Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Berharap Dicintai

Berharap Dicintai

Nyonya Semi

4.3
Komentar
788
Penayangan
7
Bab

Diana menikahi Dariel karena anak dalam kandungannya membutuhkan seorang ayah. Dia pikir semuanya akan baik-baik saja setelah ini, tetapi Diana tidak tahu ada masalah besar di depan. Dimana sahabatnya yang sudah 10 tahun sejak lulus dari kelas 2 SMA tidak bertemu pernah lagi dengannya, ternyata adalah istri pertama Dariel. Kebencian itu sangat dalam di lubuk hati Merly karena menganggap Diana telah mengkhianati persahabatan mereka. Hal itu membuat Diana tak pernah tenang di dalam rumah meski Diana sudah meminta maaf bertekuk lutut di kaki sahabatnya sendiri demi anak yang ada di kandungannya. Apa yang akan terjadi pada Diana selanjutnya?

Bab 1 Awal

"Untuk sementara ini kamu tinggal di sini. Aku akan sering datang, sekedar melihat keadaanmu. Ini, uang bulanan untuk kamu, pakai sesuka hati... Anggap saja sebagai bentuk tanggung jawabku terhadapmu, mengerti?"

Diana mengangguk. Walau rasa hati sangat tidak enak, tetapi dia harus menerimanya sejumlah uang tersebut tanpa berkata banyak selain, "Terima kasih," ucapnya dengan nada lembut hampir tidak terdengar.

"Hm. Baik, aku akan pergi. Jaga dirimu baik-baik, ya."

"Iya."

Diana menatap punggung lelaki bertubuh tinggi yang perlahan hilang oleh pintu yang tertutup.

Diana menghela napas, huh... Hari yang cukup melelahkan. Tubuh perempuan itu terjatuh di atas sofa, dan dia menelusuri ruang tengah di dalam apartement yang tidaklah luas, namun cukuplah untuk dirinya sendiri.

Pemikirannya flashback ke masa tiga jam yang lalu.

Dimana Diana berada di kamar kost miliknya tepat di dalam kamar mandi.

Dia membelalakkan mata, antara terkejut sebab tidak percaya akan apa yang dilihatnya.

Dua garis merah.

Jantung Diana memompa sangat kuat. Mendadak ia lemas, seolah seluruh tenaganya terkuras dalam sekejap.

Alhasil tes pack yang memberikan kenyataan sebenar itu terjatuh oleh tangannya yang bahkan tidak bisa menahan benda pipih itu supaya tidak jatuh ke lantai kamar mandi yang dingin dan lembab tersebut.

Dia merasa dunianya sangat hancur!

Diana memang tidak lagi sekolah.

Ia sudah tamat walau hanya tamatan SMA.

Tetapi dia bekerja di sebuah toko dimana pastinya akan menganggapnya gadis yang sangat buruk apalagi mengingat karyawan di sana sangat kritis soal masalah hamil di luar nikah.

Beberapa minggu lalu, dia terbangun di ranjang seorang pria dan menemukan dirinya sudah kehilangan kesucian yang tidak seharusnya hilang sekarang.

Dia belum menikah, dan sungguh... Dia bukan wanita murahan yang mau saja dijual harga dirinya walau masih perawan.

Terakhir kali diingatnya, ia pergi bersama temannya ke sebuah bar untuk menemani sang teman mencari pacarnya yang suka ke tempat itu. Namun ia malah berakhir berada di sebuah kamar dengan seorang pria yang tidak diketahui siapa bahkan latar belakang sang pria pun ia tidak tahu.

Dalam kesedihan, ia mengungkapkan semua perasaannya yang hancur tersebut dengan air mata sampai tersengal-sengal.

Beruntung pria itu datang dan segera menenangkannya. "Aku akan tanggung jawab dan sebagai buktinya, kamu bisa beri alamat tempat tinggalmu untuk membuatku bisa memperhatikan gerak-gerikmu. Tenang saja. Aku tidak akan berkhianat dengan ucapanku sendiri."

Dan Diana memberikannya walau semula Diana menolak dengan keras tetapi ketika melihat kesungguhan dari pria tidak dikenalnya tersebut, ia luluh.

Tepat setelah Diana mengetahui dirinya hamil, pria itu mendatangi rumah kosannya dan langsung menawarkan Diana tinggal untuk sementara ini di sebuah apartemen yang tentunya memiliki letak yang cukup jauh bahkan sekarang Diana sendiri sudah berada di kota lain demi membuat dirinya nyaman dari semua gosipan orang yang mengenal dirinya.

Kruk. Kruk. Krukk.

Suara perut perempuan itu bahkan sudah berbunyi. Sudah hampir dua jam dia duduk terkadang sekedar berjalan-jalan untuk mengenal ruangan tempat tinggal barunya tersebut.

Mengingat ada juga perkataan pria tadi yang berbicara, "Aku melarangmu melakukan pekerjaan berat." maka Diana merasa bosan sendiri.

Diana menatap perut datarnya, sedikit senyum paksa ditunjukkannya.

Karena sebenarnya perempuan itu tidak percaya, ada nyawa lain tumbuh di dalam dirinya.

"Kamu, lapar?" dia berbicara seolah ada orang disekitarnya. "Yah sudah. Ayo, kita makan," perempuan itu perlahan bangkit dari duduk dan mendatangi dapur.

"Ayo kita lihat, apa saja yang bisa dimakan disini," mengingat pria itu juga berkata jika di apartemen tersebut sudah terisi beberapa persediaan, maka Diana melihat terlebih dahulu, apakah benar ucapan pria itu.

Dan ternyata benar.

Diana melihat banyak sekali persediaan makanan. Sayur mayur dan beberapa wadah berisi ikan seger di dalam kulkas, membuat senyuman perempuan itu sangatlah lebar seolah mendapatkan hadiah besar.

Dia mulai memasak makanan yang cukup enak melalui beberapa bahan di dalam kulkas.

Aroma makanan menyeruak ke seluruh penjuru ruangan apartemen... Dia sangat bahagia.

Diana memang memiliki skil memasak yang cukup baik.

Namun hidupnya yang serba pas-pasan setelah dirinya pindah ke kota tempat kostnya berada membuat perempuan itu memilih irit dalam segala hal termasuk makanan.

Dimana Diana lebih sering memakan nasi goreng terkadang telur ceplok, sekarang ia tampaknya bisa lah royal dalam makanan.

Apalagi ketika Diana melihat jumlah lembaran uang berwarna merah tersebut sangat banyak, Diana pikir lembaran uang itu bukanlah lembaran uang untuk belanja sebulan.

Tetapi setahun lebih untuknya mungkin bisa.

"Tampaknya laki-laki itu orang kaya," Diana bahkan menyimpulkan semua atas segala yang dialaminya dengan satu kalimat.

***

Di sisi lain.

Mobil yang dikendarai Dariel, pria yang sempat bersama Diana itu memasuki perumahan elite yang mayoritasnya orang berpenghasilan banyak dimana salah satunya Dariel sendiri.

Rumah nomor 3 dari pintu masuk, sama besar dan luasnya dengan rumah lainnya... Dariel menjalankan mobilnya masuk ke garasi.

Seorang wanita tampak menunggu di teras rumah. Senyuman mengembang teramat lebar, saat matanya mengekor setiap pergerakan Dariel, pria yang tak lain adalah suaminya sendiri dari kejauhan.

"Mas... Kamu sudah pulang?" ucap wanita itu tersenyum lebar menyambut kedatangan suaminya.

"Hm, ya.. Aku sudah pulang," namun hanya dijawab simple terkesan datar.

Bibir wanita itu seketika mayun. "Iiiihh, kamu kenapa sih, Mas! Aneh banget satu bulan ini," Merly, wanita itu bergelayut manja di lengan suaminya.

Namun Dariel sama sekali tidak merespon dengan lembut. Dariel bahkan mengabaikannya. "Aku cape. Mau istirahat, kamu jangan manja kayak gini, bisa!?" diakhiri dengan bentakan.

Lantaran Dariel kesal dengan sikap Merly yang memang sudah sering begitu, namun bagi Dariel sekarang sangatlah aneh dan menyebalkan. Dariel melepas sentuhan dari istrinya tersebut, Ia melangkah mendahului istrinya.

"Kamu punya wanita lain di belakang aku, ya!" tuduh Merly asal namun ungkapan itu berhasil membuat tubuh Dariel seketika terpaku.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nyonya Semi

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku