/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
Malam yang dipenuhi rintikan air hujan saat itu menutupi kejadian ramai di jalan, di mana sebuah mobil berwarna hitam nampak melaju begitu cepat menghindari kejaran dari dua mobil yang ada di belakangnya.
Mobil yang melaju kencang dengan dikemudikan oleh seorang pria paruh baya yang ditemani oleh wanita cantik yang merupakan istri sahnya nampak fokus melaju membelah jalanan kota dan akhirnya melewati area pegunungan di sana.
Keadaan yang nampak begiu sepi akan pengendara lainnya segera dimanfaatkan oleh kedua mobil pengejar di belakang untuk semakin mendekati mobi tersebut. Kedua penupang di dalamnya nampak terlihat begitu panik terlebih wanita di sebelahnya yang tidak henti menoleh ke belakang untuk melihat seberapa dekatya jarak mereka saat ini.
Tiada henti wanita tersebut berdoa untuk keselamatan mereka berdua, sementara suami di sebelahnya berusaha tetap fokus melarikan diri dari kejaran kedua mobl tersebut. Dan ketika salah satu mobil tersebut sudah mendekati mobil mereka bahkan hampir sejajar dengan posisi mobil yang ditumpanginya, sementara mobil yang lain sudah berada di belakang mobil mereka, sang istri akhirnya menyadari bahwa mereka tidak akan bisa selamat dari kejaran dua mobil itu.
Tidak lama setelah itu mobil yang berada di sebelah tiba-tiba mendekatkan diri dan dengan keras menghantamkan sis mobil ke arah mereka. Membuat mobil yang ditumpangi langsung bergeser dan menabrak pembatas jalan.
Sang suami berusaha keras tetap mengendalikan laju mobil ketika mobil itu semakin jatuh terpersok ke bawah, namun ketika mobil tersebut menabrak sebuah batu besar dan terpental jatuh semakin ke bawah, saat itu juga keadaan sudah tidak bisa dikendalikan olehnya lagi.
Sementara kedua mobil yang sebelumnya tengah mengejar mereka berdua ini ikut berhenti di tempat. Beberapa pria yang memakai baju berjas hitam-hitam berubuh besar dan nampak mengerikan segera keluar dari mobil mereka untuk melihat lebih dekat apa yang terjadi di bawah sana.
Mobil yang jatuh itu nampak telah hancur dengan api yang sudah menyala membakar bagian mobil tersebut. Para pria berbaju jas hitam tersebut saling berpandangan satu sama lain di tengah derasnya air hujan yang jatuh membasahi jalanan pegunungan tersebut.
Di antara mereka, satu orang pria yang masih berada di dalam mobil, kini ikut keluar dari mobil tersebut. Nampaknya pria tampan dengan rambut yang disurai ke belakang tersebut merupakan salah satu pemimpin di antara mereka, sehingga kedatangan pria tinggi tersebut langsung menarik perhatian para pria bertubuh besar di sana. Mereka menatap hormat ke arah pria yang terlihat berusia lebih muda tersebut.
“Bagaimana keadaannya?” suara yang terdengar dalam dan seksi tersebut tercampur dengan suara rintik hujan yang cukup keras. Suara itu cukup meredam keramaian area pegunungan tersebut malam ini sehingga membuat mereka semua berbicara dengan suara lebih keras satu sama lain. selain itu, mereka semua menggunakan bahasa Jepang dengan fasih. Penampilan dan bahasa mereka sungguh menunjukkan bahwa mereka bukanlah penduduk asli di negara Indonesia tersebut.
“Saya yakin mereka sudah aman, Shima-san!” jawab salah satu dari pria bertubuh kekar tersebut dengan hormat. Semua pria di sana sudah paham bahwa maksud dari kata ‘Aman’ yang digunakan oleh pria tersebut merupakan sebuah istilah yang dipakai mereka dalam menjelaskan bahwa tugas yang mereka lakukan telah berhasil dituntaskan. Atau bisa disebut juga mereka telah berhasil menghabisi target yang mereka incar.
Pria yang dipanggil Shima tersebut mendekat lebih ke tepi pembatas jalan untuk menatap lebih dekat ke arah bawah di mana jurang yang cukup dalam di sana berada. Terlihat bekas gesekan mobil di sana yang menuju ke bawah.
Pria bernama Shima tersebut mengira bahwa cepat atau lambat keadaan di bawah sana akan tercium juga oleh penduduk setempat terebih dulu, atau bahkan pihak kepolisian yang bertugas. Pria berwajah oriental Jepang tersebut mengalihkan pandangan mata tajamnya ke arah sekitar.
Keadaan area yang cukup gelap dengan pencahayaan minim, ditambah tidak banyak kamera pengintai yang dipasang di sekitar tempat tersebut membuat pria tampan tersebut cukup merasa lega. Mereka tidak perlu bersusah payah menyembunyikan bekas tangan mereka pada kejadian malam ini.
Hujan yang deras dengan tanpa adanya saksi yang melihat kejadian malam ini akan semakin membantu memudahkan tugas mereka di negeri asing ini.
“Baguslah. Ayo kita pergi dari sini. Kita harus mencari gadis itu secepatnya, sebelum mereka yang mendapatkan gadis itu lebih dulu,” titah pria bernama Shima tersebut. Pria bertubuh tinggi dan proporsional tersebut lalu membalikkan tubuh kembali menuju ke arah mobil mereka.
Tanpa kata para pria tersebut juga ikut mengikuti langkah Shima dan sama-sama masuk ke dalam mobil. Tidak lama kemudian kedua mobil tersebut sudah meninggalkan area kecelakaan itu.
***
Hujan sore itu tidak henti jatuh membasahi alam di sekitarnya. Tidak memedulikan keadaan seorang gadis berbaju hitam yang tengah berdiri di atas gundukan tanah berbatu bertuliskan kedua nama yang paling berarti dalam hidupnya.
Baju dan rambut panjangnya sudah basah akan air hujan. Membuatnya terlihat seperti anak anjing yang menyedihkan sendirian berdiri di bawah derasnya hujan yang seakan ikut berkabung atas kematian kedua orang tuanya. Menutupi air mata yang jatuh deras membasahi kedua pipinya saat ini. Ingatan gadis itu mengenang di hari terakhir dirinya berinteraksi dengan kedua orang tuanya.
“Kanae, bunda akan pulang secepatnya. Kau baik-baik saja di rumah ya. Tunggu bunda dan papa pulang, lalu kita akan merayakan hari ulang tahunmu nanti, oke?!” Suara lembut itu terdengar merdu di telinga gadis yang dipanggil Kanae itu. Gadis yang saat ini masih berdiri diam di tengah-tengah makam kedua orang tuanya. Menundukkan kepalanya dengan wajah sendu menatap kedua pusaran orang tuanya.
“Iya Bunda. Hati-hati di jalan ya. Papa tidak lupa kado buat Kanae kan Bun?”
“Hahaha tentu saja tidak. Kadonya sudah ada di dalam mobil. Kita akan sampai saat pagi nanti. Kamu lebih baik istirahat, tidur di rumah. Ini sudah malam, Sayang.”
“Ya, baiklah. Kanae mau tidur Bunda. Titip salam sama papa ya.”
“Ya Sayang. Selamat malam. Kami mencintaimu.” Dan panggilan pun diputus. Kanae tidak pernah menyangka itu adalah panggilan dan percakapan terakhir yang bisa dilakukannya dengan bundanya. Karena pagi harinya gadis itu tidak kunjung mendapat kabar kedatangan kedua orang tuanya dari perjalanan bisnis.
Hingga hari menjelang siang, barulah dirinya menerima kabar mengejutkan itu. Mobil kedua orang tuanya jatuh ke jurang. Laporan kepolisian mengatakan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan karena keadaan cuaca yang malam itu memang sedang hujan deras, dan didukung dengan jalan pegunungan yang cukup licin sehingga mobil tersebut tergelincir ke samping lalu menabrak pembatas jalan dan jatuh ke dalam jurang. Tidak ada korban selamat di dalam mobil itu.
Kanae tidak pernah menyangka dirinya akan menjadi sebatang kara secepat ini. Di usianya yang 17 tahun, Kanae telah kehilangan kedua penopang hidupnya.
“Hiks hiks Bunda! Bunda! Papa! Kenapa kalian tega ninggalin Kanae sendirian di sini?! Kanae harus bagaimana hiks hiks!” tangis gadis itu semakin keras. Berkali-kali gadis itu mengusap genangan air mata yang terus menerus mengalir di kedua pipinya. Hingga dirinya tidak bisa menahan lagi. Gadis bernama Kanae itu akhirnya menutup wajah sembabnya dengan kedua tangan. Setelah itu tubuhya meluruh jatuh ke bawah, jongkok sendirian di sana sembari melipat kedua tangan di atas kedua lututnya. Kanae menyembunyikan wajah manisnya di sela lipatan lengannya itu dan menangis kencang di sana. Tdak memedulikan air hujan yang semakin deras jatuh membasahi tubuh kecilnya.
Beberapa hari setelah itu, Kanae terbaring lemas di atas ranjangnya, sendirian di dalam rumah yang terasa begitu sepi setelah kepergian kedua orang tuanya. Kanae jatuh sakit, demam tinggi karena kehujanan dalam waktu lama pada malam itu. Dirinya mau tidak mau harus ijin tidak masuk sekolah karena sakit.
Gadis itu hanya bisa terdiam di tempat tidur dan mengurus dirinya sendiri. pagi ini mata jernih itu sudah terbuka dengan wajah sayunya. Beberapa menit berlalu dan gadis itu masih terdiam di tempat. Kanae merasa malas bergerak dari atas ranjang.
/0/14042/coverorgin.jpg?v=a62ab8552e5eae427a21851970380638&imageMogr2/format/webp)
/0/3201/coverorgin.jpg?v=3c47f9ecf965f82292fbbbc3d30da983&imageMogr2/format/webp)
/0/12716/coverorgin.jpg?v=a3a8082f94dbd5c1a0ea002f26acaa1d&imageMogr2/format/webp)
/0/2363/coverorgin.jpg?v=8445b9eabc85f34a17c5fee131e39afc&imageMogr2/format/webp)
/0/6013/coverorgin.jpg?v=b0ee2f07c39ee854659e7e488aa4fcb0&imageMogr2/format/webp)
/0/2461/coverorgin.jpg?v=683a12710704c0b740349e37f56726c5&imageMogr2/format/webp)
/0/3985/coverorgin.jpg?v=266618c9059c3178d5f9ead60dba40fd&imageMogr2/format/webp)
/0/12560/coverorgin.jpg?v=9c36f962e60bf6857902d5f5e76eebf0&imageMogr2/format/webp)
/0/16143/coverorgin.jpg?v=c5bfd7b352b9b2d19c195a898e08f533&imageMogr2/format/webp)
/0/11021/coverorgin.jpg?v=1dd5ec32ffc5c0e26ccb3eb75c2dc0e9&imageMogr2/format/webp)
/0/13500/coverorgin.jpg?v=9fb612d78b76a5f3f6e0127825d86ded&imageMogr2/format/webp)
/0/22648/coverorgin.jpg?v=da2682ebdede2ab76abd7c8810388e2e&imageMogr2/format/webp)
/0/16087/coverorgin.jpg?v=f425e603ef7efb0b818e541223c50205&imageMogr2/format/webp)
/0/2915/coverorgin.jpg?v=20d0d59048f4e4eeb5abe54d984c4b9c&imageMogr2/format/webp)
/0/13045/coverorgin.jpg?v=54889b55ef09bc4fb2f5e56cab69c14d&imageMogr2/format/webp)
/0/13416/coverorgin.jpg?v=eea3ea4e82fb028f2b9e4656fc67c77f&imageMogr2/format/webp)
/0/8164/coverorgin.jpg?v=f4aa42100d8a061d880270e14b5d538e&imageMogr2/format/webp)
/0/5306/coverorgin.jpg?v=012ca8746a9e37da3052943e031feac2&imageMogr2/format/webp)
/0/3232/coverorgin.jpg?v=d1fa117bdc4a6212b70803ec5212677f&imageMogr2/format/webp)
/0/2624/coverorgin.jpg?v=e6f881395758d217272b9b32d202169e&imageMogr2/format/webp)