Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Pagi ini masih sama seperti hari-hari biasanya, Sekolah Sekolah dan Sekolah. Hidup memang tak jauh-jauh dari yang namanya buku pelajaran. Itu jugalah yang dialami gadis bernama, Kimberly Hana Affandi, yang biasa dipanggil Kim atau Kimmy.
"Pagi Ma, Pa," sapa Kim pada mama dan papanya yang sudah berada di meja makan untuk menikmati sarapan.
"Pagi, Sayang," balas William dan Jessica.
"Loh, Mama pagi-pagi udah rapi aja, mau kemana, Ma?'' tanya Kim pada mamanya.
"Ini, Mama mau datang ke acara pembukaan butik teman Mama."
"Ooh," balas Kim, kemudian terus melanjutkan sarapannya.
Di saat sedang menikmati sarapannya, tiba-tiba papa dan mamanya malah sibuk berbisik-bisik. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi ia merasa curiga kalau dirinyalah yang sedang menjadi pokok pembicaraan keduanya.
Kim berdehem, membuat kedua orang tuanya mengarahkan pandangan padanya. ''Papa sama Mama ngapain, sih, bisik-bisik?'' tanyanya penasaran.
Tampak William ragu-ragu untuk buka suara, tapi pada akhirnya bicara juga.
"Gini, Sayang. Papa sama Mama mau menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat kami,'' terang William tiba-tiba.
Tentu saja itu membuat Kim kaget. Kupingnya saja langsung berasa panas mendengar ucapan papanya barusan.
"Dijodohin?'' tanyanya tak percaya. Bukan, ini lebih tepatnya ekspressi kaget.
"Iya, Sayang. Kamu mau, kan?'' tanya Jessica.
Dijodohkan? Siapa yang mau. Yakali dijodohin sama pacar sendiri, itu baru hal yang paling sempurna.
"Aduh ... Papa sama Mama apa-apaan, sih. Masa iya Aku dijodoh-jodohin segala. Aku juga masih Sekolah, Pa, Ma ... masih 18 tahun. Aku masih pingin kuliah, kerja, dan lain-lain lah pokoknya," jelasnya panjang lebar.
"Meskipun kamu menikah, kamu akan tetap Sekolah seperti biasanya, kok. Mau, ya?" tambah Jessica lagi seqkan berharap banyak jika Kim menerima.
"No!" pekiknya. "Apa Papa sama Mama pikir Aku nggak laku, sampe harus dijodoh-jodohin segala!?"
William menarik napasnya dalam, saat niatnya dan sang istri mendapat penolakan keras. Sebenarnya keduanya pun sudah menebak jika Kim akan memberikan reaksi seperti ini.
"Oke ... kalau gitu kamu tinggal pilih saja, terima perjodohan ini, atau ..." William menggantung ucapannya.
"Atau apa, Pa? Papa mau ngancem aku?"
"Atau ini semua Papa sita," ujar William sambil meletakkan kunci mobil, beberapa kredit card, ponsel dan tablet milik Kim di meja.
Kedua bola mata Kim langsung terbelalak melihat penampakan itu. Ia heran, bagaimana papanya bisa memegang semua aset-aset berharga miliknya?
"Kok semua milikku ada di Papa?"
"Asalnya dari Papa, tentu saja bisa."
"Papa," rengeknya.
"Jadi, gimana? Terima perjodohan yang kami putuskan, atau kehilangan semua ini?" tanya William seakan sengaja membuat putrinya terdesak untuk mengambil keputusan.
"Tapi, Pa ..."
"Kim, Sayang. Masa kamu nggak mau ngabulin permintaan kami ini. Cuma ini, Sayang ... Mama sama Papa nggak minta yang lain-lain. Sejak masih dalam perut, kamu Mama bawa-bawa. Pas udah lahir, Mama manja-manjain sampe saat ini. Kamu seorang yang kami punya, hanya ini permintaan kami, Nak," jelas Jessica mengeluarkan bakat terpendamnya yang tak tersalurkan.
Sudah jelas itu membuat Kim terharu. Karena hingga detik ini, ia tak pernah menolak apapun keinginan dan aturan orang tuanya. Melanggar aturan pun, ia pikir-pikir dulu, biar nggak terlalu mengecewakan kedua orang tuanya.
Dengan napas berat, ia akhirnya pasrah. "Ya udah, ya udah ... aku terima," setujunya dengan wajah ditekuk.