Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Petualangan Seka dan Kompas Perak

Petualangan Seka dan Kompas Perak

Ditarina

5.0
Komentar
833
Penayangan
43
Bab

Seka adalah anak laki-laki yang nyaris berusia sepuluh tahun. Namun hidupnya penuh dengan masalah. Ibunya gemar berhutang namun tak pernah membayar. Membuatnya harus terus berhadapan dengan para penagih hutang yang kejam. Sementara Seka yang menanggung itu semua agar bisa membebaskan Ibunya. Hingga satu waktu, Ibunya diculik oleh raksasa berjulukan Raksasa Kerdil. Ini bukan lagi masalah hutang. Melainkan sesuatu yang selama ini disembunyikan oleh Ibunya. Tentang kekuatan rahasia yang dimiliki Seka. Semuanya terjawab, saat Seka mendapatkan Kompas Perak dari pertarungannya melawan para raksasa. Senia Ayu sebagai Ibunya menyembunyikan banyak rahasia besar termasuk soal ayahnya. Melalui Kompas Perak itu petualangan Seka pun dimulai. Untuk mencari tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Termasuk mencari keberadaan ayahnya yang hilang.

Bab 1 Petualangan 1 : Mimpi Seka

Seka oh Seka

Kenapa wajahmu selalu murung begitu?

Apa yang bisa membuatmu bahagia kembali?

Seka oh Seka

Kemarilah maka kan kuberi sesuatu untukmu

Benda yang akan membuatmu tersenyum

Nyanyian itu tak asing bagi Seka. Suaranya lembut terdengar bagai seorang dewi tengah bernyanyi diatas awan. Bahkan saat ini, anak laki-laki itu tak tahu dirinya sedang berada dimana. Celingukan menengok ke kiri dan kanan. Berharap ia tahu akan sesuatu tentang tempat ini.

"Hei, tunjukkan dirimu! Jangan hanya bisa menyanyi saja. Apa kamu mau memberiku petunjuk?"

Sunyi....

Tak ada lagi nyanyian itu terdengar apalagi jawaban bagi Seka. Dia berjalan kesana kemari berharap bertemu seseorang. Hingga dia lihat seorang kakek berdiri dengan tongkatnya.

Seka berlari kecil menghampirinya. Tanpa ada rasa takut sedikitpun. Berharap sosok ini bisa berinya petunjuk tentang dimana dia sekarang.

"Oh, Seka kurasa sudah saatnya kamu mengetahui sesuatu. Ambil ini dan bawalah!"

Kakek itu melempar sebuah benda bulat mengkilat. Seka nyaris tak mampu menangkapnya karena silau oleh pantulan sinar matahari. Tapi dia rasakan tangannya menggenggam sesuatu.

"Eh, benda ini sudah ada di tanganku!"

"Iya, aku tadi yang bantu jual koranmu!"

Sontak Seka tersadar, kalau dia tadi hanyalah bermimpi. Ramen memberinya sekeping koin perak di genggaman tangannya. Rupanya tadi ada yang mau membeli koran yang dijual Seka. Tapi karena anak ini tertidur, Ramen yang bantu menjualkannya.

"Bangun dong dasar pemimpi! Masih siang bolong begini sudah tidur saja kamu ini, Seka."

"Kamu kan tahu, Ramen. Aku ini kalau malam bekerja di warung makan untuk cuci piring. Waktu tidurku jadi berkurang."

"Iya, aku tahu! Memangnya sebanyak apa piring yang kamu cuci semalam?"

Karena masih kondisi setengah sadar, Seka malah mencoba menghitungnya dengan jari. Berapa piring yang dia cuci semalam. Ramen pun menepuk dahinya dengan keras.

"Aduh, Seka aku tidak memintamu untuk menghitung sungguhan. Ayo, basuh mukamu dulu dengan air!"

Seka pun menurutinya. Dia pergi mengambil air dari keran di taman kota. Barulah kesadarannya kembali seratus persen.

"Dengar, ibumu dalam keadaan bahaya!"

"Apalagi yang dilakukan sama ibuku, Ramen? Pasti ditagih hutang lagi!"

"Bukan itu, Seka! Ini lebih bahaya dari yang kamu kira. Ibumu itu...."

"Hei hei hei! Ada anak-anak ingusan di taman ini. Ayo, kemarikan uang kalian!"

"Simpan ceritamu nanti saja Ramen. Kita kabur duluuuu!"

"Sekaaaa! Ini lebih penting dari yang kamu kira. Aduh, kok kakiku tidak bisa digerakkan?"

Ramen terlambat kabur. Dia sudah dipegang kakinya oleh anak buah preman berambut sapu lidi. Mereka hanya tertawa saja sambil membalikkan tubuh anak jalanan itu.

"Dih, lepasin dong!"

"Enak saja! Berikan uangmu pada kamu dulu baru kita lepaskan."

Tawa ledekan terdengar keras dibelakang pimpinan preman berambut sapu lidi. Bukan Ramen namanya kalau mau menyerahkan uang itu dengan sukarela. Dia bersikeras untuk bisa lepas. Para preman itu berpikir kalau anak ini tak akan mudah lepas. Tapi rupanya perhitungan mereka salah.

"Hah! Kemana anak itu?"

"Bweeeek! Ayo coba tangkap aku!"

"A-astaga! Dia jadi lembek seperti cacing eh seperti mi instan rebus."

"Pantas saja dia diberi nama Ramen! Ayo kejar dia!"

Kalau tubuh Ramen sudah lembek seperti mi, dia bisa melata bagaikan cacing. Anak jalanan itu mencari tempat persembunyian yang bagus. Sementara anak buah preman berambut sapu lidi jijik melihatnya.

"Bos aja deh yang kejar anak itu!"

"Aargh! Punya anak buah tidak berguna semua!"

Terpaksa pimpinan preman rambut sapu lidi itu yang mengejarnya sendirian. Dia sudah kehilangan jejak Ramen. Sementara anak ini bersembunyi dibalik semak sambil memadatkan dirinya. Tiba-tiba pundaknya ditepuk keras. Nyaris saja dirinya berteriak heboh.

"Astaga! Seka? Kenapa kamu bisa ada disini? Bukannya tadi sudah lari jauh ya!"

"Sedari tadi aku disini, Ramen!"

Mulut Seka langsung ditutup oleh Ramen. Dia tahu pimpinan preman rambut sapu lidi tengah melewati semak dekat persembunyian keduanya. Bahkan sampai mereka tahan napas supaya tidak ketahuan. Ketika dirasa sudah aman, barulah keluar dari sana.

"Uangmu utuh kan, Seka?"

"Tentu saja! Mana mungkin aku tinggalkan disana. Aku ambil dulu koran-koran tadi. Mau setor ke pemilik kios."

Ramen pun berjalan mengikuti Seka. Memang benar preman berambut sapu lidi itu sudah pada pergi. Menyisakan sampah di taman ini. Beruntung koran yang dibawa Seka tidak dirusak oleh mereka.

"Biasanya mereka merusak kalau tidak dapat uang dari anak jalanan."

"Iya, tapi apa untungnya buat mereka menyobek koran-koran ini? Kecuali aku penjual asongan minuman atau makanan. Mereka pasti bakalan ambil sepuasnya."

Seka pun membawa kembali koran tadi diantar Ramen. Dia setorkan hasil jualannya dan si pemilik kios beri keuntungan hasil jualannya pada Seka. Termasuk bonus, karena Seka bisa menjual buku TTS pada salah satu pengemudi mobil ketika di lampu merah.

"Huh! Apa bagusnya buku TTS itu ya?"

"Untuk mengasah otak katanya. Ah, aku belum pernah mencobanya! Jadi, apa yang mau kamu beritahu padaku tadi?"

Ramen teringat akan hal itu. Sementara hari sudah makin sore saja. Dia beritahu pada Seka kalau ibunya ditahan oleh si Juragan Gurame.

"Memangnya ibuku mencuri ikan Gurame di kolamnya?"

"Eh, tidak tahu Seka! Mungkin karena berhutang lagi?"

Seka hanya mengangguk saja. Dia sudah paham sifat ibunya yang suka berhutang pada siapapun demi memenuhi kebutuhan hidup. Anak ini pun berpikir, andai ayahnya masih ada. Mungkin hidupnya tak akan seperti ini.

"Aku temani kamu deh, Seka! Aku kan tahu dimana ibumu disekap."

"Kamu ini serba tahu ya!"

Ramen membusungkan dada sambil menepuknya. Dia bangga dengan segala apa yang dia tahu. Selama ini pun setiap ibunya Seka mengalami masalah pasti dia yang beritahukan. Keduanya berjalan menuju ke rumah Juragan Gurame.

Seka dan Ramen mencoba menebak apa yang akan dilakukan oleh juragan ikan itu. Apakah mau dijadikan pelayan di rumah besarnya? Atau justru dijadikan istri ke-100.

"Ibuku memang cantik tapi menyusahkan! Memangnya juragan itu mau? Lagipula sejak dulu memang tidak mau menikah lagi. Hanya mau menunggu ayahku datang."

"Iya, masalahnya ayahmu itu kemana? Kerja di daerah lain atau sudah berpisah sama ibumu?"

Pantang bagi Seka bertanya begitu pada ibunya. Sebab Ibu Seka sangat percaya kalau Ayah Seka akan kembali entah kapan. Hanya diceritakan kalau Ayahnya adalah pahlawan di masa lalu.

"Itu sih dulu Seka. Lihatlah dirimu sekarang ini! Adakah orang yang menghargai mu atau ibumu?"

"Terus cerita ibuku itu bohong dong, Ramen?"

"Aku sih tidak menuduh begitu, Seka! Tapi orang dewasa begitu rumit. Nah, ini penjara bawah tanahnya!"

Ramen menunjuk pada satu lubang. Seka berusaha mengintipnya. Memang nampak samar ada tubuh ibunya disana. Matanya terpejam dengan tangan terikat serta mulut dilakban.

"Aku jaga disini, kamu yang masuk ya!"

Lubang yang rasanya tak mungkin dimasuki oleh seorang anak laki-laki seperti Seka. Tapi dia berhasil memasukinya. Tubuhnya bisa mengecil lalu membesar lagi di dalam ruangan tempat ibunya ditahan. Dia cukup memikirkan apa yang dibutuhkan saat itu. Sayangnya, kemampuan Seka ini tidak mampu untuk memunculkan uang dihadapannya.

"Ibu memang payah!"

Mendengar suara itu, perempuan yang tengah disekap itu pun terbangun. Nampak dia bahagia melihat siapa yang datang. Tahu kalau penyelamatnya akan datang.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Petualangan Seka dan Kompas Perak
1

Bab 1 Petualangan 1 : Mimpi Seka

13/07/2023

2

Bab 2 Petualangan 2 : Juragan Gurame

13/07/2023

3

Bab 3 Petualangan 3 : Daerah Cadas

13/07/2023

4

Bab 4 Petualangan 4 : Melawan Raksasa Kerdil

13/07/2023

5

Bab 5 Petualangan 5 : Kereta Ajaib

13/07/2023

6

Bab 6 Petualangan 6 : Kai Wi

13/07/2023

7

Bab 7 Petualangan 7 : Inisial F

13/07/2023

8

Bab 8 Petualangan 8 : Mempelajari Kekuatan Kompas

13/07/2023

9

Bab 9 Petualangan 9 : Namanya Firjad

13/07/2023

10

Bab 10 Petualangan 10 : Arin Cari Masalah

13/07/2023

11

Bab 11 Petualangan 11 : Kalah

13/07/2023

12

Bab 12 Petualangan 12 : Kekacauan di Festival Pulau Garam

13/07/2023

13

Bab 13 Petualangan 13 : Bersiap Untuk Bertualang

13/07/2023

14

Bab 14 Petualangan 14 : Kristal Amethyst

13/07/2023

15

Bab 15 Petualangan 15 : Putri Kenta Hujan Gerimis

13/07/2023

16

Bab 16 Petualangan 16 : Tidur Siang

13/07/2023

17

Bab 17 Petualangan 17 : Putri Kenta Diculik

13/07/2023

18

Bab 18 Petualangan 18 : Marahnya Raja Hujan Deras

13/07/2023

19

Bab 19 Petualangan 19 : Menyelamatkan Putri Kenta

13/07/2023

20

Bab 20 Petualangan 20 : Pangeran Akara Kemarau

13/07/2023

21

Bab 21 Petulangan 21 : Kemarau dan Penghujan

21/07/2023

22

Bab 22 Petualangan 22 : Panca Roba

21/07/2023

23

Bab 23 Petualangan 23 : Mengembalikan Warna Pelangi

21/07/2023

24

Bab 24 Petualangan 24 : Seluncuran Dari Atas Langit

21/07/2023

25

Bab 25 Petualangan 25 : Mencari Tempat Tidur yang Nyaman

21/07/2023

26

Bab 26 Petualangan 26 : Profesor Gogo

21/07/2023

27

Bab 27 Petualangan 27 : Banyak Nyamuk

21/07/2023

28

Bab 28 Petualangan 28 : Katak Weka Kekenyangan

21/07/2023

29

Bab 29 Petualangan 29 : Rumah Permen dan Coklat

21/07/2023

30

Bab 30 Petualangan 30 : Penyihir Sakit Gigi

21/07/2023

31

Bab 31 Petualangan 31 : Obat Sakit Gigi

21/07/2023

32

Bab 32 Petualangan 32 : Pesan Darurat Kai Wi

21/07/2023

33

Bab 33 Petualangan 33 : Ramen Ikut Bertualang

21/07/2023

34

Bab 34 Petualangan 34 : Bekal dari Profesor Gogo

21/07/2023

35

Bab 35 Petualangan 35 : Peri Air Jernih

21/07/2023

36

Bab 36 Petualangan 36 : Gorooo

21/07/2023

37

Bab 37 Petualangan 37 : Bunga Tidur

21/07/2023

38

Bab 38 Petualangan 38 : Petapa Goa

21/07/2023

39

Bab 39 Petualangan 39 : Teka Teki

21/07/2023

40

Bab 40 Petualangan 40 : Terbang Bersama Naga

21/07/2023