/0/13428/coverorgin.jpg?v=f5f1ee039192fbc2be110670d4476ba9&imageMogr2/format/webp)
Nivea Del Castano masih melamun sekian menit saat dirinya terbangun dari tidur malamnya. Dirinya bersandar pada dipan ranjang, berbalut selimutnya memandang kosong ke depan. Jendela berukuran sangat besar di hadapannya tentu masih tertutup tirai. Mana mungkin Seri, sang pelayan pribadinya berani membuka tirai itu di saat nonanya tampak masih tertidur pulas.
“Permisi nona.” Seri melangkah ke hadapan Nivea dan membuat lamunan gadis itu terhenti.
“Ah, kau!”
“Apa sesuatu mengganggu Anda, nona?”
“Hmm. Aku bertemu dengan mendiang Kakek.”
“Apa? Maksud Anda?”
“Seri, sebaiknya kau buka dulu tirai itu!”
Tanpa menjawab, sang pelayan itu sigap melangkah menghampiri jendela di sisi sana lalu membuka semua tirai yang masih tertutup. Serta membuka beberapa bagian jendela agar udara pagi dapat leluasa masuk ke setiap sudut kamar Nivea. Setelahnya, dia pun kembali menghampiri Nivea.
“Apa? Kau menunggu aku bercerita?”
“Hmm. Apa nona tidak ingin bercerita tentang... pertemuan Anda dengan mendiang Kakek Anda?”
Nivea menghela nafas, “Entahlah Seri! Aku begitu sering memimpikan Kakek. Tapi, semalam rasanya... beliau begitu dekat dan aku merasa itu sangat nyata.”
“Apa beliau mengatakan sesuatu?”
Nivea mengangguk, “Tak hanya bicara tapi... kali ini beliau menunjukkan sesuatu padaku.”
“Boleh Saya tahu, nona? Apa yang... ditunjukkan Kakek Anda?”
“Sebuah lukisan. Aku kira itu wajahku, tapi Kakek mengatakan bahwa gadis dalam lukisan itu adalah seorang pelayan kerajaan di tahun.... tahun... Ah, aku tidak ingat tahun berapa dia bilang.”
“Anda yakin, nona?”
“Hmm. Ya, aku yakin Kakek mengatakan bahwa itu bukan diriku. Justru Kakek ingin mengatakan bahwa diriku yang sekarang adalah... gadis itu yang telah terlahir kembali.”
“Apa? Maksud Anda, apakah Anda reinkarnasi dari seorang pelayan kerajaan?”
“Ya. Mungkin itu maksud Kakek. Tapi, untuk apa Kakek mengatakan hal itu padaku? Aku tidak mengerti, Seri.”
“Anda tidak perlu terus memikirkannya, nona. Saya harap Anda tidak terganggu karena mimpi itu.”
“Tapi Seri, apa kau ingat? Aku pernah bercerita padamu tentang bagaimana aku mengetahui kekuatan tanganku. Saat itu, Kakek yang lebih dulu mengetahuinya. Saat itu beliau masih sehat dan mengatakannya padaku di usiaku yang ke tujuh tahun.”
“Tentu nona. Saya ingat Anda pernah menceritakannya pada Saya. Menurut Saya, hal itu berbeda. Satu hal yang disampaikan oleh Kakek saat beliau masih hidup dan yang satunya beliau menyampaikan pada Anda hanya lewat mimpi. Saya... Saya juga tidak mengerti nona. Hahaha. Maaf nona, ini sudah waktunya Anda harus pergi ke toko.”
Lagi-lagi Nivea menghela nafas, “Baiklah, untuk sementara aku akan berhenti memikirkan hal itu, Seri. Bantu aku bersiap-siap sekarang!”
Perlahan Nivea menurunkan kaki-kakinya dari ranjang. Lalu melangkah kepada salah satu sisi jendela yang terbuka lebar. Gadis dengan warna rambut burgundy itu memandang keluar sana, dengan mata cokelatnya tajam menatap suasana pagi di sekeliling kediamannya.
Selang beberapa menit, Seri kembali ke hadapan Nivea untuk mengatakan bahwa air hangatnya telah siap. Seri mempersilahkan nonanya untuk beranjak pergi ke kamar mandi. Sedangkan Seri menyiapkan gaun yang akan dikenakan oleh Nivea hari ini.
Kini Nivea telah duduk di depan meja riasnya. Dia telah mengenakan gaun sederhana berwarna merah muda pilihan Seri. Seperti biasanya, Seri menyisir rambut Nivea dengan lembut kemudian menatanya sesuai keinginan Nivea.
“Apa hari ini Anda berencana mengurai rambut Anda, nona?”
“Tidak. Tolong kau sanggul saja!"
“Baik nona.”
Setelah puas dengan tatanan rambutnya, gadis cantik itu berdiri dari duduknya. Mematut diri sekali lagi di depan cerminnya, lalu beranjak pergi meninggalkan kamarnya.
“Dimana Ibuku, Seri?”
/0/12910/coverorgin.jpg?v=3d99535403fac250b6e6f22f3c3d7b4b&imageMogr2/format/webp)
/0/5865/coverorgin.jpg?v=bc7d1d894048e5f8a0f9e449bd685ea1&imageMogr2/format/webp)
/0/2558/coverorgin.jpg?v=525dc7f08b3ad050b229c4eeac4521f4&imageMogr2/format/webp)
/0/13274/coverorgin.jpg?v=fee11f22e94881e7d6bf2cd24f6d0781&imageMogr2/format/webp)
/0/5306/coverorgin.jpg?v=012ca8746a9e37da3052943e031feac2&imageMogr2/format/webp)
/0/17785/coverorgin.jpg?v=86dde25f3ab3d9f218ff50cc775f2d06&imageMogr2/format/webp)
/0/18268/coverorgin.jpg?v=297ee742711dcff1106f60cd69012e81&imageMogr2/format/webp)
/0/16253/coverorgin.jpg?v=b07eac91bdcf93e5e5c8aae30b2b5b3c&imageMogr2/format/webp)
/0/5470/coverorgin.jpg?v=cbdf88d81c2addfd83ee09b879732ab1&imageMogr2/format/webp)
/0/3445/coverorgin.jpg?v=65301042cde472e4db046a33b8ddc99d&imageMogr2/format/webp)
/0/3495/coverorgin.jpg?v=432c15f4c9da0a4d8f1c72fe80874691&imageMogr2/format/webp)
/0/12844/coverorgin.jpg?v=74b469f26b6c25ab228148ba0cf7e518&imageMogr2/format/webp)
/0/20365/coverorgin.jpg?v=9ea048a156a07abc0a8d4e99c56abc47&imageMogr2/format/webp)
/0/7146/coverorgin.jpg?v=cfc7e3b77fde65377f0a642b218879f9&imageMogr2/format/webp)
/0/17653/coverorgin.jpg?v=3bd50c0b069926fc1baf600374fce3aa&imageMogr2/format/webp)
/0/2730/coverorgin.jpg?v=1e4a864a7bd0932a298738a067ff4eeb&imageMogr2/format/webp)
/0/2900/coverorgin.jpg?v=41cd78c0c8bb9aff9a0541a13ce63e1b&imageMogr2/format/webp)
/0/6835/coverorgin.jpg?v=864210cdcc1b414060b66ea0b8b1e14f&imageMogr2/format/webp)
/0/18319/coverorgin.jpg?v=8658d886ce623d3b85471d091e38e670&imageMogr2/format/webp)
/0/2920/coverorgin.jpg?v=98acc4a30862b06bcde37c55161ec75e&imageMogr2/format/webp)