/0/16778/coverorgin.jpg?v=d263286d0088975b3cbdee6a62f23d5f&imageMogr2/format/webp)
“Cepat keluar!! Nauma, bangun dong! Bantu ibu masak. Sekalian itu suami kamu suruh kerja, jangan tidur aja! Masa udah jadi kepala keluarga malas-malasan sih!" teriak Ibu dengan nada membentak, dan dia terus saja menggedur pintu kamar mereka.
Baru juga ingin bermanja dengan sang istri tercinta, tetapi Ibu mertua Azlan sudah menggedur kamar mereka dengan sangat kencang. Saking kencangnya, engsel pintu hampir terlepas.
“Iya, Bu!” balas Nauma dengan berteriak.
“Ibu kamu masih tidak suka ya Neng sama aku?”
“Akang jangan mikir macam-macam ya, Ibu memang orangnya seperti itu, aku keluar dulu takut Ibu tambah marah.”
Nauma keluar dengan langkah tertatih, mungkin masih ada rasa nyeri akibat pergulatan mereka semalam.
“Ada apa sih, Bu? Jangan bicara keras-keras ih, kasian Akang Azlan, baru bangun tidur juga,” ucap Nauma pada ibunya saat baru membuka pintu.
“Ngapain sih, kamu kasian sama suami kayak gitu? Dasar suami malas! Mana janji dia yang bilang mau cari kerja? Cuman segitu aja bicara dia? Ucapan dia hanya janji yang mustahil jadi kenyataan!"
“Bu, udah ya. Kang Azlan itu suami Nauma. Biar Kang Azlan yang memutuskan. Cari kerja itu gak gampang. Kang Azlan lagi butuh waktu dan selama ini Kang Azlan juga usaha kok, tidak diam saja."
“Alah! Kamu itu. Padahal dulu Ibu jodohin sama yang kaya dan mapan nggak mau. Eh, kamu malah pilih pengangguran kayak dia! Mata kamu buta apa gimana sih? Kecewa Ibu sama kamu Nauma!”
Azlan menghela napas mendengarnya. Ibu mertuanya sengaja mengatakan dengan keras. Nauma kembali masuk ke kamar dengan tersenyum manis karena Nauma tidak mau Azlan merasa sedih.
“Oh iya, Akang mau sarapan apa?” tanya Nauma.
Azlan tidak ingin membuatnya bersedih, dia pun menjawab, “Aku mau susu, tapi dari sumbernya langsung ya,” balas Azlan ambigu, entah Nauma mengerti atau tidak dengan apa yang Azlan katakan.
“Oke kalau gitu, Akang tunggu sebentar di sini.”
Azlan tidak mengerti apakah Nauma paham dengan maksud candaannya atau tidak. Azlan mengikuti langkah Nauma sampai ke ruang tamu.
“Kamu ngapain Neng?!” tanya Ibu Nauma.
“Kang Azlan minta susu langsung dari sumbernya Bu!!” balas Nauma sambil berteriak.
“Pasti kamu nih yang buat Nauma aneh, kamu nyuruh anak saya ngapain?!” Ibu mertuanya marah dan menyalahi Azlan.
“Aku juga nggak tahu Bu,” balas Azlan.
“Sudah sana kamu susulin! Suruh masuk! Bantu Ibu masak!” pinta Ibu.
Baru juga Azlan berdiri ingin menyusul Nauma, Nauma sudah datang dengan membawa sapi yang ada di halaman belakang.
“Ngapain kamu bawa-bawa sapi Neng?”
“Katanya Akang mau minum susu dari sumbernya langsung? Ini aku bawain sapi, biar Akang bisa minum susu langsung dari sumbernya,” jawab Nauma dengan wajah polos.
“Astaga Neng, tega banget nyuruh Akang minum susu sapi dari sapinya langsung, bener-bener kamu mah, buat Akang gemes pengen sentil otak kamu.”
Nauma sangat polos, bukan ini yang Azlan maksud, tetapi sumber yang lainnya. ‘Ah, salahku juga yang berkata ambigu, wajar saja kalau dia salah kaprah,’ ucap Azlan dalam hati sambil menggelengkan kepala.
“Hehehe, jadi salah ya Kang? Akang nggak mau susu sapi, terus Akang maunya susu apa? Susu kambing ya? Bentar ya Kang, Neng ambil dulu kambingnya.”
“Yasalam Neng, Akang gemes banget loh sama kamu, sudahlah, Akang nggak jadi minum susu, kamu ke dapur saja bantuin Ibu, biar Akang yang kembalikan sapinya ke belakang,” ucapnya sambil mengambil alih tali pengekang Sapi yang ada di tangan Nauma.
/0/12198/coverorgin.jpg?v=20250122183116&imageMogr2/format/webp)
/0/6843/coverorgin.jpg?v=0c88eae00f5c998d401ca58c5f039b6f&imageMogr2/format/webp)
/0/15015/coverorgin.jpg?v=be84896a81617c0f5e7559e6ad0abbf0&imageMogr2/format/webp)
/0/16427/coverorgin.jpg?v=73d7cc3ea0bb732e2639d63352fa609b&imageMogr2/format/webp)
/0/15771/coverorgin.jpg?v=2cf5525b5c88e91dcc7146633b37bf07&imageMogr2/format/webp)
/0/18495/coverorgin.jpg?v=fa722c6e46304d6306090e55dc99494a&imageMogr2/format/webp)
/0/16861/coverorgin.jpg?v=1d79d5c8d1067177e47366859cdb07d3&imageMogr2/format/webp)
/0/16204/coverorgin.jpg?v=fd817143ccf5117c121c4285e7c3d270&imageMogr2/format/webp)
/0/9450/coverorgin.jpg?v=d11f7d23467c368108f94bae2251abd9&imageMogr2/format/webp)
/0/15751/coverorgin.jpg?v=1bdf86b5ee5478fbb236687f80b2d534&imageMogr2/format/webp)
/0/19254/coverorgin.jpg?v=c659b82c9199684efc0b7b383a3b2265&imageMogr2/format/webp)
/0/4844/coverorgin.jpg?v=ff65dd9a66e99ce43b5ccb282f790bea&imageMogr2/format/webp)
/0/15686/coverorgin.jpg?v=afcf5a6ff86d6d1f40e69e3ce01b315c&imageMogr2/format/webp)
/0/12963/coverorgin.jpg?v=308a6ac4b11d4165816f683b8ae466c6&imageMogr2/format/webp)
/0/17805/coverorgin.jpg?v=da2604aade4536ab630fb92c1b75f23a&imageMogr2/format/webp)
/0/5626/coverorgin.jpg?v=79f5e94995c9ef2e0230aa95e6050667&imageMogr2/format/webp)
/0/14156/coverorgin.jpg?v=0d6bcf5b3aacc35c4be934b534409f0b&imageMogr2/format/webp)
/0/13499/coverorgin.jpg?v=0eec749d773f606260336124ca19a547&imageMogr2/format/webp)
/0/23102/coverorgin.jpg?v=a2928afe8bb1d339c5b6c27cec1269e9&imageMogr2/format/webp)