Sonia ( Pasangan Jiwa )
engan ibuku, yang kini juga masih aktif bekerja sebagai staf personalia pada perusahaan swasta. Di akhir pekan, biasanya kami menyambangi kedua orang tua beliau yang tinggal di kota Tangerang.
lalu, aku tidak pernah sekalipun bertemu dengan papa
an sejak perceraian itulah ibuku seorang diri bantin
kini beliau telah tenggelam dibodohi oleh wanita yang beliau pilih untuk dinikahinya. Dan hingga detik ini ibuku belum pernah m
kerap diakui oleh guru-guru dan teman-teman, serta tak ketinggalan keluarga besarku. Dan keberuntungan pun selalu menyertaiku hingga akhirnya aku bisa m
ya menguasai tugas-tugas dalam bidang pekerjaanku saja, tapi lama-kelamaan aku dituntut untuk bisa mengerjakan tugas beberapa rekan kerjaku yang lain. Dari mulai mempros
erangan mengatakan di hadapan beberapa teman yang
angkap ilmu yang dia berikan padaku. Namun dimanapun tempatku berpijak, aku tetap sebagai So
enyuman yang memikat. Aku tidak suka memiliki rambut panjang. Rambut hitamku ini jatuh beberapa senti di bawah telinga. Alisku cukup tebal, aku tidak pernah suka memperlakukan hal
Hanya sekitar seratus lima
kehadiranku pada hari bahagianya nanti. Meski kami tidak cukup dekat namun kami pernah duduk di satu kelas yang sama selama dua tahun.
Rencana ku untuk Sabtu ini, setelah jam kerja berakhi
kahan Cintya, pukul tujuh malam di salah satu
a aku lebih nyaman beraktivitas dengan menumpang moda transportasi massal yaitu kereta api. Selain karena waktu tempuhnya lebih cepat, tarifnya juga sangat terjangkau. Dan
satu angkatan, hanya Vina yang sampai saat ini masih sangat dekat denganku. Itu karena aku tipe orang yang tid
mu di loby gedung resepsi pukul t
aktunya kami harus menghadiri
umah. Hari ini ibuku libur, sehingga beliau beristir
kondangan ya. Ibu ngga apa-
kan juga jarang pe
t aku?", aku ters
i-hati ya, kamu sendirian di jalan.", uc
hkan diri dan mengambil porsi makan soreku setelahnya. Aku makan seorang diri di kamar diiringi alunan sederet musik pop favoritku yang ku putar dari
samping tubuhku yang masih tertidur, kemudian segera membangunkan aku d
au gelap, kamu ngga siap-siap?"
ba membuka kedua mata, "Iy
m kurang
belah mataku di samping ibu, aku juga menguap lalu buru-buru ku tut
bangun sekara
an.", seraya tersenyum kepada ibu dan beliau
encuci muka serta menggosok gigi. Lalu lekas kembali ke kamar untuk menyalin pa
i depan pintu l