Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Duke's Daughter

The Duke's Daughter

NOVIA RESPATI

5.0
Komentar
2.6K
Penayangan
51
Bab

Nivea Del Castano, seorang gadis yang seringkali melawan pada kehendak sang ayah. Dengan keberanian yang dimilikinya, dia selalu dapat membuktikan bahwa pilihannya sendiri bukanlah sesuatu yang salah. Kejujuran adalah hal mutlak baginya, dia tak peduli jika harus menyakiti perasaan siapapun dengan kejujurannya. Hingga suatu hari dirinya mengetahui bahwa dia adalah wujud reinkarnasi dari seorang gadis yang hidup ratusan tahun lalu. Nivea tak dapat menghindar, karena berlari kemanapun takdirnya akan tetap sama. Masih inginkah Nivea berlari? Ketika hatinya telah terpaut pada sosok Matias Vander Lawrence yang membuat hidupnya jadi lebih berwarna.

Bab 1 Bertemu Kakek

Nivea Del Castano masih melamun sekian menit saat dirinya terbangun dari tidur malamnya. Dirinya bersandar pada dipan ranjang, berbalut selimutnya memandang kosong ke depan. Jendela berukuran sangat besar di hadapannya tentu masih tertutup tirai. Mana mungkin Seri, sang pelayan pribadinya berani membuka tirai itu di saat nonanya tampak masih tertidur pulas.

"Permisi nona." Seri melangkah ke hadapan Nivea dan membuat lamunan gadis itu terhenti.

"Ah, kau!"

"Apa sesuatu mengganggu Anda, nona?"

"Hmm. Aku bertemu dengan mendiang Kakek."

"Apa? Maksud Anda?"

"Seri, sebaiknya kau buka dulu tirai itu!"

Tanpa menjawab, sang pelayan itu sigap melangkah menghampiri jendela di sisi sana lalu membuka semua tirai yang masih tertutup. Serta membuka beberapa bagian jendela agar udara pagi dapat leluasa masuk ke setiap sudut kamar Nivea. Setelahnya, dia pun kembali menghampiri Nivea.

"Apa? Kau menunggu aku bercerita?"

"Hmm. Apa nona tidak ingin bercerita tentang... pertemuan Anda dengan mendiang Kakek Anda?"

Nivea menghela nafas, "Entahlah Seri! Aku begitu sering memimpikan Kakek. Tapi, semalam rasanya... beliau begitu dekat dan aku merasa itu sangat nyata."

"Apa beliau mengatakan sesuatu?"

Nivea mengangguk, "Tak hanya bicara tapi... kali ini beliau menunjukkan sesuatu padaku."

"Boleh Saya tahu, nona? Apa yang... ditunjukkan Kakek Anda?"

"Sebuah lukisan. Aku kira itu wajahku, tapi Kakek mengatakan bahwa gadis dalam lukisan itu adalah seorang pelayan kerajaan di tahun.... tahun... Ah, aku tidak ingat tahun berapa dia bilang."

"Anda yakin, nona?"

"Hmm. Ya, aku yakin Kakek mengatakan bahwa itu bukan diriku. Justru Kakek ingin mengatakan bahwa diriku yang sekarang adalah... gadis itu yang telah terlahir kembali."

"Apa? Maksud Anda, apakah Anda reinkarnasi dari seorang pelayan kerajaan?"

"Ya. Mungkin itu maksud Kakek. Tapi, untuk apa Kakek mengatakan hal itu padaku? Aku tidak mengerti, Seri."

"Anda tidak perlu terus memikirkannya, nona. Saya harap Anda tidak terganggu karena mimpi itu."

"Tapi Seri, apa kau ingat? Aku pernah bercerita padamu tentang bagaimana aku mengetahui kekuatan tanganku. Saat itu, Kakek yang lebih dulu mengetahuinya. Saat itu beliau masih sehat dan mengatakannya padaku di usiaku yang ke tujuh tahun."

"Tentu nona. Saya ingat Anda pernah menceritakannya pada Saya. Menurut Saya, hal itu berbeda. Satu hal yang disampaikan oleh Kakek saat beliau masih hidup dan yang satunya beliau menyampaikan pada Anda hanya lewat mimpi. Saya... Saya juga tidak mengerti nona. Hahaha. Maaf nona, ini sudah waktunya Anda harus pergi ke toko."

Lagi-lagi Nivea menghela nafas, "Baiklah, untuk sementara aku akan berhenti memikirkan hal itu, Seri. Bantu aku bersiap-siap sekarang!"

Perlahan Nivea menurunkan kaki-kakinya dari ranjang. Lalu melangkah kepada salah satu sisi jendela yang terbuka lebar. Gadis dengan warna rambut burgundy itu memandang keluar sana, dengan mata cokelatnya tajam menatap suasana pagi di sekeliling kediamannya.

Selang beberapa menit, Seri kembali ke hadapan Nivea untuk mengatakan bahwa air hangatnya telah siap. Seri mempersilahkan nonanya untuk beranjak pergi ke kamar mandi. Sedangkan Seri menyiapkan gaun yang akan dikenakan oleh Nivea hari ini.

Kini Nivea telah duduk di depan meja riasnya. Dia telah mengenakan gaun sederhana berwarna merah muda pilihan Seri. Seperti biasanya, Seri menyisir rambut Nivea dengan lembut kemudian menatanya sesuai keinginan Nivea.

"Apa hari ini Anda berencana mengurai rambut Anda, nona?"

"Tidak. Tolong kau sanggul saja!"

"Baik nona."

Setelah puas dengan tatanan rambutnya, gadis cantik itu berdiri dari duduknya. Mematut diri sekali lagi di depan cerminnya, lalu beranjak pergi meninggalkan kamarnya.

"Dimana Ibuku, Seri?"

"Ah, duchess Elvira sedang menikmati tehnya di taman belakang."

Dengan mengangkat sedikit bagian depan gaunnya, dia pun melangkah ke arah taman yang berada di sisi belakang kediamannya. Nivea berniat menemui sang Ibu sebelum pergi ke toko roti miliknya. Sementara Seri akan terus mengekor di balik tubuhnya.

"Selamat pagi, Ibu."

"Ah, kau Nivea. Selamat pagi sayang. Apa tidurmu nyenyak?"

"Hmm. Aku rasa cukup nyenyak."

"Apa kau... akan langsung pergi ke tokomu?"

"Ya Ibu. Aku akan pergi sekarang."

"Hmm. Baiklah! Semoga harimu menyenangkan, anakku!"

Nivea sedikit membungkuk, "Terima kasih, Ibu. Aku harap kau juga selalu diberkati."

Kereta kuda dan seorang kusirnya telah siap mengantar Nivea dan Seri. Dalam perjalanan mereka, Seri membuyarkan lamunan Nivea.

"Nona, maaf. Boleh Saya bicara?"

"Ya? Kau ingin mengatakan apa, Seri? Kenapa harus bertanya sebelumnya?"

"Ah, karena Saya lihat Anda tampak sedang memikirkan sesuatu."

"Tentu! Aku memang sedang memikirkan sesuatu. Sesuatu yang tampaknya mulai menggangguku. Tapi, kau ingin bicara tentang apa?"

"Kakak kelas Anda di perguruan ketiga, sepertinya pemuda itu menyukai Anda."

"Hah? Apa katamu? Siapa kakak kelas yang kau maksud?"

"Ah, itu nona.. dia putra dari count Antonio."

"Hahaha. Kau bercanda Seri?"

"Tidak nona. Pemuda itu meminta Saya menyampaikan salamnya untuk Anda."

"Apa? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?"

"Saya.. Saya tidak ingat nona. Karena tadi pagi Anda membahas tentang pertemuan dengan mendiang Kakek Anda, Saya jadi lupa untuk menyampaikannya. Maafkan kecerobohan Saya, nona."

"Tidak masalah! Tapi, kapan kau bertemu dengan Matias?"

"Kemarin sore, saat Saya sedang membeli buah untuk duchess Elvira. Saya lihat pemuda itu juga membeli beberapa jenis buah dari toko yang sama."

"Apa yang dikatakannya padamu? Apa dia bilang kalau dia menyukaiku?"

"Dia hanya bilang, tolong sampaikan salamku untuk nona Nivea. Ya, hanya itu."

"Dan kau mengartikan salam darinya sebagai tanda... bahwa dia menyukaiku? Huh, kau bercanda Seri!"

"Itu suatu kemungkinan, nona. Bukankah sejak dulu... dia suka mencari perhatian pada Anda? Tapi Saya rasa, Anda kurang peka pada sikapnya."

"Benarkah? Apa aku kurang peka? Ah, sudahlah Seri! Aku tak ingin membahas Matias."

Seri membimbing Nivea menapakkan kakinya di depan bangunan toko rotinya. Seperti kebiasaannya, saat tiba di dalam area toko Nivea akan berjalan lebih dulu ke area dimana biasanya para pelanggan dapat duduk menikmati suguhan roti dan minuman yang dijajakan di toko itu. Lalu kemudian langkahnya tertuju pada sepanjang etalase rotinya dan terakhir, Nivea baru akan menuju ke dapurnya di bagian belakang meja pemesanan.

Di toko roti itulah tempat Nivea menghabiskan banyak waktu sehari-harinya. Gadis itu begitu mencintai pekerjaannya membuat berbagai macam jenis roti. Dengan sepenuh hati, Nivea mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk menghasilkan roti-roti yang pantas dinikmati oleh semua kalangan di negeri itu.

Nivea tak pernah mengambil banyak keuntungan dari usaha yang dijalaninya. Baginya, dia bahagia dapat bebas melakukan sesuatu hal yang dia sukai. Dan baginya, setiap orang berhak menikmati sebuah roti tanpa harus membedakan dia datang dari kalangan mana. Maka tak heran, jika toko rotinya memiliki banyak pelanggan. Nivea juga sangat ramah memperlakukan semua orang yang ditemuinya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh NOVIA RESPATI

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
The Duke's Daughter
1

Bab 1 Bertemu Kakek

13/06/2023

2

Bab 2 KAKAK KELAS

13/06/2023

3

Bab 3 Ledakan di Jalan Hawkins

13/06/2023

4

Bab 4 Perjamuan Teh

13/06/2023

5

Bab 5 Kabar Dari Ayah

13/06/2023

6

Bab 6 Mencuri Pandang

14/06/2023

7

Bab 7 Pangeran Edmund

14/06/2023

8

Bab 8 Nivea dan Duke Eduardo

14/06/2023

9

Bab 9 Wajah Pucat Nivea

14/06/2023

10

Bab 10 Menghindari Seseorang

14/06/2023

11

Bab 11 Seperti Penguntit

15/06/2023

12

Bab 12 Kucing Jantan

15/06/2023

13

Bab 13 Tuan Putri Nicole

16/06/2023

14

Bab 14 Kebun Strawberry

16/06/2023

15

Bab 15 Bermain Hujan

17/06/2023

16

Bab 16 Kedatangan Pangeran Edmund

17/06/2023

17

Bab 17 Kiriman Makan Siang

18/06/2023

18

Bab 18 Nona Isabel

18/06/2023

19

Bab 19 Berbelanja ke Pasar

19/06/2023

20

Bab 20 Dua Lelaki Mencurigakan

19/06/2023

21

Bab 21 Gaun Untuk Martha

20/06/2023

22

Bab 22 Kalung Pemberian Matias

20/06/2023

23

Bab 23 Akhir Perjamuan

21/06/2023

24

Bab 24 Kesedihan Tuan Putri

21/06/2023

25

Bab 25 Pesta Para Gadis

22/06/2023

26

Bab 26 Penyelidikan Dimulai

22/06/2023

27

Bab 27 Bersandiwara

23/06/2023

28

Bab 28 Penyelidikan Berlanjut

23/06/2023

29

Bab 29 Kekecewaan Tuan Putri

24/06/2023

30

Bab 30 Seri Menjemput Matias

24/06/2023

31

Bab 31 Taman Edelweis

25/06/2023

32

Bab 32 Nivea Memberitahu Rahasianya

25/06/2023

33

Bab 33 Jatuh Sakit

26/06/2023

34

Bab 34 Rencana Berikutnya

26/06/2023

35

Bab 35 Pesan dari Kakek

27/06/2023

36

Bab 36 Matias dan Rodrigues

27/06/2023

37

Bab 37 Topeng Pangeran Edmund

28/06/2023

38

Bab 38 Kemarahan Count Antonio

28/06/2023

39

Bab 39 Bersama Duchess Valerie

29/06/2023

40

Bab 40 Gerimis Membawanya Kembali

29/06/2023