Perjalanan panjang seorang gadis dalam impiannya mendapatkan cinta lelaki yang didambakannya. Sonia tak pernah sanggup melupakan cinta satu malamnya. Meski mungkin hari itu tak berarti apapun bagi Hendra. Bertahun-tahun Sonia memendam rindu dan tangisnya seorang diri tiap kali dirinya teringat akan sosok lelaki itu. Dari kejauhan Sonia tetap menanti dan berharap pertemuan kembali dengan Hendra. Meski tahu cintanya bertepuk sebelah tangan, harapan yang seolah hanya harapan kosong itu, tak pernah surut sedikit pun. Masihkah mungkin Sonia meraih cintanya? Ataukah sisa usianya dihabiskan seorang diri demi mempertahankan cintanya pada Hendra? Karena bagi Sonia, dirinya tak dapat melihat lelaki lagi selain Hendra di matanya.
Aku Sonia, seorang gadis pekerja administrasi pada salah satu perusahaan kontraktor di Jakarta. Aku baru dua tahun bekerja disini. Aku berasal dari keluarga sederhana, aku tinggal berdua saja dengan ibuku, yang kini juga masih aktif bekerja sebagai staf personalia pada perusahaan swasta. Di akhir pekan, biasanya kami menyambangi kedua orang tua beliau yang tinggal di kota Tangerang. Jujur saja, aku tipe orang yang lebih suka berkumpul bersama keluarga besarku ketimbang berlama-lama nongkrong di kedai kopi bersama teman-teman yang notabene hanya untuk membahas pepesan kosong.
Sejak perceraian kedua orang tuaku sebelas tahun yang lalu, aku tidak pernah sekalipun bertemu dengan papa. Bukan karena aku anak yang kurang ajar, tetapi beliau
sendirilah yang menutup komunikasinya dengan kami. Dan sejak perceraian itulah ibuku seorang diri banting tulang menafkahi biaya hidup kami dan pastinya untuk
pendidikanku. Karena faktanya papaku bukanlah seseorang yang bertanggungjawab bahkan terhadap darah dagingnya sendiri. Tampaknya kini beliau telah tenggelam dibodohi oleh wanita yang beliau pilih untuk dinikahinya. Dan hingga detik ini ibuku belum pernah menikah lagi. Setahuku, beliau memang sempat memiliki kekasih, namun pada akhirnya ibuku belum siap untuk memiliki pendamping lagi.
Aku lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan administrasi perkantoran. Bisa dibilang, dulu aku tergolong siswi yang berprestasi di sekolah. Kecerdasanku kerap diakui oleh guru-guru dan teman-teman, serta tak ketinggalan keluarga besarku. Dan keberuntungan pun selalu menyertaiku hingga akhirnya aku bisa mendapatkan pekerjaan sebaik ini tidak sampai satu tahun setelah aku menamatkan sekolah. Aku mendapat pekerjaan ini melalui iklan yang ku baca di internet.
Atasanku di kantor, sangat mengapresiasi kinerjaku selama dua tahun ini. Bahkan terkadang aku kewalahan karena merasa diriku yang paling beliau andalkan. Awalnya aku hanya menguasai tugas-tugas dalam bidang pekerjaanku saja, tapi lama-kelamaan aku dituntut untuk bisa mengerjakan tugas beberapa rekan kerjaku yang lain. Dari mulai memproses tagihan perusahaan hingga membuat gambar struktur bangunan. Gunanya, agar sewaktu-waktu aku dapat memback up pekerjaan mereka ketika mereka berhalangan hadir di kantor.
Salah satu rekan kerjaku, Mia juga pernah terang-terangan mengatakan di hadapan beberapa teman yang lain bahwa aku sangat mudah menerima pelajaran baru.
Menurutnya, tidak sulit mengajarkan bidang pekerjaannya kepadaku. Aku sangat cepat dalam menangkap ilmu yang dia berikan padaku. Namun dimanapun tempatku berpijak, aku tetap sebagai Sonia yang selalu rendah hati dan apa adanya dengan semua kekurangan yang melekat pada diriku.
Ah iya, kata orang-orang aku punya wajah yang manis. Kulitku nyaris lebih gelap dari warna sawo matang, namun disitulah letak pesonaku. Mereka juga mengatakan bahwa aku memiliki senyuman yang memikat. Aku tidak suka memiliki rambut panjang. Rambut hitamku ini jatuh beberapa senti di bawah telinga. Alisku cukup tebal, aku tidak pernah suka memperlakukan hal-hal aneh pada alisku seperti mencukur atau membentuknya. Aku punya bibir yang tebal dan seksi. Serta hidung yang cukup bisa dikatakan mancung. Namun, untuk ukuran seorang perempuan
tubuhku masih kurang tinggi. Hanya sekitar seratus lima puluh enam sentimeter saja.
Hari Sabtu ini aku mendapat undangan dari salah satu teman semasa sekolahku yang bernama Cintya. Lewat pesan singkat Cintya mengharapkan kehadiranku pada hari bahagianya nanti. Meski kami tidak cukup dekat namun kami pernah duduk di satu kelas yang sama selama dua tahun. Aku juga telah mengatakan padanya bahwa nanti, aku pasti akan menghadiri acara resepsinya. Karena aku sangat menghargai undangan darinya.
Setiap hari Sabtu, aku bekerja hingga pukul dua siang. Rencana ku untuk Sabtu ini, setelah jam kerja berakhir aku akan langsung bergegas pulang untuk beristirahat
sejenak sebelum menghadiri acara resepsi pernikahan Cintya, pukul tujuh malam di salah satu aula gedung yang berada di utara kota Jakarta.
Ah iya, aku ini tinggal di salah satu perumahan daerah Kalimalang, Jakarta Timur. Sedang selama ini aku bekerja di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sehingga sehari-harinya aku lebih nyaman beraktivitas dengan menumpang moda transportasi massal yaitu kereta api. Selain karena waktu tempuhnya lebih cepat, tarifnya juga sangat terjangkau. Dan rencananya aku akan pergi ke acara resepsi Cintya dengan menumpang taksi. Karena aku akan berangkat seorang diri, tidak ada teman lainnya yang tinggal di sekitaran rumahku.
Namun aku sudah mengatur janji dengan Vina, teman sebangkuku semasa sekolah dulu. Dari sekian banyaknya teman satu angkatan, hanya Vina yang sampai saat ini masih sangat dekat denganku. Itu karena aku tipe orang yang tidak mudah untuk percaya pada orang lain. Dan hanya berteman dekat dengan Vina lah, aku merasa nyaman dan percaya.
Rencananya nanti, kami akan bertemu di loby gedung resepsi pukul tujuh malam lewat lima belas menit.
Dan kini tibalah hari Sabtu, waktunya kami harus menghadiri acara resepsi pernikahan Cintya.
Pukul tiga sore lewat lima menit, aku baru tiba di rumah. Hari ini ibuku libur, sehingga beliau beristirahat di rumah saja menonton acara tayangan televisi.
"Bu, nanti malam aku pergi kondangan ya. Ibu ngga apa-apa kan, di rumah sendirian?"
"Ngga apa-apa, kamu kan juga jarang pergi belakangan ini."
"Atau ibu mau ikut aku?", aku tersenyum menggodanya.
"Ngga lah, kamu sama Vina saja. Tapi hati-hati ya, kamu sendirian di jalan.", ucap ibu dengan nada harap-harap cemasnya.
Aku pun berlalu meninggalkan beliau yang sedang selonjoran di atas karpet, di ruang televisi kami sambil menonton film drama sore. Aku lantas membersihkan diri dan mengambil porsi makan soreku setelahnya. Aku makan seorang diri di kamar diiringi alunan sederet musik pop favoritku yang ku putar dari dalam laptop. Mungkin karena kelelahan, setelah makanan di piringku tandas aku lantas ketiduran sebelum sempat mengembalikan piring kotornya ke dapur.
Menjelang pukul enam petang, ibu menghampiriku ke kamar. Beliau duduk di samping tubuhku yang masih tertidur, kemudian segera membangunkan aku dengan lembut seraya mengusap rambut depanku yang menutupi sebagian wajah.
"Kak, jalan jam berapa? Sudah mau gelap, kamu ngga siap-siap?", bisik ibu di telinga kananku.
Aku pun tersadar dan mencoba membuka kedua mata, "Iya Bu. Jam berapa sekarang?"
"Jam enam kurang sepuluh."
Aku bangkit dari posisi rebahku dan duduk sambil mengucek-ngucek sebelah mataku di samping ibu, aku juga menguap lalu buru-buru ku tutup mulutku dengan telapak tangan, "Aku jalan jam setengah tujuh Bu."
"Heh, ya sudah bangun sekarang siap-siap!"
"Iya, tadi kan aku sudah mandi. Tinggal pakaian.", seraya tersenyum kepada ibu dan beliau pun bangkit dari sampingku meninggalkan kamar.
Aku bergegas meninggalkan ranjang empuk kesayanganku, keluar dari kamar untuk mencuci muka serta menggosok gigi. Lalu lekas kembali ke kamar untuk menyalin pakaian rumah dengan pakaian yang telah ku siapkan sejak tadi pagi, yang ku gantung
dengan hanger di depan pintu lemari pakaianku.
Bab 1 Aku Sonia
16/06/2023
Bab 2 Pernikahan Teman Sekolah
16/06/2023
Bab 3 Berkenalan Dengannya
16/06/2023
Bab 4 Bertemu Lagi
16/06/2023
Bab 5 Sabtu Bersamanya
16/06/2023
Bab 6 Malam yang Indah
16/06/2023
Bab 7 Dia yang Sebenarnya
16/06/2023
Bab 8 Dua Tahun
16/06/2023
Bab 9 Seseorang yang Lain
17/06/2023
Bab 10 Ingin Berteman
17/06/2023
Bab 11 Dua Lelaki Itu
18/06/2023
Bab 12 Terhanyut Dengannya
19/06/2023
Bab 13 Bertemu Vina
20/06/2023
Bab 14 Sudah Terbongkar
21/06/2023
Bab 15 Kandas Sudah
22/06/2023
Bab 16 Lama Tak Bertemu
23/06/2023
Bab 17 Hobi Memasak
23/06/2023
Bab 18 Kursus Memasak
24/06/2023
Bab 19 Ujian Akhir
24/06/2023
Bab 20 Sertifikat Kelulusan
25/06/2023
Bab 21 Sepuluh Tahun
25/06/2023
Bab 22 Pekerjaan Baru
26/06/2023
Bab 23 Wawancara
26/06/2023
Bab 24 Mencari Tahu Tentangnya
27/06/2023
Bab 25 Mengundurkan Diri
27/06/2023
Bab 26 Jadi Kenangan
27/06/2023
Bab 27 Hari Pertama
28/06/2023
Bab 28 Suasana Berbeda
28/06/2023
Bab 29 Spageti untuk Makan Siang
28/06/2023
Bab 30 Pasta Farfalle
29/06/2023
Bab 31 Hujan yang Membawanya
29/06/2023
Bab 32 Kejujurannya
29/06/2023
Bab 33 Dia Datang Lagi
30/06/2023
Bab 34 Sisa Hari Itu
30/06/2023
Bab 35 Hari Liburku
30/06/2023
Bab 36 Pergi Dengannya
01/07/2023
Bab 37 Sudah Tiga Tahun
01/07/2023
Bab 38 Pasangan Jiwa
01/07/2023
Buku lain oleh NOVIA RESPATI
Selebihnya