Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Sang Pemuas
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Hamil dengan Mantan Bosku
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Suamiku Nakal dan Liar
"Apa ini kejutan untukku?" sumber suara dari balik pintu mengejutkan semua orang. Tidak kalah dengan sosok lelaki dan perempuan yang menoleh dengan wajah penuh ketakutan.
Sekarang, senyuman yang semula tampak bahagia kini luntur seketika karena sebuah pengkhianatan berada di depan mata.
Yah, seorang wanita yang berniat untuk memberikan kejutan dihari kepulangannya, lalu kini berakhir tragis.
"Cinta, aku bisa menjelaskannya!" ujar pria yang kini memilih memberikan cincin pada seorang wanita.
"Tidak, aku rasa semua sudah jelas dan kau mengkhianati aku." Cinta pun langsung berlari dan sekarang dirinya merasa benar-benar tersesat hanya karena cinta.
"Cinta, tunggu!" teriak lelaki yang bernama Max.
"Apa yang harus aku tunggu lagi! Sekarang aku tersesat dan itu sebuah kesalahan terbesarku karena mencintaimu." Cinta pun menatap tajam ke arah Max, menunjuk dadanya dengan sangat keras hingga lelaki itu pun, hampir saja kehilangan keseimbangan.
"Hiks … hiks … apa artinya aku bagimu selama ini, apa!" Dengan isak tangis penuh kehancuran, Cinta berbicara dan berusaha menguatkan diri.
"Aku minta maaf Cinta, aku minta maaf. Ini salahku dan Shella hamil jadi di sini aku–,"
"Cukup, kau telah menghancurkan kepercayaanku dan sekarang menjauh dariku!" pekik Cinta penuh dengan amarah, air mata tak lagi terbendung. Kekecewaan pada lelaki yang hampir tiga tahun membersamainya tega menghancurkannya.
"Cinta … aku mohon maafkan aku," ucap Max lagi dan Cinta pun segera memasuki mobilnya. Namun, lagi-lagi wanita itu tidak menghiraukannya.
Di mobil.
"Kenapa Tuhan, kenapa? Apa aku tidak boleh bahagia dan harus menjadi wanita yang begitu menyedihkan, apa aku tidak pantas bahagia? jawab Tuhan!" Cinta meracau di dalam mobil. Marah bercampur kecewa telah menyatu di dalam dirinya dan saat ini tujuannya adalah bar, menghabiskan waktu yang telah ia buang. Bahkan tidak peduli seberapa sakit hatinya karena yang dibutuhkan sekarang adalah, berusaha mengobati lukanya dengan berbagai cara.
Pukul satu dini hari, suasana sedikit dingin karena angin berhembus dengan kencang. Terlihat di atas sana langit sedang tidak baik-baik saja dan bisa jadi sebentar lagi, hujan akan turun dan ikut menangis menemaninya yang telah gagal dalam sebuah hubungan.
Slepp.
Tiba-tiba sebuah bayangan kembali terlintas di pikirannya, yah mimpi yang terus menghantui kini tiba-tiba melewatinya, hingga mobil pun dipacu tak terkontrol sampai akhirnya.
Aaaaaaaaaaaaa.
Byuuur.
"Apa ini akhir dari kisahku? Apa ini rencana Tuhan untuk membuatku melupakan semua tentangnya?" ucapan itu hanya mampu dikatakan di dalam hati. Nuraninya berkata jika hidupnya telah selesai.
Saat ini, di dalam air, tubuh Cinta tidak berdaya. Senyuman terakhirnya bahwa menandakan jika dirinya baik-baik saja dan semua telah berakhir dengan kematian. Namun, jika dirinya diberi kesempatan maka jawabannya seseorang yang berada di mimpinya agar tidak lagi mengganggu rasa penasarannya.
"Tangan … yah, ini tangan." Masih berusaha sadar walau sebentar lagi kesadaran itu lenyap di bawah air.
"Ciuman … kenapa aku merasa ada seseorang menciumku?" dalam keadaan antara sadar tidaknya, Cinta merasakan bibir seseorang telah menyentuh bibirnya. Sialnya lagi Cinta seperti terhipnotis hingga mengikuti alurnya dan.
"Tidak, ini tidak mungkin. Mana mungkin semua ini terjadi dan dia …?" Di dalam pikirannya belum bisa menemukan jawaban, tetapi seketika ciuman itu berhenti dan sebuah tangan menariknya ke atas.
Argh.
Sebuah erangan terdengar menyakitkan karena Cinta berusaha naik ke tepi sungai. Lalu, untuk sejenak ia pun berpikir jika dirinya sudah mati, tetapi tiba-tiba saja sebuah cahaya mendekatinya.
"Hai, apa kamu baik-baik saja?" sebuah pertanyaan dari seseorang yang membawa senter.
"A-aku ada di mana?" belum sempat sosok lelaki itu menjawab, tiba-tiba Cinta mulai terkulai lemah.
"Hai … bangun! Jangan mati di sini," kata pria itu lagi yang terus mencoba menggoyangkan tubuh Cinta.
"Ish, kenapa dengan wanita ini. Pasti awalnya mau bunuh diri," celoteh pemuda tersebut, lalu dengan terpaksa akhirnya mau tak mau harus menolong dan membawanya pergi.
Keesokan paginya tepat pukul delapan.
Huh … huh … huh.
Suara napas Cinta naik turun, ketika sebuah mimpi mendatangi lagi dan sepertinya, mimpi itu begitu nyata di mana ketika sosok lelaki membawanya naik ke atas tepi.
"Nak, kamu sudah sadar?" ketika Cinta bangun. Ia melihat dua orang sudah berada di sisinya dan sayangnya Cinta tidak mengetahuinya.
"Ma-af karena saya sudah merepotkan kalian." Dengan menelungkupkan kedua tangannya Cinta meminta maaf.