/0/29596/coverorgin.jpg?v=9bec6c62baa21cbaf0bd7b6852e019ba&imageMogr2/format/webp)
"Bu, akhirnya kita berhasil membuat Mas Aksa menikahi Mbak Selena. Sebentar lagi kita bisa menyingkirkan Mbak Aira dari rumah ini."
Aku yang baru saja pulang dari pasar seketika menghentikan langkah tepat di depan kamar adik iparku. Bukan inginku menguping pembicaraan mereka, jika saja Ratu tidak menyebut namaku mungkin aku tidak akan sekepo ini. Aku akan menulikan pendengaran dan bersikap bodoh amat walau ibu mertua dan adik ipar selalu menghinaku.
Bagiku, yang penting Mas Aksa mencintaiku, aku akan tetap bertahan di rumah ini walau mereka menganggapku hanya babu mereka.
Aira Danendra namaku, orang tuaku sudah meninggal sejak aku berusia 17 tahun dalam sebuah kecelakaan. Sebenarnya, mereka mewarisiku sebuah rumah mewah dan usaha rumah makan yang sudah terkenal namanya.
Aku dan Mas Aksa bertemu saat aku sedang melayani pembeli di rumah makan peninggalan orang tuaku. Meski mempunyai banyak karyawan aku tetap turun tangan melayani pesanan pelanggan.
Mas Aksa tidak tahu kalau aku pemilik rumah makan yang biasa suamiku dan teman-temannya berkumpul, dia mengira aku hanya pelayan di sana. Awalnya, aku ingin memberitahu Mas Aksa dan keluarganya, sebenarnya aku pemilik rumah makan terkenal dengan ayam bakar madunya. Namun, aku urungkan melihat ibu mertua dan adik iparku tidak suka denganku.
"Kamu benar, Ratu. Ibu juga sudah muak dengan Aira, dia miskin mending juga Selena, orang tuanya kaya pemilik peternakan ayam dan juga punya usaha ayam potong." Terdengar suara ibu dan Ratu tertawa bahagia.
"Oia, Bu. Tadi Mas Aksa telepon, hari ini akan membawa Selena tinggal di rumah ini."
Apa jadi Mas Aksa sudah menikah lagi? Aku memegang dada seakan tertusuk ribuan jarum. Sebenarnya, sudah 3 bulan Mas Aksa berubah semenjak ibu mengenalkan gadis cantik berpakaian seksi itu. Hanya saja, aku tidak menyangka Mas Aksa sudah menikahi Selena. Kupikir dia akan selalu setia denganku, nyatanya dia mengkhianati cintaku.
Bodoh, aku memang bodoh. Karena cinta dan ingin memiliki keluarga utuh, aku rela menggadaikan harga diri, diinjak, dihina, bahkan dijadikan babu oleh ibu mertua dan juga iparku.
Cepat kuseret kaki ini meninggalkan kamar Ratu menuju dapur. Aku mengadah kepala keatas menghalau air mata agar tidak tumpah. Aku tidak boleh menangis untuk seorang pengkhianat.
Cukup sudah pengorbananku berbakti menjadi seorang istri yang baik. Aku harus menunjukkan ke mereka aku bukan Aira yang lemah. Selama menikah sengaja aku menyuruh sahabatku yang menghandle rumah makanku, hanya sesekali aku mengunjungi usaha milik orang tuaku.
Sejak ibu menjodohkan Mas Aksa dengan Selena, aku sudah menyiapkan hati ini untuk tidak terluka. Namun, tetap saja rasanya begitu sakit.
Dulu, sikap Mas Aksa sangat lembut walau sedikit pelit, tapi semenjak mengenal Selena sikapnya berubah dingin dan sering memarahiku tanpa sebab.
Kubuka belanjaanku lalu mengambil ayam yang sudah aku beli. Hari ini, aku akan membuat masakan spesial untuk keluarga penghianat untuk terakhir kali. Sengaja aku akan memasak ayam bakar madu makanan kesukaan Mas Aksa, agar saat aku pergi dia akan selalu mengingatku dengan penyesalan.
"Eum ... baunya wangi sekali." Adik ipar lacknat menghampiri meja makan sambil mencoel ayam bakar madu yang sudah aku buat. Aku hanya meliriknya sekilas sambil mengulek sambal spesial yang pasti pedesnya akan membuat mereka sekarat.
"Nah, gitu dong, Mbak! Setiap hari kek, masak enak kaya gini. Bosen tau masaknya sayur, tempe, telor terus," lanjutnya dengan mulut penuh ayam.
Aku hanya bisa mendengkus kesal, memangnya makan enak tiap hari tidak pakai uang. Kakaknya saja hanya memberiku uang tidak lebih dari 1 juta itu pun untuk kebutuhan seisi rumah. Pernah aku mengeluh meminta tambahan ke Mas Aksa, tetapi ibu selalu ikut campur dengan gaji suamiku.
"Ratu, kamu sedang makan apa?" tanya ibu mertua yang baru saja keluar dari dalam kamar.
"Ini, Bu, Mbak Aira masak enak," sahut Ratu.
"Wah, sepertinya kakak ipar kamu tahu akan ada tamu istimewa hari ini," balas ibu menghampiri putrinya.
"Kayanya, Bu. Jadi, kita tidak usah pesen makanan di rumah makan ayam bakar madu, bisa ngirit. Apa lagi Mbak Aira dulu mantan karyawan di sana dan pasti rasa ayamnya sama enaknya, Bu."
"Masa sih?" Ibu mencomot ayam bakar madu lalu memakannya dengan rakus. "Benar enak," ucap ibu sama seperti anaknya, makan sambil bicara dengan mulut penuh makanan dan cukup menjijikan.
Sebenarnya, bisa saja aku memasak ayam bakar madu setiap hari, andai Mas Aksa memberikanku jatah lebih. Aku tidak mau uangku untuk kebutuhan mereka. Setahun berumah tangga hanya sakit hati yang aku rasa. Beruntung belum ada benih di rahim ini, aku tidak mau anakku nanti menderita memiliki keluarga seperti mereka.
Selesai, aku menaruh sambel setan di atas meja. Kemudian meninggalkan mereka masuk ke dalam kamar. Aku akan memberikan kejutan untuk suamiku tercinta. Sudah satu jam aku menunggu pasangan penghianat di dalam kamar.
Suara ibu dan Ratu terdengar di luar, pasti Mas Aksa dengan Selena sudah datang. Sebelum keluar aku mematutkan diri di cermin. Aku sengaja memakai baju bermerk yang aku punya sebelum menikah dengan Mas Aksa dan tak lupa aku memoles wajah ini dengan make up flawless. Semua kulakukan agar terlihat sempurna.
Biasanya aku hanya memakai daster bila di rumah. Kali ini, aku akan membuat Mas Aksa menyesal sudah menghianatiku. Suara tawa mereka menggema di ruang tamu. Sebelum keluar kamar, kutarik napas lalu mengeluarkannya perlahan.
'Ai, kamu harus tenang jangan emosi menghadapi mereka,' batinku.
Ceklek!
Aku membuka pintu kamar dan benar saja mata mereka terbelalak menatapku. Selena yang sedang bergelayut manja di lengan suamiku di dorong kasar Mas Aksa.
"Aaaw," pekik gadis bermake up tebal itu.
"Ai sayang, kamu cantik sekali." Mas Aksa berdiri lalu mendekatiku, tatapan matanya memancarkan kekaguman.
"Mas Aksa!" teriak Selena. Gadis itu menghentakkan kakinya kesal.
"Masa sih, Mas," balasku tersipu malu. Sengaja akan aku buat pelakor itu kepanasan karena suaminya memuji istri tuanya. Siapa suruh mau jadi istri kedua.
"Iya, Sayang. Sumpah kamu cantik sekali," pujinya masih terus menatap wajah ini.
"Aksa, kamu itu apa-apaan," bentak ibu seraya menarik lengan suamiku agar menjauh dariku.
"Iya, Mas Aksa itu gimana, sih. Biar pun Mbak Aira berubah cantik tetap saja dia gadis miskin tidak selevel dengan Mbak Selena," ejek Ratu.
Selena tidak tinggal diam, dia menarik tangan Mas Aksa. "Mas, kamu bilang istri kamu itu jelek, dekil, bau. Lalu apa ini?" protes Selena.
Mas Aksa terkesiap, mungkin dia baru sadar istri yang dia bilang dekil, jelek, bau bisa berubah cantik.
"Sudah, jangan bertengkar. Mas, aku sudah masak spesial untuk kamu dan Selena. Sebaiknya, kita makan dulu," tawarku.
Aku meninggalkan mereka, sengaja berjalan dengan anggun menuju meja makan. Terdengar umpatan, ejekkan dari Ibu, Ratu dan juga Selena.
Mas Aksa mengikutiku, dia duduk disampingku.
"Mas, aku masak spesial untuk kamu. Mungkin untuk terakhir kalinya," ucapku berpura-pura sedih.
Wajah Mas Aska berubah kaget. "Ai, kamu jangan bicara sembarangan. Kamu tidak akan pergi dari rumah ini!" bentaknya emosi.
/0/15351/coverorgin.jpg?v=da8e7f3f38cae8819662a57ac5ef4784&imageMogr2/format/webp)
/0/17820/coverorgin.jpg?v=42b344e9128ad2636aafb6252dbc82c5&imageMogr2/format/webp)
/0/28875/coverorgin.jpg?v=e2b141bfe25cde795b7edb8b1f135fed&imageMogr2/format/webp)
/0/15176/coverorgin.jpg?v=4fef4ccc51868c9e5c720564e7943dd8&imageMogr2/format/webp)
/0/21487/coverorgin.jpg?v=0ac87d32e96af18e2cb6c0cf3e61df32&imageMogr2/format/webp)
/0/3809/coverorgin.jpg?v=e7e077333046fba0f011a2436c21b55a&imageMogr2/format/webp)
/0/6982/coverorgin.jpg?v=386525d6839deabb39f04700330d93ab&imageMogr2/format/webp)
/0/10329/coverorgin.jpg?v=109cced51fe1b6bd734c006a4a9046fb&imageMogr2/format/webp)
/0/5472/coverorgin.jpg?v=10b7f3df1d4895a07dbbd640a08d6b4d&imageMogr2/format/webp)
/0/27131/coverorgin.jpg?v=8467bda87ebf6f435a53680fd049fee0&imageMogr2/format/webp)
/0/2751/coverorgin.jpg?v=afedef2cb9c91e39201ce746d637e369&imageMogr2/format/webp)
/0/16584/coverorgin.jpg?v=a7ed768fd6ad0b80d99f53e2a1f2b3a4&imageMogr2/format/webp)
/0/2977/coverorgin.jpg?v=b82fecc8f2255437c295867c2d0dae61&imageMogr2/format/webp)
/0/26732/coverorgin.jpg?v=b10477bf140865faa7afc81fe0f09913&imageMogr2/format/webp)
/0/5761/coverorgin.jpg?v=3221c9cf3dacd31904f13e0509382acc&imageMogr2/format/webp)
/0/23734/coverorgin.jpg?v=8961011faf1f1bae30485d78f261141e&imageMogr2/format/webp)
/0/20024/coverorgin.jpg?v=bdcb298fbcf7f321a31a0f930939b839&imageMogr2/format/webp)
/0/3138/coverorgin.jpg?v=1a4b687a9eba8dbc8bcae1a6d8d3aa0e&imageMogr2/format/webp)
/0/28851/coverorgin.jpg?v=b05270e6ed77606396aac70a51e2be25&imageMogr2/format/webp)
/0/14665/coverorgin.jpg?v=1c373aea02956bfe9689f45a6df66411&imageMogr2/format/webp)