/0/21612/coverorgin.jpg?v=e60d6bd2c0a776a47dc1740ac270ceed&imageMogr2/format/webp)
“Yeees, enaaak bangeeet maaaaas, uuuh…”
Ranjang berkasur busa itu tampak bergerak-gerak mengeluarkan suara berderit yang seolah membalas bisikan gemerisik daun yang tertiup angin. Kicauan burung yang saling bersahutan ceria mengiringi mentari yang beranjak dari peraduannya. Semesta begitu bersemangat menyambut dan menyemarakan hari ini.
Di bawah ranjang sederhana yang berderit-derit itu teronggok sebuah beha berenda warna hazzel tak jauh dari celana dalam mini thong warna senada. Dua benda yang berserakan itu menemani celana panjang jeans chinos warna biru dongker yang bertumpuk dengan kemeja biru muda. Di sudut berbeda yang tak jauh seperangkat pakaian lelaki berserakan.
“Ummp, Maaas,” Lenguhan binal yang tertahan seketika mleuncur dari mulut seorang gadis yang sedang saling berpacu birahi bersama pasangannya.
Gadis bugil bertubuh padat berisi dengan kulit cokelat terang cenderung putih itu terus beraksi meliuk-liuk erotis di atas tubuh seorang lelaki yang telanjang bulat dalam posisi telentang di bawahnya. Keringat kedua insan beda kelamin itu tampak membasahi kedua tubuhnya. Tampaknya olah raga pagi menjelang siang mereka benar-benar berhasil.
“Aaaah teruuus goyang, Sayaaang,“ Lelaki berwajah tampan yang ditunggangi sang gadis itu melenguh memberi semangat.
“Yeees…” Kedua tangan sang gadis dengan siku menekuk mengacak-acak rambutnya sendiri dengan gerakan yang sensual sembari terus mengeluarkan desisan dan desahan vulgar nan erotis yang kian menambah gairah pergumulan mereka.
Sesekali gadis itu mendongakkan kepalanya sambil mengibas-gibaskan rambut pirangnya, mengekekspresikan kenikmatan yang sedang mengalir di sekjur tubuhnya. Punggungnya yang mulus pun tampak sudah mengkilat dengan keringatnya. Goyangannya pun kian kian erotis mengimbangi liarnya batang kejantanan sang lelaki yang sedang mengobok-obok lembah kenikmatannya.
“Sstth ooowh aaaaah, Maaaas Dicku ooooh, nikmaaaatnya Maaaas…!” Suara desahan gadis yang sedang memacu birahi itu terus meluncur menggenapi desahan sang jantan. Suara-suara erotis nan mendebarkan yang bersumber dari ritmis pergesekan kemaluan mereka yang berlendir, kian menambah rangsangan dan pekatnya atmosfir mesum di sana.
“Ooooh yeeees oooh sssst… kamu makin binal saja, Sayaaang…, oooh aku sukaaaa ini,” lenguh sang jantan, sambil meremas pinggul gadis itu dengan kedua tangannya, sementara sang gadis itu pun kian liar mengulek selangkangannya seperti sedang menghaluskan bumbu yang sedang terperangkap dalam vaginanya yang becek namun panas.
Gerakan pinggul yang awalnya goyangan memutar berubah maju mundur dengan frekwensi yang lebih cepat. Wajah tirus berhias bibir sensual itu pun memerah menahan letupan gairahnya yang terus membara.
“Aaaaah nikmaaat bangeeeet, Sayaaang ahh…,” rengek mesum gadis itu terus mendesir seraya memejamkan kedua matanya.
Sepasang payudara ranum berputing cokelat terang tampak mengacung keras, menandakan gairah yang dialami pemiliknya sudah berada di tatanan paling tinggi. Tak berapa lama kemudian puting itu pun sudah terperangkap dalam kuluman mulut liar sang lelaki.
“Maaaas, Ooooh sssst….” Gadis itu kian melenguh sambil melingkarkan kedua tangannya pada leher belakang lelakinya seraya menekan kepala belakang lelakinya itu agar terbenam erat pada payudaranya yang kian kenyal dan licin karena terangsang dan baluran liur juga keringat.
Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi doggy style dengan penuh semangat dan sedikit liar. Tampaknya dua insan itu menyukai gaya anjing kawin dalam memenuh hasratnya. Suara-suara erotis akibat benturan selangkangan dengan pantat saat penis jantan itu merajam celah vagina, terdengar sangat keras dan kian membuat keduanya gelonjotan didera sensasi liar dan kenikmat yang tiada tara.
Lenguhan dan desahan nikmat yang bersahut-sahutan laksanan orkestra yang memandu gerak keduanya untuk semakin liar dan binal tak terkendali. Wajah mereka pun kian memerah, api birahi terus berkobar hingga keduanya merasakan desakan-desakan nikmat dan kedutan-kedutan sensasional yang mendera dan menjalarinya.
“Maaaas, aaaaah I’m cumming uugh yees aaaaah ssst mmph!” Gadis hypersex itu berteriak seraya melepaskan gairah binalnya yang bersemayam.
Tak berapa lama kemudian, sang lelaki pun melenguh seraya menarik batang kejantanannya secara sekaligus. Gadis berwajah tirus itu pun langsung berbalik arah menghadap penis yang siap memuntahkan seluruh laharnya ke wajahnya yang bitchy.
“Oooh aaaah mmph….,” lenguh sang lelaki saat sperma dari lobang kejantanannya menyembur hebat menembaki seluruh wajah wanitanya. Setelah semburan berhenti, penis itu pun langsung dihisap sang gadis untuk mengambil sisa-sisa sperma yang masih ada.
“Ooooh sudaaaaah dulu Riiiiin, aduuh ngiluu,” ringis sang lelaki sambil bergidik geli dan ngilu karena birahinya sudah padam.
Sejurus kemudian pasangan bukan suami istri itu sama-sama terkulai lemas dan terkapar dengan napas terengah-engah seperti kekurangan oksigen. Keduanya mencoba menikmati sisa-sisa persetubuhan terlarangnya yang sudah lebih dari lima kali mereka lakukan dalam tiga bulan terakhir.
Setelah semuanya kembali normal, mereka pun bangkit dan mengenakan kembali seluruh pakainnya. Mereka harus segera keluar dari penginapan sederhana itu, kembali pada aktivitas rutin hariannya. Sang lelaki kerja di kantornya, sementara sang gadis mengikuti kuliah di kampusnya.
“Mas, gimana dengan permintaanku itu? Mas Dicky mau kan melamarku dalam waktu dekat ini agar setelah selesai wisuda kita bisa langsung nikah,” ujar mahasiswi itu setelah benar-benar siap berangkat kembali ke kampusnya.
“Hahaha, gak bisa lah, Rin!” sergah lelaki yang disapa Mas Dicky itu.
“Loh, kok gak bisa? Minggu lalu katanya bisa!”
“Ya, gak bisalah Karin. Pertama, aku sudah berkeluarga, tak ada niat poligami. Kedua, kita melakukannya sebatas bersenang-senang. Kamu melayaniku sesuai permintaan dan aku membayarrmu sesuai tarif yang kamu tawarkan, simple kan?” jawab Dicky sambil merapikan kembali pakaian yang sedang dikenakannya.
“Ya gak bisa gitu juga, dong. Mas Dicky kan orang yang telah merenggut kesucianku, jadi mau tidak mau harus mempertanggung-jawabkannya. Harus segera menemui kedua orang tuaku dan melamarku!” paksa gadis itu.
“Karin, aku merenggut keparawananmu karena memang itu yang pertama kamu jual. Kalau kamu sudah tidak perawan, belum tentu aku juga berani harga segitu. Dan setelah itu aku membayar sesuai tarif setiap memakai tubuhmu.”
“Jadi kamu masih tetep menganggap aku sebagai pelacur, mas?”
/0/20391/coverorgin.jpg?v=d54a4ca98235f540cc7de58bdcde1fee&imageMogr2/format/webp)
/0/4363/coverorgin.jpg?v=579bd1987aba38d90c313a7ff49b27c5&imageMogr2/format/webp)
/0/3927/coverorgin.jpg?v=fc8287d3786d28766edec978a5d2641f&imageMogr2/format/webp)
/0/16521/coverorgin.jpg?v=30aaa349556cbdbd488e00b931aebd15&imageMogr2/format/webp)
/0/19668/coverorgin.jpg?v=e4dcc933f40c1f27246e380669b41f05&imageMogr2/format/webp)
/0/2319/coverorgin.jpg?v=f48cfc372903c56157fecd1b59756e50&imageMogr2/format/webp)
/0/3455/coverorgin.jpg?v=261d52468b469710fc3e8e55d0684dbd&imageMogr2/format/webp)
/0/22378/coverorgin.jpg?v=a48f534805993d32d1d3763df62aec52&imageMogr2/format/webp)
/0/21350/coverorgin.jpg?v=d843d606f9b710392d25f3a57952174d&imageMogr2/format/webp)
/0/2402/coverorgin.jpg?v=e0a0067615d192cf6689c8ec8af147f1&imageMogr2/format/webp)
/0/16399/coverorgin.jpg?v=1e15c1b5d5554d21af64e257ce86aabf&imageMogr2/format/webp)
/0/16547/coverorgin.jpg?v=4af839c0b4f28409dca0f3ab0a705866&imageMogr2/format/webp)
/0/7030/coverorgin.jpg?v=66ef500fba68df5246c38220ee708a7f&imageMogr2/format/webp)
/0/15754/coverorgin.jpg?v=78979031d7e71db03b6b696f003c24a4&imageMogr2/format/webp)
/0/13204/coverorgin.jpg?v=3affc6e83d29d46f1fb1f9f98f89a743&imageMogr2/format/webp)
/0/2795/coverorgin.jpg?v=043d4b1da96165844a701a244b3febde&imageMogr2/format/webp)
/0/2640/coverorgin.jpg?v=cd404ed8e307d022c965a36eb2d49305&imageMogr2/format/webp)
/0/7314/coverorgin.jpg?v=a1082c86ea6699e6432ece45218c8f91&imageMogr2/format/webp)