Di atas langit kelam malam Wisteria Kingdom petir berkilat-kilat berbahaya dengan suara guntur sesekali menggelegar seperti menggetarkan bumi. Sebuah kereta yang ditarik dua ekor kuda berbulu cokelat tua yang basah kuyup bermandikan air hujan yang cukup deras dikendalikan oleh kusir yang ahli.
Bukan sembarang orang yang berada di dalam kereta kayu berukiran dengan emboss warna emas huruf WK di bagian sisi pintu kereta kanan kiri. Beliau adalah Your Grace Crown Prince William Lancester, calon pewaris tahta Wisteria Kingdom berikutnya.
Sebuah pesan penting dikirimkan kepadanya ke Benua Amerika bagian utara. Dia sedang bersekolah mengenai hukum dan tata negara di negara yang terkenal begitu maju dalam hal pemerintahan dan strata kependudukan. Ilmu yang rumit yang bila diberikan untuk pemuda biasa pada umumnya akan menyerah atau mungkin juga tertidur di kelas saat tutor mengajar.
Perjalanan panjang melelahkan yang ditempuh William akhirnya berakhir. Kereta kuda itu pun berhenti dan pintu kanan kereta dibukakan oleh seseorang dari luar, pastinya salah satu prajurit penjaga pintu gerbang istana.
Pemuda berambut cokelat madu sama seperti warna bola matanya yang juga cokelat dan memiliki tatapan yang tajam menyiratkan kecerdasan, kualitas seorang calon raja berikutnya. Warna mata dan rambutnya itu warisan dari mendiang ratu Wisteria Kingdom, ibundanya yang telah berpulang ke surga sekitar 10 tahun lalu saat ia masih berusia 12 tahun.
Salah satu alasan ayahanda raja mengirim William bersekolah jauh ke seberang lautan tak lain dikarenakan penampilan fisik putera tunggalnya mengingatkan dirinya kepada sang istri, cinta sejatinya. Sang pangeran mahkota tahu mengenai hal itu dan berusaha tegar karena mengingat pesan terakhir ibunda ratu bahwa dia adalah harapan seluruh rakyat Wisteria Kingdom, William harus menjadi pria yang kuat menghadapi apa pun.
"Your Grace, senang melihat Anda kembali!" sambut Alexei Stormside, perdana mentri Wisteria Kingdom sembari membungkukkan punggungnya di hadapan William.
Senyum tipis tersungging di bibir William, dia sangat menghargai pria beruban di hadapannya karena sejak kecil dialah tutor pendidikannya di istana. Seorang pria bijaksana dan setia yang mengabdikan hidupnya, mungkin sampai menutup usia demi negara.
"Sir Alexei, bagaimana kabar Anda? Kuharap segalanya baik setelah kutinggalkan bertahun-tahun," ucap William dengan logat Wisteria yang seolah tak dapat dihilangkan dari lidahnya sampai kapan pun.
"Kabar saya baik, Pangeran. Terima kasih. Tidak banyak masalah selama Anda berada di Benua Amerika, mungkin ada beberapa perubahan fisik kota dan daerah pedesaan menjadi lebih maju. Kami tidak lagi menggunakan lampu minyak dan lilin lagi melainkan lampu pijar yang dapat menyala terang," jawab tuan perdana menteri dengan suara resminya yang kaku seperti papan pengumuman istana.
Sementara mendengarkan Alexei Stormside berbicara, William berjalan tegap menyusuri koridor istana hingga mencapai ruang tengah luas dimana sebuah tangga batu melingkar yang besar nampak. Dia ingat kemana ujung tangga itu menuju, ya ... kamar sang ayahanda raja.
"Naiklah, Your Grace. Beliau sakit keras dan sangat ingin bertemu dengan Anda sebelum wafat." Helaan napas berat terdengar, suara Alexei yang menyiratkan kesedihan dapat ditangkap oleh William.
Pemuda itu pun membalikkan badannya kepada Alexei sebelum menemui ayahanda raja di lantai atas. Dia menjawab, "Aku pasti menemui raja. Ikutlah bersamaku ke kamar beliau, Alexei!"
Kedua pria berbeda kedudukan dan juga berbeda generasi itu menaiki tangga batu berusia berabad-abad yang cenderung membuat lelah saat ditapaki satu per satu. Ada ketegangan yang disembunyikan oleh William saat akan menemui pria yang mengasingkan dirinya ke luar negeri selama bertahun-tahun tanpa satu pun kabar.
Pintu kamar yang berat karena tingginya mencapai hampir setinggi langit-langit kamar dibukakan oleh dua prajurit penjaga. Suaranya terdengar berderak dan berkeriut menambah tegang suasana. Di luar pun cuaca buruk berhujan petir masih belum terganti.
"A–apa itu kau, William—puteraku?" Suara renta bercampur batuk kronis itu terdengar menggema hingga ke ambang pintu dimana pemuda itu berdiri mematung dengan jantung berdebar-debar.
/0/10612/coverorgin.jpg?v=a9416592acd683940a5a865fe0fa856a&imageMogr2/format/webp)
/0/2403/coverorgin.jpg?v=48683363fb8369aae407f6e1fc63d429&imageMogr2/format/webp)
/0/9770/coverorgin.jpg?v=a54ddf10110982f3a0d24f4ef538b0f7&imageMogr2/format/webp)
/0/17246/coverorgin.jpg?v=1636586a069ea424f9d8cb5ff06f3b86&imageMogr2/format/webp)
/0/3790/coverorgin.jpg?v=4fa5ca57127e17c3beef5fee069ec6b6&imageMogr2/format/webp)
/0/7014/coverorgin.jpg?v=11d7c970ad840aba50d069dd1cb81e80&imageMogr2/format/webp)
/0/14078/coverorgin.jpg?v=f137f924c8d2cdd206bf85e72115c949&imageMogr2/format/webp)
/0/12619/coverorgin.jpg?v=18e265de4c4bc4037c4079b9aac3c79c&imageMogr2/format/webp)
/0/2647/coverorgin.jpg?v=5ac96eafb64a5652c4a3110785d3957c&imageMogr2/format/webp)
/0/2296/coverorgin.jpg?v=2008866c80d36e4e1adae0ee504febcc&imageMogr2/format/webp)
/0/6186/coverorgin.jpg?v=43c6e2845862814c93f4ca33753112ac&imageMogr2/format/webp)
/0/11013/coverorgin.jpg?v=ade0957bd67f326e8b4485caf543d313&imageMogr2/format/webp)
/0/21995/coverorgin.jpg?v=a1cf998a1b689e6411fb8c81debcacc5&imageMogr2/format/webp)
/0/2489/coverorgin.jpg?v=6b31df2b22d4c53b3731b2584080db0b&imageMogr2/format/webp)
/0/16534/coverorgin.jpg?v=9783fb74ab4a42df0093da2e0e29ff1f&imageMogr2/format/webp)
/0/2786/coverorgin.jpg?v=0ec1b9d9d18675cb6d7b62d9b1de3611&imageMogr2/format/webp)
/0/5021/coverorgin.jpg?v=bc6abd5782a5baabd2e1e23c49ab8aa9&imageMogr2/format/webp)
/0/9123/coverorgin.jpg?v=df3ed85080829d0f669d3faefd033b48&imageMogr2/format/webp)