Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
"Aku tahu, kamu tak setuju dengan perjodohan ini. Tidak jadi masalah buatku. Aku hanya memintamu untuk menerimanya saja," ucap Luna dengan nada yang begitu tegas dan pasti.
"Apa Mbak jatuh cinta padaku setelah pertemuan kedua ini?"
"Kamu bisa berpikir apa saja," jawab Luna dingin.
Yudha begitu percaya diri. Ia merasa memiliki pesona kuat bak Casanova. Baginya, ketampanannya memang tidak akan pernah pudar oleh waktu. Apalagi disokong oleh statusnya sebagai pemimpin sebuah perusahaan besar, rasa percaya dirinya memuncak.
"Sejujurnya, aku sudah memiliki kekasih, Mbak," kata Yudha mencoba menolak.
Yudha masih ragu, walau kakeknya menawarkannya dua hektar kebun durian dan sebuah apartemen mewah sebagai kado pernikahan. Yudha menjadi heran, pria tua yang semula pelit padanya itu tiba-tiba menjadi sangat dermawan. Entah apa tujuan sebenarnya selain alasan agar dia memberikannya cucu.
"Tak masalah kamu punya kekasih, sebab aku juga tak mengharapkan menjadi istrimu selamanya. Cukup tiga tahun saja," tawar wanita bercadar hitam yang dipanggil Luna.
Gaun hitam Luna menutupi seluruh tubuhnya. Hanya matanya saja yang bisa Yudha lihat. Itu pun Yudha seperti segan menatap lama-lama. Entah aura apa yang dibawa gadis itu.
"Pernikahan bukan untuk main-main, Mbak," timpal Yudha.
"Anggap saja kamu sedang menolongku," ujar wanita itu lagi.
"Menolong bagaimana, Mbak?" tanya Yudha heran.
Gadis bercadar itu diam. Sepertinya dia tak suka dengan pertanyaan Yudha. Yudha benar-benar bingung.
"Dua tahun saja, bagaimana?" tawar Yudha.
"Baik," jawab Luna dengan cepat.
Setelah perjanjian itu, Yudha tidak pernah lagi berbicara apa pun dengan Luna, meskipun mereka bertemu kembali saat diskusi keluarga. Bagi Yudha, wanita itu sangat dingin melebihi es. Sebagai calon suami, Yudha sebenarnya ingin melihat wajah di balik cadar itu. Akan tetapi, melihat sikap Luna, Yudha jadi enggan. Yudha bahkan seperti tidak ingin mencari masalah dengan memintanya membuka cadar, meskipun laki-laki itu berhak melakukannya. Hari pernikahan pun tiba.
"Saya terima nikahnya Diandra Safaluna binti Nasron Kamal dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang 300 juta rupiah, tunai."
Setelah beberapa saat hening, akhirnya suara riuh dari para saksi dan tamu undangan terdengar menggema memenuhi gedung mewah hotel De Luxurious.
Sayudha Wistara terlihat bahagia. Laki-laki berpostur tinggi semampai itu telah membuktikan kepada siapapun bahwa dia bisa melamar seorang wanita bercadar dengan mahar yang fantastis.
Di malam pengantin, Yudha termenung di sofa merah yang baru saja dibeli ibunya. Laki-laki itu bingung. Selama dua tahun ke depan, apa yang akan dia lakukan dalam menjalani pernikahan tanpa cinta itu? Kepalanya terasa pusing bagai habis mengitari bumi tujuh kali, sangat berat. Tiba-tiba terdengar langkah lembut dari arah kamar.
"Apa kamu ingin kita melakukannya malam ini?" tanya Luna dengan tatapan tajam.