Sonia ( Pasangan Jiwa )
Dia pergi ke kamar mandi yang berada di balik tembok ranjang. Tak lama, dia kembali dengan mengenakan celana pendek sa
rgelangan tangan
maunya. Dengan tangan satunya, dia meraih tubuhku
Cukup lama hingga salah satu tangan Hendra membuka kancing kemeja hitam yang ku kenakan saat ini. Dan akhi
u seraya menyentuh
ai handuk aku.", ucapny
kmati sisa hari ini. Selesai mandi aku buru-buru masuk ke dalam selimut, entah mengapa petan
g bertanya kenapa saat melihat ting
tas ranjang, di tengah-tengah kami yang duduk berhadapan. Aku membiarkannya membuka satu per satu kantung plastik itu. Aku mengamati se
anya, tampak seporsi nasi dengan ayam krispi dilengkapi sausnya. Sedangkan Hendra, ku lihat wadah makanan mil
u a
i enak lho, k
dan tersenyum,
enjadi makan malam. Seusai makan, kami malah sibuk mengobrol
rbeda dari bayang
endra sangat banyak bicara? Kenapa rasanya aku mulai kesulitan mengimbangi beberapa hal yang diucapkannya? Aku jadi merasa bodoh berh
m sudah semakin larut, kami sudah mengambil posisi tidur berdampingan di tengah ranjang. Hendra merangkul tubuhku, jemarinya mengusap lembut lengan kiriku. Tapi ras
pun tertidur deng
uk tu
terbangun lebih du
Ku dapati Hendra masih tampak pulas. Lantas aku me
mar mandi untuk menggosok gigiku, berniat memberi
godanya lagi. Ku kecup keningnya,
banget bangunnya
Namun salah satu tangannya malah memeluk tubuhku. Aku kembali mendekat d
a pacar?", tanyaku me
nya masih diir
egas bangkit dari
dra kembali, aku malah kembali meringkuk di dalam selimut. Tidak lama, Hendr
a, dimaka
ya. Ayo kita m
k dan mengambil
gir ranjang. Sementara aku lebih dulu memi
mu ngga
an
.", ucapku seraya be
an tubuhnya kemarin. Aku dapat merasakan wangi tubuh Hendra masih melekat di sekujur handuk itu. Aku pun berlama-lama mendekap hand
adar dari lamunan
Keluar dari kamar mandi, ku lihat Hendra sedang bersandar pada dipan ranjang. Kedua matanya tertuju pada
keluar dari sana. Sambil menunggu Hendra selesai mandi, aku mengemasi pakaian yang kemarin ku kenakan seraya menonton sekilas tayangan televisi d
ginanku memeluknya. Akhirnya dengan rasa berat hati, aku membuntuti langkahnya meninggalkan kamar itu. Di perjalanan, Hendra menawarkanku untuk makan diluar. Tapi aku menolaknya. Aku
krim di lain waktu, ketika nanti kami bertemu kembali. Aku sa
gan sampai de
, ke
lihat aku pulan
ampai mana? D
ya
dan Hendra harus
kan mobilnya. Jujur saja, rasanya aku tidak ingin berpisah dengannya
menoleh padanya dengan
mendekat padaku. Lantas aku segera memberinya kecupan man
Aku mendengarnya mengucapkan terima kasih padaku berbarengan dengan salah satu kaki ku yang telah menginj