berpenampilan sederhana yang hanya mengenakan pakaian lengan pendek dan rok di bawah lutut terlihat lusuh, ia berjalan di pinggiran jalan.

Lalu lalang berbagai jenis kendaraan, besar dan kecil di tengah jalan berpohon dan banyak rumput di sisi kiri dan kanannya seakan menganggap Kei sesuatu yang tak berarti. Tiada seorang pun yang peduli padanya.

Kepala tertunduk, sorot mata berlinang air mata itu menatap dalam aspal jalan yang terlihat gelap. Dia menautkan kedua jari telunjuk membentuk lilitan janji jari kelingking.

Air mata membasahi pipi, tersamar hujan deras di malam hari. Pakaian basah, ia mulai kedinginan. Sementara sama sekali tidak mempunyai tempat singgah, setidaknya untuk berteduh sebentar saja.

Rumah yang ia tempati dan tumbuh besar hingga beberapa jam yang lalu telah mengusirnya. Sebagai tanda jika Kei tidak bisa kembali setidaknya menyinggah.

Hanya karena dilihat perpelukan dengan lelaki, Kei diusir. Namun lelaki itu bukan lelaki sembarangan, dia adalah Leo, pria yang digemari adik angkatnya, Kara.

Kecemburuan sebab kakak angkatnya perpelukan dengan pria yang digemarinya padahal baru pagi, awal masuk sekolah kelas sebelas ia memutuskan mengatakan perasaan cinta. Dan diterima.

Belum melakukan apapun terhadap pria itu,

hanya memegang tangan. Dan Kei, Kara rasa sudah mengambil bagian lebih besar itu dari padanya.

Api membara menyapu semua kebaikan yang dilakukan Kei pada Kara menjadi segeganggam debu. Memutuskan otak iblis menguasainya,

Kara mengadu pada ibu dan ayah kandungnya.

"Syukur-syukur kami masih memberi kau makan! Sekarang, apa balasanmu untuk kami, perempuan penghianat! Menyesal aku buat kau jadi putriku!"

Menangis dan meraung minta jangan diusir, tapi tiada yang bisa dilakukan selain mengikuti perintah.

Kekuatan dua bodyguard di rumah itu berkali-kali lebih besar darinya. Kei di campakkan keluar dari rumah itu. Ia di usir, dan berjalan keluar dari lingkungan asri, tempat para orang berada berkumpul.

Hatinya sedih, pilu dan merasa tak berguna merasuk di jiwanya. Kei, merasa di dunia ini dia tidak punya arti.

Berusaha semaksimal mungkin agar orang dalam rumah tempat ia tinggal dan menetap menyukainya.

Kei melakukan segala sesuatu dengan sangat baik. Walau hanya mampu mengemas rumah tiap hari, memasak dan mengurus keperluan adiknya yang manja. Hanya hal kecil itu yang bisa dilakukannya untuk sementara ini.

Kei, sudah terlanjur baik pada perempuan yang sembilan tahun lebih muda darinya itu.

Awalnya, ia memerankan diri sebagai asisten rumah tangga agar mendapatkan hati ayah dan ibu angkatnya, lama kelamaan menjadi pelayan melebihi babu.

Kei tidak di bayar dengan uang, hanya sepiring nasi setiap harinya. Menyebabkan ia sangat kurus dan kekurangan gizi.

Lihatlah, tubuhnya sudah sempoyongan berjalan. Ia tidak sanggup melanjutkan perjalanan yang jujur tidak ia ketahuinya mau bermalam di mana.

Hampir setengah kilometer dia berjalan. Dia meneguk saliva yang terasa mengering, tak mendapat air.

Sesekali menjulurkan lidah menghadap langit, hanya mendapat beberapa tetes saja. Haus, namun pegal pada leher yang melengkung terus-terusan.

Ia tak tahan, Kei yang malang hanya mampu berharap Tuhan masih menolongnya. Memberi sesuatu berharga baginya, setidaknya menemani gadis itu tidak sendirian. Sebab jujur, Kei tidak pernah memiliki teman.

Bahkan semasa ia di panti asuhan selama 6 tahun, anak-anak seusianya menjauhinya, seakan menganggap Kei sebagai sebuah mahluk tak kasat mata.

Hanya ibu penjaga panti menemaninya. Karena dia pendiam dan tak mudah bergabung dengan masyarakat. Ia pemalu.

Bisa dihitung, kurang dari dua ratus orang yang bertemu dengannya. Dan berkenalan, kurang dari lima puluh orang.

Itu pun terjadi karena suatu paksaan. Entah ada seminar khusus anak anak panti, lalu bertemu dan berkenalan dengan orang lain menemuinya, dan mulai berkenalan.

Lelah berat menyerangnya. Kei terpaksa harus duduk di atas batu dan menyeka keringat bercampur air hujan yang menetes dari angkasa.

Di sekitar, terlihat ada banyak orang. Laki-laki dan seorang perempuan cantik berpakaian sangat seksi.

Bahkan ada yang dua sampai tiga, mereka begitu mesra, seakan tak peduli dengan pandangan Kei, sebagai orang risih yang melihatnya.

"Hey perempuan cantik," seorang lelaki mencolek rahang Kei.

Di sekitar lelaki itu terdapat dua wanita bersolek tebal dan sepertinya mempesona bagi lelaki bertubuh gendut dan tampak bergairah namun begitu menjijikan bagi Kei.

Sontak Kei menoleh, ia melemparkan pandangan tak suka. Berdiri, entah mendapat kekuatan dari mana, "Jangan macam-macam, ya!" menepis, dan segera berlari dari sana.

Kei hanya mendengar suara gelak tawa dan ucapan berupa lontaran kuat meremehkan dari mulut pria tua, hidung belang itu.

Rasa takut menguasainya, hingga...

Dugh!

"Awh," ia meringis kesakitan kala kepalanya terbentur sangat kuat, oleh benda keras berakhir kenyal seperti seogok daging hewan di pasaran.

Tapi apa ada pasar mendadak di sini? Seingat Kei tidak ada. Mengingat sembari berlari, gadis itu menunduk sesekali menoleh ke belakang.

Cara utama mengetahuinya hanyalah Kei harus melihat siapa pemilik benda keras berakhir kenyal bertubruk pada kepalanya barusan.

Ia memijit kening yang terasa nyeri itu. Mengangkat kepala, pandangan Kei beradu pada seorang pria berwajah tampan dan dingin yang terlihat sempoyongan berdiri.

Mata memerah, dan racauan sedaritadi Kei dengar tapi dihiraukannya. Terasa bahunya dipegang oleh pria itu, "Temani aku sayang!" menarik tangan Kei.

"L-lepaskan!" Kei mencoba melawan genggaman tangan besar dan kuat serta kokoh pria itu. Namun tak kunjung berhasil.

"T-tolong! Siapapun, tolooongggg!"

Tiada yang prihatin padanya.

Kei tidak mengerti, sedaritadi mencoba melawan. Orang-orang melihatnya karena suara kerasnya itu.

Tapi hanya melempar pandangan takut, entah takut karena apa. Berbisik-bisik dengan pasangan di sampingnya.

"Dia wanita pilihan CEO."

Hanya itu berhasil di dengarnya sebelum Kei di campakkan, masuk ke dalam mobil mewah keluaran tahun ini.

Tak hanya sampai di sana. Pintu di tutup, dan pria itu berada di atasnya. Menatapnya dengan pandangan bergairah. Kei semakin takut menatap netra biru pria berahang tegas tersebut.

"L-lepaskan, tuan... Tolong," pergelangan tangan sudah dikunci, Kei membuang wajah ke samping, air mata membasahi pipi, jatuh ke kursi lembut kepemilikan pria itu.

"Tidak sayang. Tidak, temani aku malam ini!" telunjuk pria itu menyentuh sudut wajah Kei. Mulai dari garis pertengahan rambut hitam legamnya, sampai telinga Kei.

Memperlakukan begitu lembutnya. Namun Kei sangat risih. Tiada yang bisa dilakukan. Ia disekap secara lembut.

Melucuti pakaian Kei. Pria itu melakukan tindakan sebagai pria bajingan. Kei menangis kesegukan saat pria itu sudah tertidur menggatikan posisinya.

Ia keluar dengan langkah kaki terlatih-latih, sudah tidak ada harapan lagi dan kebanggan bagi dirinya. Kei sudah kotor dan dia benci mengakuinya.

Pakaian yang dikenakan pun tampaknya sudah mengering. Sejam lelaki itu melakukan tindakan tak berperikemanusiaannya pada Kei.

Kei juga takut kalau lelaki itu melakukan tindakan kasarnya seperti tadi jika Kei berlama-lama menangisi kebodohannya menjadi wanita lemah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nyonya Semi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku