Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Kabur
Di suatu malam yang gelap, seorang gadis sedang meringkuk di suatu kamar yang terkunci dan gelap, tubuhnya gemetar ketakutan, bajunya telah terkoyak tidak beraturan. Bahkan, banyak bercak darah di lantai. Semangat hidupnya telah meredup setelah mahkotanya direnggut secara paksa oleh ayah tirinya. Tidak ada satu orangpun dari saudaranya yang peduli padanya. Mereka semua menolak saat dirinya datang dan meminta izin untuk menginap di rumah mereka. Gadis itu terus menangis walaupun dia sudah berusaha menahan air matanya. Tiba-tiba, terdengar kegaduhan dari luar, salah satunya berasal dari suara orang yang sangat dia takuti. Ya, ayah tirinya.
"Ayah, kita tidak bisa terus menerus mengurungnya disini. Dia bisa mati jika ayah memperlakukannya seperti itu" ujar seorang wanita.
"Aaah tau apa kamu, pulang sana! Jangan ikut campur urusan orang tua!" ujar ayahnya.
Ayah kandung dari gadis yang disekap itu telah meninggal karena kecelakaan. Dua tahun kemudian ibunya menjalin hubungan dengan laki-laki yang lumayan mapan. Selama ibunya masih hidup, laki-laki itu tidak pernah bersikap kurang ajar. Namun semua tabiatnya berubah ketika ibunya mulai sakit-sakitan. Laki-laki itu sering mabuk-mabukan, bahkan sering memukuli ibunya yang sedang sakit. Gadis itu pernah mencoba melindungi ibunya, namun dia juga ikut terkena sabetan ikat pinggang ayah tirinya itu. Setelah ibunya meninggal, tindakannya semakin menjadi-jadi, terkadang dia membawa pulang seorang wanita yang entah dari mana asalnya. Setiap hari, dia hanya berfoya-foya menghabis harta peninggalan ibu gadis itu. Puncaknya, ketika semua uang telah habis dia tidak bisa lagi bersenang-senang dengan gadis diluar sana, hingga akhirnya ayah tirinya itu merenggut mahkota miliknya. Jika dia ingin melarikan diri, dirinya akan mendapatkan pukulan dan siksaan tiada henti disekujur tubuhnya. Bahkan yang terakhir kali, dirinya dipukuli dan dikunci di sebuah ruangan yang gelap karena berusaha kabur.
Gadis di luar ruangan itu adalah saudara tirinya. Dia sangat iba pada saudara tirinya, dia tau apa yang ayahnya lakukan pada saudara tirinya, rasanya dia ingin menghajar ayahnya yang biadab ini, namun apalah daya seorang gadis yang berusia lima belas tahun karena ayahnya tidak segan-segan untuk memukulnya jika dia membuka pintu itu. Gadis itu tidak punya pilihan lain selain pulang mematuhi ayahnya, namun hati kecilnya terus memberontak. Akhirnya dia memutuskan untuk berpura-pura pergi dan mengendap-endap menuju pintu belakang. Dia mengambil kursi dan memasangnya di depan pintu dapur. Tangannya masuk melalui ventilasi di atas pintu dan mendorong kaitan kunci secara perlahan-lahan. Hanya Tuhan yang tau betapa takutnya dia jika ketahuan oleh ayahnya. Namun dia benar-benar ingin menolong kakak tirinya yang selalu bersikap baik padanya. Akhirnya, gadis muda itu berhasil membuka kunci pintunya. Dia sangat berhati-hati menggeser pintunya, khawatir jika pintu itu berderit ketika di buka. Gadis itu berjalan merayap di lantai dan mengintip keadaan di depan kamar kakak tirinya dikurung. Ayahnya masih berada disana sambil minum. Gadis muda itu tidak memiliki pilihan lain kecuali menunggu ayahnya benar-benar mabuk atau tertidur sambil bersembunyi dibalik pintu dapur. Waktu berlalu, ayahnya sekarang telah mabuk, dia melihat ayahnya yang berjalan sempoyongan itu merogoh sakunya dan berusaha membuka pintu kamar. Namun dirinya gagal karena terlalu mabuk, akhirnya sang ayah pergi ke gudang dan mengobrak-abrik barang di sana, dia berteriak-teriak sambil mencari linggis. Gadis muda itu dengan cepat berlari mengambil kunci yang tergeletak di lantai, lalu membuka pintunya. Walaupun cahaya didalam ruangan itu kurang jelas, namun dia terkejut melihat kondisi kakak tirinya.
"Kakak!" Panggilnya
"Jangan, jangan dekati aku, pergi, pergi!!" Teriak kakak tirinya.
"Sssttt Kak Ratih, ini aku, aku Ayu kak, kakak" panggil Ayu menyadarkan kakaknya yang terlihat ketakutan.
"Ayu? Mana dia?" Tanya Ratih.
"Ayah di gudang kak, ayo cepat pergi dari sini kak, ini pakai jaketku. Kakak bisa jalan?" Tanya Ayu.
Ratih mengangguk dengan cepat, walaupun area intim dan kakinya begitu sakit, namun saat ini dia harus berhasil keluar bagaimanapun caranya. Ratih berdiri dan berjalan dengan tertatih. Ayu yang tidak tega segera memapahnya berjalan menuju pintu belakang. Tidak lupa dia juga kembali mengunci pintu itu dan melemparkannya ke bawah sofa. Ayu bergegas menyusul Ratih yang tertatih berjalan mendahuluinya.