Dalam dunia di mana kontrak bisnis bertemu dengan sentuhan cinta, Arfiando, seorang CEO yang tegas, dan Kharisma, seorang gadis yatim piatu yang bekerja sebagai sekretarisnya, terjebak dalam hubungan kontrak yang dipaksakan oleh keluarga. Namun, dibalik tekanan dan perdebatan, tumbuhlah cinta yang tak terduga di antara mereka. Dalam perjalanan mereka, mereka harus menghadapi penolakan keluarga, kesalahpahaman tragis, dan pencarian kembali satu sama lain di tengah kehancuran.
Di sebuah rumah mewah dan megah, terjadi perdebatan keluarga antara Arfiando Serif dan Argadana Serif.
Alasan kenapa mereka berdebat yaitu, karena Arfiando cucu dari Argadana tak juga meminang seorang gadis untuk melahirkan seorang pewaris sah dari Pelita Elite.
"Aku masih ingin sendiri kakek, ini sungguh sangat tidak adil, jika kakek, dulu menyuruh aku melanjutkan perusahaan kakek sampai saat ini, dan sekarang aku sudah sangat nyaman akan diriku yang sekarang ini." tegas Arfiando.
"Tapi Arfiando, bagaimana perasaan Ro ..."
"Cukup kek! jangan sebut nama wanita manja itu, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menikah dengan dia." sahut Arfiando menolak tegas.
"Arfiando, kamu benar-benar menguji kesabaranku, cepat atau lambat kamu akan mengerti, kenapa aku menyarankan untuk menikah dengan perempuan pilihan kakek." tutur Argadana di tekan.
"Dari kecil aku sudah menuruti kemauan Kakek, bahkan sampai ayah meninggal karena tekanan yang kakek berikan, aku tetap memilih untuk bersabar dan menurut pada kakek, apa perjuangan ku selama ini, tiada artinya dimata kakek Argadana Serif?" balas Arfiando lalu bergegas pergi meninggalkan Mansion.
"Arfiando, kakek belum selesai bicara." panggil Argadana berteriak lantang sampai-sampai memenuhi ruang utama mansion.
*Di Dalam Bar*
Arfiando melampiaskan kekesalan melalui minum – minuman beralkohol apalagi kalau bukan anggur merah memabukkan, dia ingin melepaskan beban walaupun hanya sesaat.
"Tambah lagi, aku masih ingin kamu temani saya minum." ucap Arfiando sudah mulai terasa pusing.
"Tuan, anda sudah terlalu banyak minum," sambung Shinchen Tu asisten pribadi yang seumuran dengan Arfiando.
"Persetan denganmu! tuangkan lagi untuk ku." tutur Arfiando menepis ucapan dari asisten.
Shinchen Tu hanya bisa menghela nafas, beban berat apa hingga membuat Tuan muda Arfiando menyiksa dirinya seperti ini.
Setelah Arfiando tak berdaya, Tu Shinchen lah yang menghantar Arfiando pulang ke apartemen hadiah dari Argadana saat ulang tahun Arfiando ke 25tahun.
Ketika dalam perjalanan pulang, tanpa sengaja mobil yang dia kendarai menyerempet seorang gadis hendak menyeberang ke tepi jalan.
Cittt!
Tu Shinchen menginjak pedal rem hingga berdecit memekikkan telinga, tak sempat menekan tombol klakson mobil.
Shinchen tertegun sesaat, lalu dia bergegas keluar dari mobil untuk melihat siapa yang terserempet mobil.
"Astaga, seorang gadis." ucap Shinchen gugup saat melihat gadis itu merintih menahan rasa sakit.
"Aw, ini bagaimana sih, apa dia tidak melihat ada orang menyebrang?" ucap gadis itu saat belum tahu jika itu adalah mobil tuan muda dari tempat dia kerja.
"Nona anda tidak apa? maafkan saya yang lalai dalam berkendara." tutur Shinchen, lalu gadis itu menoleh kearah suara pria itu tidak asing di telinga gadis itu, "Tuan Shinchen?" ucap sang gadis.
"Nona Kharisma? maafkan kelalaian saya. Mari saya bantu berdiri." tawar Shinchen lalu membantu Kharisma berdiri.
Kharisma adalah gadis cantik berusia 25tahun, cerdas dan dia menjadi sekertaris di Pelita Elite.
"Apa yang membuatmu ngebut-ngebutan seperti ini?" tanya Kharisma penasaran.
"Anu, Nona ..."
Shinchen pun teringat akan curhatan dari Arfiando, lalu dia memikirkan bagaimana cara agar Kharisma bisa bertemu dengan Arfiando tapi tidak saat Arfiando sedang mabuk seperti ini.
"Tuan Shinchen?" panggil Kharisma membuyarkan lamunan Shinchen.
"Oh, tidak jadi nona, maaf sekali lagi, saya permisi." pamit Shinchen lalu bergegas masuk kedalam mobil.
Kharisma hanya bisa menatap heran, ada apa dengan Asisten ceo itu, mengapa dia seperti orang yang di kejar hantu.
Dengan langkah tertatih-tatih, dia pun melanjutkan perjalanan untuk pulang.
*
"Untung saja nona Kharisma tidak mengetahui jika tuan muda Arfiando mabuk, tapi apa nona Kharisma tidak penasaran dengan siapa yang bersamaku saat ini?" gumam Shinchen sendiri.
"Akh, biarlah, aku harus lebih berhati-hati lagi." tutur Shinchen, tak berselang lama dia pun sampai di apartemen milik Arfiando.
***
Kharisma pun mampir di klinik terdekat untuk mengobati goresan luka akibat terjatuh tadi.
"Cuma luka ringan, saya cukup di kasih saleb akan segera sembuh." jelas dokter lalu memberikan resep obat untuk Kharisma tebus di apotek.
"Terima kasih dok, saya permisi." ucap Kharisma lalu pergi.
Setelah menebus obat, Kharisma pun bergegas pulang karena hari semakin malam.
***
Esok hari, saat pegi menyapa matahari sudah menampakkan cahaya, tetapi Arfiando masih tidur dengan sangat nyenyak.
Shinchen datang dengan membawakan sup ginseng untuk tuan muda Arfiando, "Astaga, sudah siang begini belum juga bangun, enak sekali jadi orang kaya." gumam Shinchen berdecak iri,
Srekkk!
Shinchen membuka korden jendela yang membuat sinar matahari masuk membuat Arfiando membuka mata terbangun.
"Aku mendengar apa yang kamu ucapkan barusan," ucap Arfiando sambil mengucek mata.
"Hanya bercanda tuan, saya tidak seserius itu." sambung Shinchen lalu meringis.
"Apa yang kamu bawa? tercium sangat harum." tutur Arfiando sambil memijit pelipis karena efek alkohol masih terasa.
"Sup ayam ginseng kesukaan tuan muda," jawab Shinchen lalu memberikan pada Arfiando.
"Hari ini, ada mitting dengan klien nanti pukul 11, dan setelah itu ..."
"Jangan bahas pekerjaan dulu, kepala ku masih pusing." ucap Arfiando memangkas penuturan Shinchen.
"Tapi ini sangat penting tuan, nanti tuan Argadana bisa marah jika tahu, anda seperti ini." tutur Shinchen berusaha mengingatkan Arfiando.
"Aish, Baiklah. Lanjutkan." sambung Arfiando setelah menghela nafas berat.
Shinchen pun memberi tahu agenda Arfiando, tetapi tidak di dengar oleh Arfiando, karena dia lebih memilih menikmati sup ayam ginseng yang dia dapat dari Shinchen.
***
Ditempat yang lain, Kharisma sedang bersiap untuk berangkat ke kantor, "Dokumen sudah, makeup sudah, dan semua sudah siap." ucap Kharisma saat memeriksa tas yang hendak dia bawa, Kharisma sangat terburu-buru karena hari ini dia bangun kesiangan.
"Jangan sampai telat, bisa-bisa aku malu pada teman kantor." tutur Kharisma sambil berlari terburu-buru seakan-akan di kejar waktu.
Lama menunggu, tak seperti hari biasa tak ada taksi atau bus lewat di tempat Kharisma menunggu kendaraan.
Berulang kali dia melihat jam yang ada di pergelangan tangan, "Aish, ini semua kendaraan umum pada cuti atau gimana sih, kok nggak ada lewat sama sekali." gumam Kharisma dengan kesal.
Setelah lama menunggu, akhirnya ada juga taksi lewat, Kharisma pun bergegas melambaikan tangan untuk menghentikan kendaraan tersebut.
***
"Tuan Muda, ada telepon dari tuan besar." ucap Shinchen saat Arfiando sedang melakukan ritual mandi di kamar mandi.
"Angkat saja, aku masih belum selesai mandi." balas Arfiando dari dalam kamar mandi.
"Mengganggu saja," gumam Arfiando berdecak kesal.
Tak berselang lama, Arfiando pun keluar dengan wajah yang lebih segar dan fresh.
"Ada apa? tumben sekali kakek menghubungi aku?" tanya Arfiando.
"Dia mendapati satu karyawan yang telat masuk ke kantor, dan dia mempertanyakan mengapa tuan muda juga belum masuk ke kantor?." jelas Shinchen.
"Cepat, kita juga harus berangkat. Aku tak sabar lagi apa yang di inginkan kakek tua itu?." ucap Arfiando lalu berjalan keluar apartemen.
***
Nasib malang,memang malang, ibarat terjatuh masih juga tertimpa tangga, itulah peribahasa yang tepat untuk Kharisma, dia di interogasi oleh Argadana.
Dimintai alasan yang masuk akal, mengapa dia bisa telat masuk ke kantor.
"Maaf, Presdir saya semalam mengalami kecelakaan kecil, jadi saat bangun dari tidur badan saya ... "
"Alasan konyol apa yang kamu ucapkan?!" pangkas Argadana dengan bentakan keras, membuat Kharisma terkejut setengah mati, dia pun menundukkan kepala seketika setelah mendapatkan bentakan tersebut.
"Ini juga! Apa alasanmu terlambat masuk ke kantor?." tanya Argadana saat Arfiando tiba.
"Kamu sini, berdiri di samping gadis ini." perintah Argadana.
Arfiando pun melangkahkan kaki, menuju tempat yang di tunjuk oleh Argadana, lalu dia dimintai alasan telat masuk ke kantor.
Arfiando tak mengatakan sepatah katapun, hal itu membuat Argadana semakin murka dan alhasil mereka berdua di beri hukuman membersihkan toilet.
"Dan untuk kamu Shinchen, kamu harus lembur 2hari." ucap Argadana kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga.
"2hari? Tuan muda yang berbuat salah, saya juga kena imbasnya." tutur Shinchen.
"Aish, sudahlah kita jalani hukuman ini, ini bukan salah kita, salah gadis ini." ucap Arfiando melimpahkan kesalahan pada Kharisma.
"Aku? salah di sini? sudah jelas-jelas anda juga salah. Main melempar kesalahan pada orang lain, tak tahu malu sekali anda." balas Kharisma tak terima.
"Tak tahu malu? apa maksudmu menyebutku tak tahu malu? dasar wanita aneh." tutur Arfiando tak mau kalah.
"Aku aneh? aneh dari mana, tuan? apa mata anda mines? cantik-cantik gini kok dibilang aneh." balas Kharisma juga mau kalah.
"Ehh, sudah-sudah, kenapa malah pada ribut?" ucap Shinchen melerai pertengkaran mereka berdua.
"Dia mulai duluan." tutur Kharisma sambil menunjuk Arfiando,
"Aku, sudah jelas-jelas ini semua gara-gara anda, siapa yang telat, di interogasi presdir, malah mengeluarkan alasan aneh, tidak bisa di nalar manusia?" ucap Arfiando sudah tersulut emosi.
"Mulutmu sudah seperti perempuan, kenapa tidak menjadi perempuan saja? cerewet banget." sahut Kharisma.
Wait For The Next Story...
Bab 1 CDPK 01
21/01/2024