Seka adalah anak laki-laki yang nyaris berusia sepuluh tahun. Namun hidupnya penuh dengan masalah. Ibunya gemar berhutang namun tak pernah membayar. Membuatnya harus terus berhadapan dengan para penagih hutang yang kejam. Sementara Seka yang menanggung itu semua agar bisa membebaskan Ibunya. Hingga satu waktu, Ibunya diculik oleh raksasa berjulukan Raksasa Kerdil. Ini bukan lagi masalah hutang. Melainkan sesuatu yang selama ini disembunyikan oleh Ibunya. Tentang kekuatan rahasia yang dimiliki Seka. Semuanya terjawab, saat Seka mendapatkan Kompas Perak dari pertarungannya melawan para raksasa. Senia Ayu sebagai Ibunya menyembunyikan banyak rahasia besar termasuk soal ayahnya. Melalui Kompas Perak itu petualangan Seka pun dimulai. Untuk mencari tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Termasuk mencari keberadaan ayahnya yang hilang.
Seka oh Seka
Kenapa wajahmu selalu murung begitu?
Apa yang bisa membuatmu bahagia kembali?
Seka oh Seka
Kemarilah maka kan kuberi sesuatu untukmu
Benda yang akan membuatmu tersenyum
Nyanyian itu tak asing bagi Seka. Suaranya lembut terdengar bagai seorang dewi tengah bernyanyi diatas awan. Bahkan saat ini, anak laki-laki itu tak tahu dirinya sedang berada dimana. Celingukan menengok ke kiri dan kanan. Berharap ia tahu akan sesuatu tentang tempat ini.
"Hei, tunjukkan dirimu! Jangan hanya bisa menyanyi saja. Apa kamu mau memberiku petunjuk?"
Sunyi....
Tak ada lagi nyanyian itu terdengar apalagi jawaban bagi Seka. Dia berjalan kesana kemari berharap bertemu seseorang. Hingga dia lihat seorang kakek berdiri dengan tongkatnya.
Seka berlari kecil menghampirinya. Tanpa ada rasa takut sedikitpun. Berharap sosok ini bisa berinya petunjuk tentang dimana dia sekarang.
"Oh, Seka kurasa sudah saatnya kamu mengetahui sesuatu. Ambil ini dan bawalah!"
Kakek itu melempar sebuah benda bulat mengkilat. Seka nyaris tak mampu menangkapnya karena silau oleh pantulan sinar matahari. Tapi dia rasakan tangannya menggenggam sesuatu.
"Eh, benda ini sudah ada di tanganku!"
"Iya, aku tadi yang bantu jual koranmu!"
Sontak Seka tersadar, kalau dia tadi hanyalah bermimpi. Ramen memberinya sekeping koin perak di genggaman tangannya. Rupanya tadi ada yang mau membeli koran yang dijual Seka. Tapi karena anak ini tertidur, Ramen yang bantu menjualkannya.
"Bangun dong dasar pemimpi! Masih siang bolong begini sudah tidur saja kamu ini, Seka."
"Kamu kan tahu, Ramen. Aku ini kalau malam bekerja di warung makan untuk cuci piring. Waktu tidurku jadi berkurang."
"Iya, aku tahu! Memangnya sebanyak apa piring yang kamu cuci semalam?"
Karena masih kondisi setengah sadar, Seka malah mencoba menghitungnya dengan jari. Berapa piring yang dia cuci semalam. Ramen pun menepuk dahinya dengan keras.
"Aduh, Seka aku tidak memintamu untuk menghitung sungguhan. Ayo, basuh mukamu dulu dengan air!"
Seka pun menurutinya. Dia pergi mengambil air dari keran di taman kota. Barulah kesadarannya kembali seratus persen.
"Dengar, ibumu dalam keadaan bahaya!"
"Apalagi yang dilakukan sama ibuku, Ramen? Pasti ditagih hutang lagi!"
"Bukan itu, Seka! Ini lebih bahaya dari yang kamu kira. Ibumu itu...."
"Hei hei hei! Ada anak-anak ingusan di taman ini. Ayo, kemarikan uang kalian!"
"Simpan ceritamu nanti saja Ramen. Kita kabur duluuuu!"
"Sekaaaa! Ini lebih penting dari yang kamu kira. Aduh, kok kakiku tidak bisa digerakkan?"
Ramen terlambat kabur. Dia sudah dipegang kakinya oleh anak buah preman berambut sapu lidi. Mereka hanya tertawa saja sambil membalikkan tubuh anak jalanan itu.
"Dih, lepasin dong!"
"Enak saja! Berikan uangmu pada kamu dulu baru kita lepaskan."
Tawa ledekan terdengar keras dibelakang pimpinan preman berambut sapu lidi. Bukan Ramen namanya kalau mau menyerahkan uang itu dengan sukarela. Dia bersikeras untuk bisa lepas. Para preman itu berpikir kalau anak ini tak akan mudah lepas. Tapi rupanya perhitungan mereka salah.
"Hah! Kemana anak itu?"
"Bweeeek! Ayo coba tangkap aku!"
"A-astaga! Dia jadi lembek seperti cacing eh seperti mi instan rebus."
"Pantas saja dia diberi nama Ramen! Ayo kejar dia!"
Kalau tubuh Ramen sudah lembek seperti mi, dia bisa melata bagaikan cacing. Anak jalanan itu mencari tempat persembunyian yang bagus. Sementara anak buah preman berambut sapu lidi jijik melihatnya.
"Bos aja deh yang kejar anak itu!"
"Aargh! Punya anak buah tidak berguna semua!"
Terpaksa pimpinan preman rambut sapu lidi itu yang mengejarnya sendirian. Dia sudah kehilangan jejak Ramen. Sementara anak ini bersembunyi dibalik semak sambil memadatkan dirinya. Tiba-tiba pundaknya ditepuk keras. Nyaris saja dirinya berteriak heboh.
"Astaga! Seka? Kenapa kamu bisa ada disini? Bukannya tadi sudah lari jauh ya!"
"Sedari tadi aku disini, Ramen!"
Mulut Seka langsung ditutup oleh Ramen. Dia tahu pimpinan preman rambut sapu lidi tengah melewati semak dekat persembunyian keduanya. Bahkan sampai mereka tahan napas supaya tidak ketahuan. Ketika dirasa sudah aman, barulah keluar dari sana.
"Uangmu utuh kan, Seka?"
"Tentu saja! Mana mungkin aku tinggalkan disana. Aku ambil dulu koran-koran tadi. Mau setor ke pemilik kios."
Ramen pun berjalan mengikuti Seka. Memang benar preman berambut sapu lidi itu sudah pada pergi. Menyisakan sampah di taman ini. Beruntung koran yang dibawa Seka tidak dirusak oleh mereka.
"Biasanya mereka merusak kalau tidak dapat uang dari anak jalanan."
"Iya, tapi apa untungnya buat mereka menyobek koran-koran ini? Kecuali aku penjual asongan minuman atau makanan. Mereka pasti bakalan ambil sepuasnya."
Seka pun membawa kembali koran tadi diantar Ramen. Dia setorkan hasil jualannya dan si pemilik kios beri keuntungan hasil jualannya pada Seka. Termasuk bonus, karena Seka bisa menjual buku TTS pada salah satu pengemudi mobil ketika di lampu merah.
"Huh! Apa bagusnya buku TTS itu ya?"
"Untuk mengasah otak katanya. Ah, aku belum pernah mencobanya! Jadi, apa yang mau kamu beritahu padaku tadi?"
Ramen teringat akan hal itu. Sementara hari sudah makin sore saja. Dia beritahu pada Seka kalau ibunya ditahan oleh si Juragan Gurame.
"Memangnya ibuku mencuri ikan Gurame di kolamnya?"
"Eh, tidak tahu Seka! Mungkin karena berhutang lagi?"
Seka hanya mengangguk saja. Dia sudah paham sifat ibunya yang suka berhutang pada siapapun demi memenuhi kebutuhan hidup. Anak ini pun berpikir, andai ayahnya masih ada. Mungkin hidupnya tak akan seperti ini.
"Aku temani kamu deh, Seka! Aku kan tahu dimana ibumu disekap."
"Kamu ini serba tahu ya!"
Ramen membusungkan dada sambil menepuknya. Dia bangga dengan segala apa yang dia tahu. Selama ini pun setiap ibunya Seka mengalami masalah pasti dia yang beritahukan. Keduanya berjalan menuju ke rumah Juragan Gurame.
Seka dan Ramen mencoba menebak apa yang akan dilakukan oleh juragan ikan itu. Apakah mau dijadikan pelayan di rumah besarnya? Atau justru dijadikan istri ke-100.
"Ibuku memang cantik tapi menyusahkan! Memangnya juragan itu mau? Lagipula sejak dulu memang tidak mau menikah lagi. Hanya mau menunggu ayahku datang."
"Iya, masalahnya ayahmu itu kemana? Kerja di daerah lain atau sudah berpisah sama ibumu?"
Pantang bagi Seka bertanya begitu pada ibunya. Sebab Ibu Seka sangat percaya kalau Ayah Seka akan kembali entah kapan. Hanya diceritakan kalau Ayahnya adalah pahlawan di masa lalu.
"Itu sih dulu Seka. Lihatlah dirimu sekarang ini! Adakah orang yang menghargai mu atau ibumu?"
"Terus cerita ibuku itu bohong dong, Ramen?"
"Aku sih tidak menuduh begitu, Seka! Tapi orang dewasa begitu rumit. Nah, ini penjara bawah tanahnya!"
Ramen menunjuk pada satu lubang. Seka berusaha mengintipnya. Memang nampak samar ada tubuh ibunya disana. Matanya terpejam dengan tangan terikat serta mulut dilakban.
"Aku jaga disini, kamu yang masuk ya!"
Lubang yang rasanya tak mungkin dimasuki oleh seorang anak laki-laki seperti Seka. Tapi dia berhasil memasukinya. Tubuhnya bisa mengecil lalu membesar lagi di dalam ruangan tempat ibunya ditahan. Dia cukup memikirkan apa yang dibutuhkan saat itu. Sayangnya, kemampuan Seka ini tidak mampu untuk memunculkan uang dihadapannya.
"Ibu memang payah!"
Mendengar suara itu, perempuan yang tengah disekap itu pun terbangun. Nampak dia bahagia melihat siapa yang datang. Tahu kalau penyelamatnya akan datang.
Bab 1 Petualangan 1 : Mimpi Seka
13/07/2023
Bab 2 Petualangan 2 : Juragan Gurame
13/07/2023
Bab 3 Petualangan 3 : Daerah Cadas
13/07/2023
Bab 4 Petualangan 4 : Melawan Raksasa Kerdil
13/07/2023
Bab 5 Petualangan 5 : Kereta Ajaib
13/07/2023
Bab 6 Petualangan 6 : Kai Wi
13/07/2023
Bab 7 Petualangan 7 : Inisial F
13/07/2023
Bab 8 Petualangan 8 : Mempelajari Kekuatan Kompas
13/07/2023
Bab 9 Petualangan 9 : Namanya Firjad
13/07/2023
Bab 10 Petualangan 10 : Arin Cari Masalah
13/07/2023
Bab 11 Petualangan 11 : Kalah
13/07/2023
Bab 12 Petualangan 12 : Kekacauan di Festival Pulau Garam
13/07/2023
Bab 13 Petualangan 13 : Bersiap Untuk Bertualang
13/07/2023
Bab 14 Petualangan 14 : Kristal Amethyst
13/07/2023
Bab 15 Petualangan 15 : Putri Kenta Hujan Gerimis
13/07/2023
Bab 16 Petualangan 16 : Tidur Siang
13/07/2023
Bab 17 Petualangan 17 : Putri Kenta Diculik
13/07/2023
Bab 18 Petualangan 18 : Marahnya Raja Hujan Deras
13/07/2023
Bab 19 Petualangan 19 : Menyelamatkan Putri Kenta
13/07/2023
Bab 20 Petualangan 20 : Pangeran Akara Kemarau
13/07/2023
Bab 21 Petulangan 21 : Kemarau dan Penghujan
21/07/2023
Bab 22 Petualangan 22 : Panca Roba
21/07/2023
Bab 23 Petualangan 23 : Mengembalikan Warna Pelangi
21/07/2023
Bab 24 Petualangan 24 : Seluncuran Dari Atas Langit
21/07/2023
Bab 25 Petualangan 25 : Mencari Tempat Tidur yang Nyaman
21/07/2023
Bab 26 Petualangan 26 : Profesor Gogo
21/07/2023
Bab 27 Petualangan 27 : Banyak Nyamuk
21/07/2023
Bab 28 Petualangan 28 : Katak Weka Kekenyangan
21/07/2023
Bab 29 Petualangan 29 : Rumah Permen dan Coklat
21/07/2023
Bab 30 Petualangan 30 : Penyihir Sakit Gigi
21/07/2023
Bab 31 Petualangan 31 : Obat Sakit Gigi
21/07/2023
Bab 32 Petualangan 32 : Pesan Darurat Kai Wi
21/07/2023
Bab 33 Petualangan 33 : Ramen Ikut Bertualang
21/07/2023
Bab 34 Petualangan 34 : Bekal dari Profesor Gogo
21/07/2023
Bab 35 Petualangan 35 : Peri Air Jernih
21/07/2023
Bab 36 Petualangan 36 : Gorooo
21/07/2023
Bab 37 Petualangan 37 : Bunga Tidur
21/07/2023
Bab 38 Petualangan 38 : Petapa Goa
21/07/2023
Bab 39 Petualangan 39 : Teka Teki
21/07/2023
Bab 40 Petualangan 40 : Terbang Bersama Naga
21/07/2023